Tuesday, June 26, 2012

Rendi Setiawan akan dioperasi 3 Juli 2012

Adik Rendi Setiawan, tinggal di Baledono, menderita cacat jantung bawaan bernama "Tetralogy of Fallot", yaitu jantung dengan 4 kelainan: (a) ada lobang di sekat bilik jantung kiri dan kanan sehingga darah yang mengandung banyak oksigen bercampur dengan darah yang berisi sedikit oksigen, (b) penyempitan pembuluh ke paru paru (pulmonary stenosis), (c) pembesaran otot jantung kanan yang terjadi karena jantung kanan harus bekerja ekstra keras memompa darah ke paru paru, (d) pembuluh aorta yang menempel di sekat diantara bilik kiri dan kana (seharusnya di bilik kiri) sehingga darah yang mengandung sedikit oksigen dipompa ke seluruh tubuh. darah dengan sedikit oksigen seharusnya dipompa ke paru paru.

Rencananya Rendi Setiawan, insha Allah, akan dioperasi tanggal 3 Juli 2012 di RS Sarjito.  Dokter bedah akan:
  • Memperlebar pembuluh darah ke paru yang menyempit. Katup pulmonal diperluas atau diganti. Juga, bagian dari ventrikel kanan ke arteri paru diperbesar. Prosedur-prosedur ini meningkatkan aliran darah ke paru-paru. Hal ini memungkinkan darah untuk mendapatkan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
  • Memperbaiki lubang/ defek septum ventrikel (VSD). Sebuah patch digunakan untuk menutupi lubang di septum. Patch ini menberhentikan pencampuran darah yang kaya oksigen dan miskin oksigen diantara ventrikel.

Memperbaiki dua cacat tersebut akan menyelesaikan masalah yang disebabkan oleh dua cacat lainnya. Ketika ventrikel kanan tidak lagi harus bekerja keras untuk memompa darah ke paru-paru, maka otot jantung akan kembali ke ketebalan normal. Memperbaiki VSD berarti bahwa darah kaya oksigen hanya akan mengalir keluar dari ventrikel kiri ke aorta.

Sayatan (memotong) yang ahli bedah lakukan untuk mencapai jantung biasanya sembuh dalam waktu sekitar 6 minggu. 

Mari kita doakan agar dik Rendi lekas sembuh dengan sempurna.

Sunday, June 24, 2012

Wakaf atau sedekah

Awal mulanya masjid di Kairo yang kemudian berkembang menjadi Universitas Al Azhar   itu dulunya cuma sebuah masjid. Adalah Jauhar Al-Shaqali, seorang panglima perang dinasti Fathimiyah pada tahun 970, yang semula membangunnya. Masjid di Kairo, Mesir, itu lantas berkembang menjadi tempat dakwah dan majelis ilmu yang semakin besar. Bahkan di era Muhammad Abduh dibentuklah jenjang pendidikan dari tingkat dasar sampai universitas.
Al-Azhar sebagai lembaga pendidikan terkemuka tak sepeser pun menarik iuran dari mahasiswanya. Bahkan setiap tahunnya universitas berumur lebih dari seribu tahun ini memberikan beasiswa bagi ribuan mahasiswanya. Tak cuma itu. Al-Azhar juga menerbitkan kitab agama dan buku lainnya secara gratis. Kalaupun tidak, buku-buku dijual dengan harga sangat murah.
Menurut Dr. Abdul Aziz Kamil, mantan Menteri Waqaf dan Urusan Al-Azhar Mesir, perjalanan Al-Azhar dari sebuah masjid dan ruwaq-asrama sederhana buat mahasiswa-hingga menjadi besar tak terlepas dari peran umat Islam. Umatlah yang menyumbangkan dananya melalui amal jariah, termasuk wakaf, baik wakaf uang, harta benda, tanah, maupun gedung.
Di Indonesia, ada memang yang dianggap berhasil mengelola dana wakaf, yakni Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor di Ponorogo, Jawa Timur. Berlokasi di atas tanah wakaf seluas 165 hektare, Gontor didominasi oleh sawah produktif. Menurut K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, pemimpin Gontor, tanah produktif itu dikelola dengan sistem bagi hasil. Mitra dalam pengelolaan ini tak lain adalah penduduk di sekitar pondok. Sawah seluas 120 hektare milik pondok di Desa Sambirejo, Mantingan, Ngawi, misalnya, mampu menghasilkan Rp 350 juta setahun.
Di tanah yang tak memungkinkan dilakukan usaha pertanian, diupayakan beragam kegiatan usaha. Unit usaha ini, selain dikelola oleh koperasi pondok, juga diurus oleh organisasi santri. Di lokasi itu ada unit usaha penggilingan padi, percetakan, toko bahan bangunan, toko buku, apotek, wartel, pabrik es, jasa angkutan, pasar sayur-mayur, dan budidaya ayam potong. Unit-unit usaha ini menyumbang dana sedikitnya Rp 2 miliar setahun untuk pondok. Dana ini lantas disalurkan untuk kegiatan operasional pendidikan, pengajaran, kaderisasi, pergedungan, dan kesejahteraan keluarga pondok.
Uang dari hasil pengelolaan aset wakaf juga disisihkan untuk pengembangan masyarakat sekitar pondok. Contohnya pendirian dan pembinaan Taman Pendidikan Al Qur’an, pembangunan masjid, musala, peringatan hari besar Islam, serta kegiatan pengajian dan ceramah agama.
Dengan cara itu, wakaf Gontor terus berkembang pesat. Wakaf tanah kering yang semula hanya 1.740 hektare kini menjadi 104.621 hektere. Tanah basah naik dari 16.851 menjadi 177.365 hektare. Wakaf bangunan yang semula 12 unit sekarang meluas dengan didirikannya Pondok Putri dan Pondok Cabang, serta pendirian Institut Studi Islam Darussalam.
Selain pembiayaan melalui wakaf, ada model lain yang tidak kalah hebatnya, yaitu melalui sedekah. Ustadz Yusuf Mansur mampu membangun lebih dari 3000 rumah tahfidz yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari mana dananya?  Dari sedekah para dermawan. Mereka menginfakkan sebagain keuntungan perusahaan atau gajinya bagi pembangunan dan biaya operasional rumah tahfidz. Banyak yang menyerahkan rumahnya agar  dipakai sebagai rumah tahfidz. Bila semua itu dikumpulkan nilainya bisa triliunan rupiah.
Alhamdulillah, Klinik Umiyah yang memberikan pelayanan bagi dhuafa tanpa memasang tarif bisa juga berjalan. Hal tersebut terlaksana berkat sedekah para dermawan. Kalau begitu, kenapa tidak di setiap kota kita bikin sejenis Klinik Umiyah, agar kaum dhuafa tidak kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan?

Saturday, June 23, 2012

Kalau mau rezeki bertambah, cobalah berbagi



oleh: Edi Sutisna, Club Pecinta Alquran


"KALAU mau bertambah, cobalah Karta berbagi...." Suara Haji Muhidin itu terngiang terus di telinga Karta, seorang penjual ikan di Pasar Jembatan Lima, Kota, Jakarta.

Karta mengadu pada Haji Muhidin bahwa penghasilannya tidak pernah cukup. Dagangan dia bukannya tidak laku. Tapi dia terbentur pada modalnya yang kecil, sehingga perolehan keuntungan pun sedikit. Itu sebabnya, Karta mendatangi Haji Muhidin untuk meminta nasihat agar ada yang memberi tambahan modal.


"Karta, perkara nambah modal mah gampang. Asal Karta bersyukur, penghasilan pasti ditambah. Bahkan kadang enggak perlu modal tambahan. Kan, perkara rezeki bertambah, perkara syukur. Kata Allah, kalau kita bersyukur, maka akan ditambahi dengan segala nikmat."

"Pak Haji, gimana rezeki mau nambah, wong modalnya udah ketaker. Segitu-gitunya. Dagangan habis ampe pol juga, ya, hanya sekian yang saya bawa pulang...," kata Karta dengan nada rada putus asa.

"Allah Maha Memberi Rezeki, Karta. Kalau Allah sudah mau menambah rezeki bagi kita, dari mana saja jalannya, pasti ada. Ini juga perkara tauhid, Karta. Rezeki Karta tuh bukan dari dagangan ikan, tapi dari Allah," ujar Haji Muhidin.

Lama Karta berbicara dengan Haji Muhidin tentang peruntungan dagangan dia, hingga ada satu nasihat Haji Muhidin yang tetap melekat di otak, "Kalau mau bertambah, cobalah berbagi...".

Sejujurnya, Karta tidak terlalu paham. Tidak berbagi saja sudah kurang, apalagi harus berbagi? "Apa tidak makin kurang...?" Sungguhpun Haji Muhidin meyakinkan dengan firman Allah bahwa siapa yang berbuat satu kebaikan, Allah akan mengganti 10 kali lipat lebih banyak, Karta masih belum tergugah.

Pagi itu, anaknya bercerita pada Karta, sebelum dia berjualan ke pasar. "Pak, ada temen saya yang enggak bisa bayaran sekolah. Bapaknya udah enggak ada. Katanya, dia mau berhenti."

Di saat itulah Karta teringat nasihat Haji Muhidin yang lain, yang mengatakan, "Kalau mau ditolong Allah, tolonglah hamba-Nya yang sedang kesusahan."

Seketika itu pula Karta seperti diingatkan, lalu bilang pada anaknya, "Bilangin sama kawan kamu itu, Bapak aja yang jadi bapaknya." Anaknya girang. "Oke, Pak. Saya akan bilangin dia. Dia pasti senang, tuh!"

Sambil memberi uang saku pada anaknya, Karta juga memberi tambahan Rp 5.000 pada si anak. "Buat saya nih, Pak? Tambahan?" "Bukan. Itu buat kawan kamu. Kan kamu udah, sepuluh ribu." "Oh, kirain buat saya," ujar anaknya sembari tertawa kecil. "Baik Pak, akan saya berikan pada dia."

Karta beristigfar. Bersyukur, itulah yang dia lakukan. Anaknya masih punya diri dia sebagai bapak. Dan ia masih memiliki anak sebagai anaknya. Hari ini ia bisa membahagiakan orang. Inilah yang ia syukuri. Benar juga Haji Muhidin, jika mau bertambah rezeki, harus bisa bersyukur dulu. "Berbagi dan bersedekah adalah salah satu wujud dari bersyukur," kata Haji Muhidin, waktu itu.

Karta tersenyum. Lalu ia berharap, "Mudah-mudahan ada yang memodali saya. Buat memperbesar dagangan." Menjelang lohor, dagangan Karta sudah habis. Selama ini ia berdagang memang hanya sampai siang, dan setelah itu pulang.

Nah, hari itu, menjelang pulang, ada kawan Karta yang menghampiri. "Karta, saya pinjam motormu dulu, ya...." Karta meminjamkan motornya, sambil berpesan, "Jangan lama-lama, ya. Saya udah mau pulang."

Sekitar 15 menit, kawan itu kembali dan memulangkan motor Karta. "Karta, makasih, ya. Ini kuncinya, ini STNK-nya, dan ini buat ganti bensin," ujar si teman. Karta tertegun. Dia diberi uang Rp 100.000, yang katanya buat ganti bensin. "Allah Mahabenar Janji-Nya".

Karta ingat, tadi pagi ia berniat menanggung biaya pendidikan kawan anaknya, dan memberi uang saku pada dia Rp 5.000. Siang ini Allah membalas dengan Rp 100.000. Bagi Karta, rezeki ini bukan dari si peminjam motor, melainkan dari Allah.

Akhirnya Karta memahami bahwa cara Allah memberi tambahan rezeki dari banyak jalan. Dan, ternyata pula, rezeki itu tidak harus dicari-cari dengan menambahi modal dulu. Cukup dengan diawali bersyukur, berbagi, bersedekah, maka rezeki bisa bertambah.

Kejadian siang itu memberi pelajaran baru pada Karta. Memang, otak terkadang dipenjarakan dengan hitung-hitungan kita sendiri bahwa kalau mau untung harus begini harus begitu. Termasuk dengan menambah jumlah modal. Banyak manusia yang lupa atau tidak tahu --termasuk Karta- untuk menemukan jalan bersyukur lebih dahulu, supaya Allah, Yang Maha Memberi Nikmat, menambah perbendaharaan rezeki buat kita.
 Sumber dikutip dari : http://club-pecinta-alquran.com/index.php?option=com_content&view=article&id=77&Itemid=82

Friday, June 22, 2012

Cara kerja Allah ?

Ketika terjadi banjir besar, seorang kakek tua yang terkenal shalih tidak mau mengungsi. Dia sangat yakin bahwa pertolongan Allah pasti datang. Ketika diajak tetangganya mengungsi, dia menolak. Ketika air semakin tinggi menggenangi rumahnya, dia naik ke atap rumah rumah dan terus berdoa memohon pertolongan Allah. Tak berapa lama kemudian, datang tim penolong dengan perahu karet menjemput sang kakek. Kakek tersebut menolak pergi dari atap rumahnya. Begitu pula ketika ada tim penolong yang datang dengan helikopter, sang kakek tetap menolak. Dia percaya bahwa pertolongan Allah pasti datang. Tak berapa lama kemudian, rumahnya roboh dan sang kakek terhanyut dan meninggal dunia.

Di akhirat, sang kakek protes kepada malaikat kenapa pertolongan Allah tidak datang meskipun dia sudah berdoa terus menerus. Sang malaikat menjawab: "Allah sudah mengirim pertolongan, tapi kamu menolaknya".

Itu cerita khayalan. Tapi yang dibawah ini cerita beneran.

Sekitar tahun 2006, Ustadz Yusuf Mansur yang waktu itu baru mulai naik daun dan baru mempunyai 1 buah pesantren kecil secara istiqomah berdoa agar dikarunia 1000 pesantren. Agar bisa membangun 1000 pesantren di berbagai kota diseluruh Indonesia dia mohon agar dikarunia banyak perusahaan seperti rumah makan, hotel, usaha travel, dan lain lain. Sebagian keuntungan perusahan perusahaan tersebut akan disedekahkan bagi pembangunan dan biaya operasional pesantren pesantren tersebut.

Apa yang terjadi? Ustadz Yusuf Mansur kini telah "mempunyai" lebih dari 3000 rumah tahfidz. Banyak dermawan yang menyediakan rumah dan memberi sedekah bagi pendirian rumah tahfidz. Para dermawan tersebut ada yang pemilik hotel, pemilik restaurant, dan pengusaha dari berbagai bidang usaha lainnya. Mereka berkenan menyisihkan sebagian keuntungannya bagi rumah tahfidz. Allah tidak menganegerahkan banyak perusahaan kepada ustadz Yusuf Mansur, tapi menggerakkan para pengusaha untuk menyalurkan sebagian keuntungan dari perusahaan mereka bagi pesantren dan rumah tahfidz.

Bagimana dengan pembiayaan untuk Klinik Umiyah? Pengurus Yayasan tidak mampu menanggung biaya operasionalnya, namun Allah Maha Kaya. Dia menggerakkan para dermawan untuk menyumbang ke Klinik Umiyah. Insha Allah.

Wednesday, June 20, 2012

Bila kita tidak sehebat mereka

Sehari-hari kita sering membaca, mendengar atau menonton kisah tentang orang orang hebat disekitar kita.

Misalnya, bila kita menonton acara Kick Andy di TV, kita akan bisa mengikuti kisah orang orang hebat. Ada kisah tentang seorang penduduk desa yang tidak mempunyai pendidikan teknik namun berhasil membuat mesin pembangkit listrik bersumber air di desanya yang terpencil. Ada juga kisah seorang tamatan SMK yang bisa membuat pesawat terbang mainan (aeromodeling). Banyak kisah serupa yang menampilkan orang orang hebat dalam bidang yang berbeda yang bisa kita baca lewat koran, internet atau TV.

Bagaimana bila kita tidak sehebat mereka? Apakah kita cukup hanya jadi penonton atau pembaca saja?

Sebenarnya bila niatnya hanya untuk mendapatkan ridlo Allah semata (dalam arti tidak mencari pujian atau popularitas), maka kita bisa melakukannya dari saat ini. Mulai dari apa yang kita punyai.

Misalnya saja: bila anak kita kedodoran sekolahnya, kita bisa ajak anak anak tetangga untuk belajar bersama anak kita. Kita sediakan ruangan dan kita bantu anak kita dan anak anak tetangga untuk belajar bersama. Bila kita bisa, kita ajari anak kita dan sekaligus anak tetangga. Hasilnya, anak kita dan anak tetangga jadi tambah pintar. Sekaligus kita juga dapat pahala. Bila kita punya duit, kita bisa undang guru atau mahasiswa untuk mengajari mereka.

Nabi Muhammad mengajarkan kita untuk berbagi makanan, misalnya ketika memasak sayur agar memperbanyak kuahnya agar bisa dibagikan kepada tetangga. Ini mengajarkan kepada kita agar berbagi meskipun kita belum menjadi kaya.

Kita bisa juga buat website atau blog dan kemudian mengumpulkan artikel artikel tertentu, misalnya soal kesehatan, sehingga banyak orang bisa mendapatkan manfaat dari website atau blog kita. Yang penting kita tiru ikut berbuat dan memberi manfaat kepada orang banyak, tidak hanya memikirkan diri sendiri.

Monday, June 18, 2012

Pembangunan bangsal kedua

Alhamdulillah, karena meningkatnya jumlah pasien rawat inap, maka Klinik Umiyah mulai membangun bangsal yang kedua. Bagi yang mau ikutan wakaf, silahkan bergabung. Insha Allah pahalanya akan terus mengalir selama Klinik Umiyah masih ada.

Friday, June 15, 2012

Laporan keuangan bulan Mei 2012

Alhamdulillah, selama bulan Mei 2012 Klinik Umiyah telah diberi kepercayaan untuk melayani 746 kunjungan pasien rawat jalan umum , 63 kunjungan pelayanan KB , 20 kunjungan pelayanan ANC (periksa hamil). Selain itu, pada periode tersebut Klinik Umiyah memberikan pertolongan persalinan kepada 3 ibu hamil dan memberikan pelayanan rawat inap kepada 15 pasien dengan jumah hari rawat selama 59 hari rawat.

Dari sisi keuangan, alhamdulillah muncul beberapa dermawan  dermawan baru, selain dermawan rutin. Kebanyakan para dermawan tidak ingin dicantumkan namanya. Meskipun demikian, para dermawan bisa mengecek apakah dana mereka masuk dan tercantum daqlam laporan keuangan atau tidak.

Mulai bulan Mei 2012 ini, kita juga mulai membangun bangsal tambahan agar Klinik Umiyah bisa segera dikategorikan sebagai RS kecil dengan 25 tempat tidur. Dana awal pembangunan diambilkan dari sedekah para dermawan. Tentunya uang muka sebesar Rp 25 juta tidak mencukupi. Untuk itu, bagi dermawan yang ingin wakaf melalui Klinik Umiyah (berupa bangsal perawatan) kesempatan masih terbuka.

Atas nama seluruh pengurus Yayasan Islam Ummy, kami hanya bisa mendoakan agar amal shalih dari para dermawan mendapat balasan berlipat ganda dari Allah swt sesuai dengan firman-Nya dalam Surat Al Baqarah 261, diampuni segala dosanya dan dosa kedua orang tuanya, dilapangkan rezekinya dan dirahmati dengan kebaikan yang mengalir sampai kepada anak cucu. amin

Matematika dalam kehidupan nyata

Sejak sekolah dasar, kita telah diajari bahwa 2+2 = 4. Bila kita punya uang Rp 2 juta dan kita dapat tambahan gaji ke 13 sebesar Rp 2 juta, maka uang kita akan berjumlah Rp 4 juta. Berarti pelajaran di sekolah dengan kenyataan yang kita hadapi telah sesuai.

Namun dalam alam dan kehidupan sehari-hari, hitung hitungan matematika tidak selalu begitu. Dengan kita mengurangi apa yang kita punya, kita bisa mendapatkan gantinya dalam jumlah yang berlipat ganda. Mengapa begitu? Yang kita berikan akan dikelola oleh Yang Maha Kuasa dan dikembalikan kepada kita dalam jumlah yang berlipat ganda. Bila kita menanam 1 biji buah mangga, maka yang kita dapatkan tidak hanya 1 buah mangga, tetapi bisa ratusan atau bahkan ribuan mangga, yaitu buah dari tanaman mangga yang kita tanam.

Begitu pula dengan uang. Bila uang kita investasikan melalui Allah swt berupa sedekah kepada anak yatim, fakir miskin,  membiayai pelayanan kesehatan masyarakat miskin, atau untuk kepentingan agama, maka kembaliannya bisa berlipat ganda. Kembalinya bisa sepuluh kali lipat hingga 700 kali lipat (Surat Al Baqarah 261). Pengembaliannya bisa berupa benda yang sama dengan nilai berlipat ganda atau bisa berupa "non-material".  Sebagai contoh, ada seorang anak yang memberikan rumahnya kepada orang tuanya yang belum punya rumah. Tidak berapa lama kemudian, sang anak bisa membeli rumah yang nilainya jauh lebih tinggi dari nilai rumah yang diberikan kepada orang tuanya.

Namun, kembaliannya bisa juga berupa non-materiil. Kembalian dari sedekah kita bisa berupa punya anak yang sehat, shalih dan rajin sekolah. Bisa juga punya kehidupan yang tenteram, dan lain lain.

Dilain pihak, bisa juga bila gaji kita Rp 3 juta dan kita korupsi Rp 5 juta, akhirnya uang kita malah akan menjadi minus Rp 2 juta. Bila kita memakan uang tidak haram sebesar Rp 5 juta, maka tidak hanya uang Rp 5 juta tersebut yang kita harus kembalikan, tapi diitambah penalti sebesar rp 5 juta juga. Allah swt hanya meminta kita mengembalikan uang koruspi kita dan dengan penalti senilai uang yang kita korupsi. Dilain pihak, bila kita sedekah Rp 100 ribu, yang kita dapatkan tidak hanya Rp 100 ribu, tapi Rp 1 juta bahkan bisa lebih dari itu.

Saya punya teman yang korupsi uang negara. Sebelum dia dipenjara, istrinya sudah terkena kanker payu dara. Tentunya pengobatan kanker payu dara tidak hanya memerlukan biaya besar, tapi juga pengorbanan lainnya (sakit, mual, muntah, susah makan, dll). Karena tidak insyaf dan tidak mengenal itu sebagai peringatan dari Allah, akhirnya teman saya tersebut ditangkap KPK dan dipenjara.

Semoga bermanfaat.

Tuesday, June 12, 2012

Adik Alif Oktaviansyah telah tiada

Pagi ini adik Alif Oktaviansyah, penderita meningocele dari desa Pituruh, Purworejo telah meninggal dunia di RS Sarjito. Beberapa minggu yang lalu, adik Alif Oktaviansyah telah dioperasi di RS Sarjito. Namun ternyata Allah swt berkehendak lain. Adik Alif Oktaviansyah telah dipanggil untuk kembali kepada-Nya.

Meningocele adalah keadaan dimana tulang kepala yang menyelimuti otak tidak menutup sempurna selama dalam kandungan. Sebagai akibatnya, maka selimut otak dan cairan otak keluar lewat celah tersebut dan mengumpul sebagai balon dibawah kulit. Pada kasus adik Alif Oktaviansyah, meningocele terjadi di bagian depan wajah sehingga secara teknis memperbaikinya juga menjadi lebih rumit.

Kepada para dermawan yang telah ikut membantu, baik moril maupun materiil, kami mengucapkan terima kasih. Semoga amal ibadah anda semua mendapat balasan berlipat ganda dari Allah swt.

Pada kesempatan yang sangat baik ini, saya ingin berpesan kepada keluarga yang ibunya sedang mengandung agar perbanyaklah berdzikir agar dikarunia anak yang sehat jasmani rohani dan kelak jadi anak yang shalih/ shalihah. Lengkapilah doa bapak/ ibu dengan sedekah.

Mari kita doakan agar keluarga yang ditinggalkan selalu tabah dan diberi kekuatan serta segera diberi pengganti dengan keturunan yang sehat, shalih/shalihah. amin. 

Monday, June 11, 2012

Sedekah mencegah bala bencana

Pagi ini ada beberapa masalah keuangan yang membuat saya sedikit "down". Dana bagi pembangunan gedung Tirto Jiwo hampir habis, padahal dana Taspen dan uang pensiun belum tahu kapan cairnya. Saya benar benar mengharapkan agar pembangunan gedung Tirto Jiwo tidak terhenti ditengah jalan hanya karena pensiun dan dana Taspen yang belum cair. Dalam perhitungan saya, dana tersebut bisa cair sebelum dana yang tersedia habis terpakai.

Masalah kedua, ketika saya akan mencoba transfer dana, ternyata internet banking sedang tidak jalan. Saya belum cek ke account officer kenapa fungsi transfer antar bank tiba tiba tidak jalan. Ini juga membuat hati saya sedikit down.

Namun hati yang down tersebut sedikit terobati ketika mendengar ada teman yang punya lebih besar masalah yang dihadapinya. Masalah saya hanyalah masalah keuangan, dan hingga saat ini tidak gawat amat. Artinya saya tidak dalam keadaan terbelit utang. Hanya ada sedikit masalh dalam aliran uang kontan saja.

Teman saya punya masalah yang lebih serius. Anaknya yang pertama baru saja didiagnosa terkena kanker kelenjar ludah. Gejala yang terlihat adalah adanya bel palsy, yaitu mulut sedikit mencong karena ada gangguan urat saraf Vagus (nervus vagus) yang mengendalikan otot mulut.Karena salah satu sisi otot mulut terganggu, maka bila tersenyum akan terlihat tidak simetris (mencong). Karena gangguan saraf tersebut maka salah satu kelopak matanya juga tidak bisa menutup sempurna ketika tidur. Minggu depan, anaknya tersebut akan dioperasi dan setelah itu harus mendapat terapi penyinaran. Sebagai ayah tentu saja hal ini membuatnya sedih.

Teman saya satunya lagi juga punya masalah. Anaknya terkena stroke karena salah satu pembuluh darah di otaknya pecah. Sang anak kini harus menjalani fisioterapi di Singapura. Padahal anaknya tersebut masih muda, mungkin usianya masih sekitar 30an tahun.

Kedua teman saya tersebut bisa dibilang berkecukupan. uang bukanlah masalah bagi mereka. Namun mereka mempunyai masalah yang lebih besar dari saya.

Saya bersyukur. Saat ini anak saya kuliah S2 sambil kerja paruh waktu. Kelihatannya dia menikmati sekali, baik kuliah maupun kerja paruh waktunya. Anak saya yang kedua juga sepertinya tidak ada masalah.

Hanya satu yang ingin saya sampaikan disini. saya beruntung mungkin karena saya mengikuti hadis nabi Muhammad SAW yaitu: "Bersegeralah bersedekah, sebab bala bencana tidak pernah bisa mendahului sedekah. (HR. Imam Baihaqi)" 

Sunday, June 10, 2012

Ilmu sebagai amal dan ilmu tanpa amal

Ilmu itu sangat penting. Tanpa ilmu kita sering salah dalam mengambil keputusan. Di bidang kesehatan banyak sekali orang buta atau sangat minim pengetahuannya. Padahal, dengan ilmu kesehatan, mereka akan bisa menghindari penyakit, hidup lebih sehat dan panjang umur.

Saat ini di internet, ilmu tentang kesehatan sangat banyak. Bila di-print atau di cetak, saya yakin jumlah halamannya akan berjuta-juta. Memang sebagian besar masih tertulis dalam bahasa Inggris. Namun dengan adanya mesin penterjemah seperti google translate, kita akan bisa memahami artinya dengan mudah. Bila kita mau, dengan biaya murah, melalui internet kita akan bisa mendapat ilmu yang bermanfaat.

Oleh karena itu, akhir akhir ini, saya mencoba menterjemahkan ilmu kesehatan kedalam bahasa Indonesia agar lebih banyak masyarakat Indonesia memanfaatkan ilmu tersebut. Beberapa penyakit populer seperti stroke, darah tinggi, gula darah, serangan jantung dan gagal ginjal sudah coba saya terjemahkan.

Sebenarnya, bila kita mau bersama-sama menggarap masalah terjemahan ilmu kesehatan kedalam bahasa Indonesia, masyarakat Indonesia akan dengan cepat menjadi melek kesehatan. Banyak masalah kesehatan bisa dicegah atau dihindari karena mereka memahami cara mencegahnya. Dengan masing masing menterjemahkan 10 halaman perminggu, maka dengan 1000 orang saja, sudah akan bisa dihasilkan 10 000 halaman ilmu kesehatan. dalam setahun, setidaknya akan tersedia sekitar 500 000 halaman.

Bila kita niatkan sebagai ibadah, maka pahala dari hasil terjemahan kita tersebut akan tetap mengalir meskipun kita sudah mati. Oleh karena itu, saya mengajak teman teman semua, mari kita buat terjemahan ilmu kesehatan kedalam bahasa Indonesia sebagai ladang amal bersama. Silahkan kirim hasil terjemahan ke email saya. Akan saya upload di website www.klinik-umiyah.com.

Namun kita juga harus menyadari juga. Banyak ilmu yang tidak diamalkan. Contoh yang paling nyata adalah soal rokok. Sebagian besar orang tahu bahwa merokok itu merugikan kesehatan, namun masih saja banyak orang merokok. Mereka punya ilmu, namun tidak mengamalkannya.Namun itu, terserah mereka. Berbeda antara orang yang tahu dengan yang tidak tahu. Tugas kita adalah membuat orang tahu, sehingga mereka dapat mengambil keputusan berdasar ilmunya tersebut.


Thursday, June 7, 2012

Menuai berkah dunia akhirat dengan wakaf lewat Klinik Umiyah

Suatu saat Umar bin Khattab, Sahabat Rasulullah SAW memperoleh sebidang tanah di Khaibar. Lantas ia mendatangi Rasulullah dan berkata: “Aku telah mendapatkan sebidang tanah yang paling berharga, maka apa yang akan engkau perintahkan kepadaku?” Rasulullah bersabda, “Jika engkau menghendaki, wakafkanlah tanah itu (engkau tahan tanahnya) dan sedekahkan hasilnya”.
Kemudian Umar menyedekahkan hasilnya. Sungguh tanah ini tidak boleh dijual, tidak boleh dihibahkan dan tidak boleh diwariskan, tetapi diinfakkan hasilnya untuk orang-orang fakir-miskin, kerabat, untuk membebaskan budak, untuk kepentingan di jalan Allah, menjamu tamu dan untuk ibnu sabil. Tidak ada dosa bagi yang mengurusinya, jika dia memakan sebagian hasilnya secara ma’ruf, atau memberi makan temannya tanpa menimbun hasilnya. (HR. Bukhari no. 2565, Muslim no. 3085).
Inilah contoh kisah teladan sahabat Rasul dalam mendermakan hartanya di jalan Allah. Beberapa ulama menyebutkan bahwa kisah yang dialami Umar ini adalah kisah pertama yang menjelaskan masalah wakaf dalam Islam.
Sebagaimana kita ketahui para sahabat berlomba-lomba mendermakan hartanya. Misalnya ketika terjadi perang Tabuk pada tahun 9 Hijriyah para sahabat seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Ashim bin Adiy dan Thalhah bin Ubaidillah mendermakan hartanya dalam jumlah banyak.
Para sahabat berkeyakinan bahwa harta yang sesungguhnya adalah harta yang didermakan untuk Islam, bukan harta yang dimiliki untuk kesenangan sendiri di dunia. Harta yang didermakan ini akan menuai hasilnya di akhirat kelak. Bahkan tidak jarang saat di dunia pun sudah terasa keberkahannya.
Manusia tidak akan selamanya hidup di dunia, maka ketika ajal menjemput terputuslah amalnya. Namun ada tiga amalan yang pahalanya tidak putus yaitu seperti yang disampaikan Rasulullah “Apabila anak Adam meninggal maka terputuslah amalnya, kecuali tiga yaitu sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan dan anak shaleh yang mendoakannya.” (HR.Muslim 3084)
Dan apa yang dilakukan Umar adalah salah satu bentuk jariyah berupa wakaf yang pahalanya akan terus mengalir selama harta itu bermanfaat. Syaikh Ali Bassam berkata, “Yang dimaksud dengan sedekah jariyah dalam hadits ini adalah wakaf.”

Pengertian Wakaf

Wakaf  berasal dari Bahasa Arab yaitu Wakafa yang artinya menahan atau berhenti. Dalam surat ash-Shâffât ayat 24, dinyatakan, “Tahanlah mereka karena sesungguhnya mereka akan ditanya”.
Sedangkan pengertian wakaf secara istilah seperti yang disampaikan Sayydi Sabbiq dalam Kitabnya Fiqh Sunnah ialah menahan harta dan memberikan manfaatnya di jalan Allah.
Wakaf sendiri hukumnya sunnah, berdasarkan hadits Rasulullah SAW “Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga macam; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang mendo’akannya”. (HR.Muslim)
Wakaf sudah dianggap berlaku dengan salah satu dari tiga cara berikut ini pertama; Perbuatan, misalnya, seseorang membangun mesjid agar banyak masyarakat shalat, atau membangun sarana pendidikan dan lain sebagainya.Kedua; Perkataan, misalnya “aku wakafkan barang ini” atau ungkapan lain yang semakna. Serta ketiga; Wasiat, misalnya bila aku wafat, maka aku wakafkan rumah ini.
Namun untuk menjaga hal yang tidak diingankan dikemudian hari, harta yang diwakafkan ini harus tercatat dan diketahui oleh saksi. Karena banyak sekali kasus yang berujung pada konflik fisik antara ahli waris dengan masyarakat umum yang memperebutkan harta ini.
Pentingnya pencatatan ini dikuatkan oleh hadits Ibnu Abbas “Ketika ibu Sa’ad Bin Ubadah meninggal dunia, dia (Sa’ad) tidak berada di sampingnya, lalu dia datang melapor kepada Rasulullah SAW seraya berkata, “Ya Rasulullah, ibuku telah meninggal dunia, ketika itu saya tidak berada di sisinya. Apakah bermanfaat kepadanya bila saya bersedekah atas namanya?” Jawab beliau, “Ya tentu (bermanfaat).” Lalu Sa’ad berkata, “Sesungguhnya aku menjadikan engkau sebagai saksi, bahwa pekarangan yang banyak buahnya ini aku sedekahkan (atas nama) ibuku”. (HR. Bukhari 2551).
Harta benda yang sudah diwakafkan ini tidak boleh dihibahkan pada orang lain, tidak boleh diwariskan kepada ahli waris, tidak boleh diperjual belikan, sebab pada hakikatnya harta wakaf itu sudah bukan milik muwakif lagi dan sudah berpindah tangan.
Imam Syafi’i dalam kitab Al-Umm menyebutkan “Tatkala Rasulullah SAW membolehkan muwakif menahan pokok harta yang diwakafkan tersebut dan memanfaatkan hasilnya, maka itu menunjukkan bahwa harta yang sudah diwakafkan bukan milik muwakif lagi.
Hukum asal harta benda wakaf tidak boleh dicabut, kecuali bila tidak dimanfaatkan atau diabaikan amanatnya, maka boleh mencabut wakafnya untuk dialihkan kepada yang lebih bermanfaat.
Syaikh Muhammad Amin berkata, “Seharusnya muwakif tidak mencabut wakafnya, kecuali sebelumnya dia membuat syarat apabila harta wakafnya tidak dimanfaatkan atau merasa diabaikan amanahnya; maka muwakif boleh mencabut wakafnya.”

Harta yang Diwakafkan

Beberapa jenis harta yang bisa diwakafkan berdasarkan keterangan dari hadits nabi diantaranya,
Pertama; Tanah. Sebagaimana Bani Najjar mewakafkan tanah mereka untuk membangun masjid Nabi di kota Madinah. Selain untuk masjid bisa juga untuk sekolah, rumah sakit, dan yang bermanfaat bagi umat Islam.
Kedua; Peralatan. Sebagaimana Khalid mewakafkan baju perangnya untuk berperang fi sabilillah. (HR.al-Bukhari, No.1375)
Ketiga; Alat Transportasi. Amr bin al-Harits berkata, “Pada saat Rasulullah SAW wafat, beliau tidak meninggalkan dirham, tidak pula dinar, tidak pula budak pria dan wanita, dan sedikit pun beliau tidak meninggalkan harta selain keledai putihnya, senjata, dan tanah, Beliau mewakafkan semua miliknya itu. (HR.al-Bukhari No.2661).
Keempat; Sumber Mata Air. Seperti sumur atau yang lainnya. Utsman Bin Affan berkata, “Rasulullah datang ke kota Madinah. Beliau tidak menjumpai air tawar, melainkan sebuah sumur namanya “rumah”, lalu Beliau berkata, “Barang siapa yang mau membeli sumur ini dengan uangnya sendiri, sehingga timba yang diletakkan di dalamnya sebagai timbanya kaum muslimin, maka dia mendapat imbalan yang lebih baik di sorga”. (HR. Ahmad No.524, Tirmizi No. 3636, Nasa`i No.3551)
Kelima; Kebun berikut hasilnya. Sa’ad Bin Ubadah berkata, “Wahai Rasulullah, ibuku telah meninggal dunia, ketika itu saya tidak berada di sisinya, apakah bermanfaat kepadanya bila saya bersedekah atas namanya?” Jawab beliau, “Ya tentu (bermanfaat) . Sa’ad berkata, “Sesungguhnya aku menjadikan engkau sebagai saksi, bahwa pekarangan yang banyak buahnya ini aku sedekahkan atas nama ibuku”. (HR. al-Bukhari No.2551).
Keenam; Uang. Imam az-Zuhri  membolehkan wakaf uang (dinar dan dirham). Sebagian ulama mazhab al-Syafi’i dan Mazhab Hanafi juga membolehkan dana wakaf tunai untuk investasi bagi hasil untuk kepentingan umum.
Mengenai wakaf uang ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa pada 11 Mei 2002  yang membolehkan wakaf uang (cash wakaf/ waqf al nuqud) dengan syarat nilai pokok wakaf harus dijamin kelestariannya.
Hal ini kemudian diperkuat oleh UU No 41 Tahun 2004 tentang wakaf pasal 28-31 dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang pelaksanaannya (UU Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf) pasal 22-27 membolehkan wakaf uang.
Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Prof. Dr. Nasaruddin Umar seperti dilansir di situs www.kemenag.go.id  mengatakan potensi wakaf uang tunai bisa mencapai Rp 20 triliun pertahun. Namun potensi yang bisa menjadi soko guru perekonomian Indonesia ini belum digarap maksimal.
“Selama ini tidak mendapatkan perhatian serius dari semua pihak”, kata Nasaruddin dalam acara sinergitas Direktorat Pemberdayaan Wakaf Kementerian Agama di Bandung, Jawa Barat beberapa waktu lalu.
Ia lebih lanjut mengatakan, Indonesia merupakan negara dalam jumlah kekayaan harta wakaf yang sangat besar. Menurut data di Kementerian Agama tahun 2007 jumlah tanah wakaf di Indonesia 367.531 lokasi dengan luas 2.668.481 m2. Tanah wakaf ini luasnya sama dengan 2-3 negara Singapura. Sayangnya hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan secara produktif.
Seperti yang disinggung pada judul diatas, bahwa wakaf akan menuai berkah di dunia dan akhirat. Harta wakaf banyak sekali memberikan manfaat kepada fakir miskin, anak yatim, janda, orang yang tidak punya usaha, para pengajar dan penuntut ilmu dan semua lapisan maysrakat yang merasakan manfaatnya.
Mereka tentu saja akan menaruh rasa simpati kepada orang yang mewakafkan hartanya. Mereka akan mendoakan keselamatan dan keberkahan sehingga nama yang mewakafkan hartanya akan terus dikenang. Ini didunia belum lagi di akhirat.
Ketika yang mewakafkan hartanya itu meninggal pahalanya akan terus mengalir. Subhanallah begitu hebatnya pahala wakaf. Mari kita berlomnba-lomba untuk berwakaf karena inilah investasi yang hakiki.

Klinik Umiyah

Tanah, peralatan dan bangunan Klinik Umiyah adalah wakaf. Saat ini, Klinik Umiyah sedang membangun bangsal tambahan. Peralatan medis, khususnya alat laboratorium, juga masih perlu dilengkapi. Artinya, masih terbuka bagi kita semua untuk berwakaf melalui Klinik Umiyah. Insya Allah berkahnya akan mengalir di dunia dan di akhirat.

Wednesday, June 6, 2012

Membangun ladang amal bersama

Saya punya dua teman yang tertarik dengan kerja sosial di bidang kesehatan. Namun dua duanya tidak bisa menerapkan ide memberi pelayanan kepada orang miskin di negaranya. Teman pertama dari Korea dan satunya lagi dari Thailand. Di kedua negara tersebut semua orang sudah mempunyai asuransi kesehatan. Orang miskin dibiayai pemerintah, orang yang mampu harus bayar premi asuransi dan didukung juga oleh perusahaan tempatnya bekerja.

Di Indonesia, pemerintah belum mampu menyantuni orang miskin agar mendapat pelayanan kesehatan. Ada beberapa kendalanya. Pertama, karena tidak adanya data penghasilan keluarga sehingga cukup banyak (sekitar 20%) orang miskin yang tidak punya kartu jamkesmas. Kedua, meskipun biaya pengobatan sudah ditanggung jamkesmas, bila harus lama dirawat di rumah sakit, mereka perlu biaya bagi keluarga pendamping. Sering mereka kesulitan membiayai transport dan makan bagi pendamping orang yang sakit. Ketiga, jumlah tempat tidur kelas 3 (bagi pasien jamkesmas) di rumah sakit yang terbatas.

Sebenarnya ini merupakan kesempatan bagi para dermawan untuk membangun ladang amal bersama. Di Indonesia diperlukan tambahan tempat tidur kelas 3 yang sangat banyak. Setidaknya Indonesia memerlukan sekitar 1 tempat tidur untuk setiap 10 000 orang miskin. Jumlah tempat yidur kelas 3 di rumah sakit milik pemerintah masih jauh dibawah itu.

Bila penduduk muslim yang mampu mau berwakaf tunai Rp 1 juta rupiah saja setiap tahunnya. Maka dalam waktu singkat kebutuhan tersebut akan bisa segera terpenuhi. Bukankah bila kita sudah meninggal, pahala wakaf akan tetap mengalir. Mari kita segera wujudkan rumah sakit wakaf bagi masyarakat dhuafa.