Friday, June 15, 2012

Matematika dalam kehidupan nyata

Sejak sekolah dasar, kita telah diajari bahwa 2+2 = 4. Bila kita punya uang Rp 2 juta dan kita dapat tambahan gaji ke 13 sebesar Rp 2 juta, maka uang kita akan berjumlah Rp 4 juta. Berarti pelajaran di sekolah dengan kenyataan yang kita hadapi telah sesuai.

Namun dalam alam dan kehidupan sehari-hari, hitung hitungan matematika tidak selalu begitu. Dengan kita mengurangi apa yang kita punya, kita bisa mendapatkan gantinya dalam jumlah yang berlipat ganda. Mengapa begitu? Yang kita berikan akan dikelola oleh Yang Maha Kuasa dan dikembalikan kepada kita dalam jumlah yang berlipat ganda. Bila kita menanam 1 biji buah mangga, maka yang kita dapatkan tidak hanya 1 buah mangga, tetapi bisa ratusan atau bahkan ribuan mangga, yaitu buah dari tanaman mangga yang kita tanam.

Begitu pula dengan uang. Bila uang kita investasikan melalui Allah swt berupa sedekah kepada anak yatim, fakir miskin,  membiayai pelayanan kesehatan masyarakat miskin, atau untuk kepentingan agama, maka kembaliannya bisa berlipat ganda. Kembalinya bisa sepuluh kali lipat hingga 700 kali lipat (Surat Al Baqarah 261). Pengembaliannya bisa berupa benda yang sama dengan nilai berlipat ganda atau bisa berupa "non-material".  Sebagai contoh, ada seorang anak yang memberikan rumahnya kepada orang tuanya yang belum punya rumah. Tidak berapa lama kemudian, sang anak bisa membeli rumah yang nilainya jauh lebih tinggi dari nilai rumah yang diberikan kepada orang tuanya.

Namun, kembaliannya bisa juga berupa non-materiil. Kembalian dari sedekah kita bisa berupa punya anak yang sehat, shalih dan rajin sekolah. Bisa juga punya kehidupan yang tenteram, dan lain lain.

Dilain pihak, bisa juga bila gaji kita Rp 3 juta dan kita korupsi Rp 5 juta, akhirnya uang kita malah akan menjadi minus Rp 2 juta. Bila kita memakan uang tidak haram sebesar Rp 5 juta, maka tidak hanya uang Rp 5 juta tersebut yang kita harus kembalikan, tapi diitambah penalti sebesar rp 5 juta juga. Allah swt hanya meminta kita mengembalikan uang koruspi kita dan dengan penalti senilai uang yang kita korupsi. Dilain pihak, bila kita sedekah Rp 100 ribu, yang kita dapatkan tidak hanya Rp 100 ribu, tapi Rp 1 juta bahkan bisa lebih dari itu.

Saya punya teman yang korupsi uang negara. Sebelum dia dipenjara, istrinya sudah terkena kanker payu dara. Tentunya pengobatan kanker payu dara tidak hanya memerlukan biaya besar, tapi juga pengorbanan lainnya (sakit, mual, muntah, susah makan, dll). Karena tidak insyaf dan tidak mengenal itu sebagai peringatan dari Allah, akhirnya teman saya tersebut ditangkap KPK dan dipenjara.

Semoga bermanfaat.

No comments:

Post a Comment