Saturday, January 22, 2011

Pedoman pemberian uang saku untuk anak

Ketika masih kecil, semua kebutuhan anak, orang tua yang mengatur dan mengendalikannya. Kita belikan anak kita hamburger kesukaan mereka, baju, buku sekolah, dan kebutuhan lainnya. Ketika mereka sudah mahasiswa dan harus tinggal di luar kota (kost) dan hidup sendiri, mereka tidak tahu bagaimana harus mengelola uangnya. Kita menyalahkan anak kita sebagai tidak dewasa, tidak bertanggung jawab, dll. Padahal, sebenarnya, kesalahan ada dipihak orang tua. Mereka tidak pernah melatih anak anaknya untuk memegang dan mengelola uang.

Menurut para ahli, anak sudah mulai berkenalan dengan uang sejak mereka berumur 3 tahun. Mereka mulai mengerti bahwa uang mempunyai "kekuatan", namun mereka belum mengerti "nilai" dari uang tersebut. Anak anak juga tahu bahwa bila mereka meminta terus, cepat atau lambat, orang tua akan memenuhi permintaannya.

Disitulah masalahnya. Banyak anak yang tidak dilatih mengelola uang hingga sudah terlambat. Memang anak  sering mendapat uang ketika ulang tahun atau di bulan puasa dan lebaran. Namun jarang anak mendapat uang saku secara tetap dari orang tuanya. Padahal, pengalaman memegang dan mengelola uang merupakan proses pembelajaran penting agar anak bisa mengelola uangnya sendiri secara bijaksana nantinya. Tanpa pengalaman dan ketrampilan, bagaimana bisa kita berharap mereka tiba tiba secara mendadak langsung pintar mengelola uang?

Kapan sebaiknya kita mulai memberikan anak uang saku? Menurut Linda Barbanel, pengarang buku Piggy bank to credit card anak sebaiknya seawal mungkin diberi uang saku secara tetap, yaitu ketika anak sudah mulai minta untuk dibelikan sesuatu ketika mereka kita ajak ke toko atau warung. Ketika anak sudah bisa meminta untuk dibelikan sesuatu, itulah saat yang tepat untuk mengajari anak mengelola uang, termasuk mengajari mereka untuk menabung dan bersedekah.

Berapa besarnya uang saku? Tentunya ini tergantung anda tinggal dimana. Di Amerika, anak umur 3 tahun bisa mulai diberi uang saku mulai dengan $1 per minggunya. Namun anak umur 4 tahun sudah mulai bisa mengelola $2 per minggunya. Jumlah uang saku bisa ditingkatkan sesuai dengan umurnya.

Yang penting anak harus diberi batasan tentang cara menggunakan uangnya tersebut. Menurut David McCurrach sebaiknya uang saku anak dipakai untuk membiayai 3 area, yaitu: untuk sedekah (sesuai ketentuan agama sebaiknya minimal  2,5% uang saku anak dipakai untuk sedekah, sekitar 5% untuk memberi hadiah kepada teman atau saudara), sekitar 10% untuk ditabung dan sisanya untuk kebutuhan si anak (mainan, jajanan kecil, nonton film/games, dll).

Sebaiknya anak dilatih untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran uangnya. Setiap kita memberi uang saku mingguan (jangan berikan uang saku harian karena anak tidak akan terlatih mengelola uangnya), kita minta mereka untuk mencatatnya dan mencatat setiap penggunaan uangnya tersebut.

Latihan bersedekah dan menabung sebaiknya juga sudah dimulai sejak kecil, sejak anak mengenal arti uang. Tanpa pernah dilatih sedekah, anak kita tidak hanya tidak akan bersedia memberi dan berbagi denga orang miskin, mereka bahkan akan menghina dan mengejek orang miskin seperti foto dibawah (yang disebarkan di media internet sebagai contoh dari pendidikan orang tua yang gagal --fail parenting)


Sebaiknya orang tua tidak mengaitkan terlalu erat antara uang saku dengan "pekerjaan di rumah" (misalnya mencuci piring, menyapu kamar, dll). Mereka sering merasa bahwa uang Rp 5000 untuk "upah" mencuci piring selama seminggu adalah  terlalu kecil dan membuat mereka malas mencuci piring. Uang saku tidak perlu dikaitkan secara terlalu ketat dengan pembagian kerja di rumah, tetapi "bonus" tambahan dari uang saku adalah ide yang bagus. Perlu diingat bahwa tujuan kita memberi uang saku mingguan adalah untuk melatih mereka agar bisa mengelola uangnya secara bijak ketika dewasa nantinya.

Semoga bermanfaat dan berkah.

No comments:

Post a Comment