Monday, June 27, 2011

Dame Stephanie Shirley: jadi dermawan karena pernah jadi pengungsi

Dame Stepahnie Shirley adalah seorang wirausaha. Dia mulai usahanya dengan modal 6 poundsterling (sekitar Rp 80 ribu nilai sekarang) di tahun 1962. Dia berhasil mengembangkan usahanya (kini nama perusahaanya adalah Xansa ) menjadi sebuah perusahaan dibidang teknologi yang terkemuka. Setelah pensiun di tahun 1993, Dame Stephanie Shirley banyak mencurahkan waktunya untuk kegiatan sosial.

"Pengalaman hidup saya sebagai pengungsi merupakan alasan utama kenapa saya menjadi dermawan. Sebagai pengungsi saya harus bisa membuat justifikasi kenapa saya bisa hidup sedangkan banyak orang lain harus meninggal. Sebagai pengungsi saya menerima banyak bantuan dan mengalami hal hal yang tidak terbayangkan oleh orang orang kaya", kata Dame S Shirley, yang harus mengungsi dari Jerman ke Inggris pada tahun 1939.

Dame Shirley memfokuskan bantuannya di dua bidang: teknologi informasi (bidang keahliannya) dan autis (anaknya laki laki terkena autis).Hingga sekarang Dame Shirley dan suaminya sudah menyumbang sekitar 50 juta poundsterling bagi kegiatan amal. Dame Stephanie juga membangun rumah bagi para penyandang cacat autis, yang kini dihuni sekitar 37 orang penyandang autis.

Friday, June 24, 2011

Surga ditelapak kaki ibu

Berbakti kepada orang tua, terutama kepada ibu, merupakan suatu nilai penting yang diajarkan kepada kita semua. Namun sayangnya, karena beban dan perjuangan hidup yang berat membuat kita lupa untuk menerapkan nasehat tersebut.

Ternyata, setelah saya amati pengalaman hidup banyak orang,  balasan atas bakti kepada orang tua juga sudah mereka terima selama hidup didunia. Beberapa kisah nyata dibawah ini, yang saya ambil dari website wisatahati (http://www.wisatahati.com/)  mendukung pernyataan saya tersebut:



1. Ngasih Uang Sama Ibu,mendapat Rejeki Yang Tidak Disangka-sangka

    User ID Pengirim : Mulyadi Alikanz
    No.urut Testimoni : 332

Dua Minggu sebelum lebaran 1431H Saya bingung ingin pulang kampung kerumah mertua saya yang ada didaerah Jogja.Tapi dari awal Ramadhan saya dan keluarga sudah niat ingin silaturahmi kerumah orang tua istri saya (mertua) karena sudah satu tahun saya dan keluarga ga pernah pulang ke Jogja, pikirku waktu itu walaupun hanya punya ongkos pas pasan hanya buat berangkat saja saya harus pulang. Saya berharap dari gajian dan THR sudah cukup untuk pulang kampung Jakarta-Jogja. Tapi setelah saya terima Gajian dan THR, saya harus ngasih keorang tua saya, karena ibu saya sangat membutuhkan untuk Hari Raya idul Fitri,dengan harapan semoga Alloh akan menggantinya dengan yang lebih banyak dan barokah. Dua hari sebelum lebaran saya masih masuk kerja karena teman saya sudah cuti terlebih dahulu. Setelah saya menyelesaikan pekerjaan, saya lansung berpamitan dengan atasan saya sekalian saya bilang besok sudah mau cuti dan pulang kampung, pada saat itu atasan saya menanyakan pulang kemana ? ke Jogja pak, langsung atasan saya memberikan ongkos untuk beli ticket JKT-JOG-JKT PP untuk saya,istri dan satu anaksaya , itu semua lebih dari cukup buat saya dan keluarga, Alhamdulillah Ya Alloh….. ini rejeki yang tidak disangka sangaka, Alloh Maha BESAR… Alloh Maha Kaya…..


2. Uang Belanja Ibu

User ID Pengirim : Tunjung
No.urut Testimoni : 221

Akhir bulan keadaan keuangan yang sangat mepet, tapi saya di beri dua pilihan, waktu itu pagi hari saya mau berangkat kerja dengan uang cuma Rp. 15.000,- di dompet, pagi itu juga ibu saya meminta uang untuk beli sayuran + lauk masak hari itu,,,, sedangkan jika saya pergi kerja saya harus isi bensin Rp. 10.000,- untuk perjalanan pulang pergi kantor, tapi dengan niat ingin membuat ibu saya senang dan tidak tahu keadaan keuangan saya, saya berikan Rp. 10.000,- uang saya yang ada di dompet dengan tekad isi bensin Rp. 5.000,- saya masih bisa sampai kantor.

Sesampainya di kantor saya kerja dengan biasa, dan yang tidak biasa, atasan saya minta di buatin kopi pagi itu, sebagai bawahan yang loyal kepada atasan saya membuat kopi, dan Subhanalloh waktu saya mengantar kopi buat atasan saya beliau memberikan uang sebanyak Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah)............. Subhanalloh walhamdulillah walaillahailalloh huwalloh huakbar............... uang saya yang Rp. 10.000,- untuk ibu saya belanja tadi pagi untuk beli lauk makan malam saya di ganti 30 kali lipat. tidak bisa berkata-kata lagi saya selain berucap Alhamdulillahhirobil Alamin................... Ya Rabb.... Subhanalloh..............

3. Doa Seorang Umi /ibu

User ID Pengirim : oim abdurahim
No.urut Testimoni : 161

Saya hanya seorang karyawan biasa yang mempunyai income biasa-biasa saja,ALHAMDULILLAH menurut hemat saya berkah,artinya kata orang dg keadaan sekarang rasanya sulit untuk mempunyai sebuah rumah dengan gaji biasa tsb.Tetapi ALHAMDULILLAH ALLOH mentaqdirkan lain,secara hitung hitung matematika rasanya mustahil saya bisa membangun rumah dg luas 10 x 11M apalagi bagian atas di cor/dak 11x12 M bisa dibayangkan berapa dana yang harus di siapkan untuk membangun rumah tsb.

Bermula dari dorongan umi untuk mulai membangun rumah,saya hanya tersenyum,waktu itu saya hanya mempunyai tabungan tidak lebih dari 4 jt,mana mungkin,apalagi harga2 bahan bangunan mahal. memang tanah tidak membeli,ibu saya bilang mulailah dengan BISMILLAH,sisanya umi bantu dngan DOA.

Dengan modal 4jt tsb dan dorongan dari umi BISMILLAH sayamulai bikin pondasi,Para pembaca bisa menebak paling cuma sampe beli batu,pasr dan semen saja,itu betul,tetapi dalam perjalanannya saya mulai merasakan mustajabnya doa seorang ibu.Pikiran saya mulai terbuka,bagaimana cara mendapatkan tambahan uang (entunya yang halal ) untuk meneruskan pembanguna rumah tsb.
saya tidak habis pikir ALLOH memudahkan saya untuk mendapatkan dana, bermula dari toko bahan banguna yang memberikan keleluasaan pada saya untuk mengambil barang terlebih dahulu, kemudian adik saya yang memnjamkan tabungannya dan lain2 yang tdk sy tuliskan di sini.Saya hanya bisa bersyukur pada ALLOH, dan juga berterima kasih sama umi atas doanya,tanpa itu rasanya saya tidak punya kekuatan mental.

Pembanguna rumah di lakukan 4 tahap sekitar 3 tahunan. ALHAMDULILLAH kini kami sudah mendiami nya bersama istri tercinta dan 3 orang anak. Tadinya saya tidak mau mentotal semua biaya tapi istri saya bilang hanya ingin tahu saja,MASYA ALLOH saya benar2 surprise. Dengan gaji 2 jt an + gaji istri saya sbg guru sd saya bisa menhabiskan lebih dari 100 jt, angka yang pantastis, kalo saya menabung dg gaji saya aja barang kali bisa 4-5 tahunan, SUBHANALLOH KAU buktikan YA ALLOH bahawa keridoan MU tergantung ridho orang tua.

Semoga kisah saya bisa menjadi inspirasi bagi anda saudaraku untuk menjunjung ,menghormati,memuliakan orang tua,terutama IBU, seperti Sabda NABI MUHAMMAD SAW rido ALLOH tergantung ridho orang tua... di hadist lain Siapa yang harus aku hormati dari ortu? IBUMU,IBUMU,IBUMU,baru AYAHMU.Mulailah memberikan yang terbaik kepada orang tua,mintalah doa agar kita selalu di mudah kan dalam urusan hidup dunia dan akherat. Jalani kewajiban dari ALLOH berbuat baik terhadap sesama INSYAA ALLOH pintu kemudahan akan selalu ada setiap saat.AMIIN,

4. Buah Merawat Ibu Menjelang Ajal


User ID Pengirim : Yakir
No.urut Testimoni : 454

Hari ini (Sabtu, 12 Peb 2011) saya rasakan hari yang luar biasa dalam hidup. Untuk pertama kalinya sejak sekitar satu tahun yang lalu saya baru bisa menafkahi anak isteri dari jerih payah sendiri. Bekerja. Saya genggam erat-erat uang gaji minggu ini dengan hati bergetar penuh kesyukuran pada Allah SWT. Usai sudah penantian panjang ini. Selama ini, saya bergantung hidup pada kakak yang memberi jaminan hidup karena saya tidak bekerja? Kenapa saya tidak bekerja? Dulu, sayapun bekerja, lalu atas kemauan sendiri (meski mengandung banyak konsekuensi logis) saya keluar dari tempat kerja. Apa sebabnya? Saya harus merawat ibu yang sudah tua (80 tahun), hampir buta dan sakit-sakitan.

Satu tahun lebih saya merawat ibu dalam keadaan seperti itu. Aktivitas rutin saya dimulai dari sekitar jam 2 dini hari, saat ibu bangun dan minta diantar ke kamar mandi. Setelah buang air dan wudlu, ibu saya antar lagi ke tempat tidur untuk sholat malam hingga subuh. Setelah tidur sejenak, ibu minta dibangunkan lagi untuk ke kamar mandi, wudlu dan sholat dhuha. Sementara ibu sholat dhuha, saya membuatkan bubur hangat untuk sarapan ibu. Begitu selesai sholat dhuha, secangkir teh manis hangat dan bubur hangat sudah saya siapkan. sementara ibu sarapan, saya mencuci pakaian anak, isteri dan ibu saya.

Selesai menjemur cucian, saya mengepel badan ibu, meneteskan obat mata pada kedua mata ibu yang hampir tak dapat melihat lagi. Selanjutnya ibu tidur lagi hingga menjelang dhuhur. Waktu dhuhur tiba, saya bangunkan ibu untuk sholat dan makan siang. Selesai makan siang biasanya ibu berbincang-bincang dengan saya hingga dia merasa mengantuk dan tyidur kembali hingga menjelang asar. Saat waktu asar masuk, saya bangunkan ibu dan mengambil wudlu untuk kemudian sholat asar. Selesai sholat asar ibu wiridan hingga menjelang maghrib.

Selesai sholat sholat maghrib ibu wiridan lagi hingga waktu isya tiba. Selesai sholat isya ibu makan malam dan kemudian tidur setelah sebelumnya saya urut kaki dan badan ibu dengan param. Ketika ibu sudah tertidur, tugas saya belum selesai. Mengajari dan menunggui anak belajar dan menggarap PR menjadi tugas saya selanjutnya. Selanjutnya, gantian saya mendengarkan keluh kesah isteri tentang berbagai masalah dalam rumah tangga kami. Dan, sayapun tertidur dengan segala macam beban dalam kepala. Tak banyak yang saya minta pada Allah SWT dalam munajat saya waktu itu. Saya hanya mohon diberi tambahan kesabaran. Itu saja.

Rutinitas seperti diatas berjalan selama hampir setahun. Jangan tanyakan perasaan saya saat pagi hari, misalnya, sementara anak berangkat sekolah, isteri berangkat bekerja, satu persatu tetangga berangkat bekerja, dan saya mencuci dan menjemur pakaian ibu dan anak isteri saya.

Tanggal 14 Oktober 2010 ibu meninggal dunia dengan tenang. Seperti keinginannya sejak dulu, beliau meninggal dalam pangkuan saya, ditunggui anak-anaknya, cucunya dan cicitnya. Alhamdulillah, menjelang ajal ibu diberi kesempatan Allah SWT untuk berpamitan pada anak-anaknya, saling meminta maaf dan mewasiatkan pesan agar anak-anaknya saling rukun sepeninggalnya. Tak banyak orang diberi kesempatan seperti itu. Ibu meninggal dengan tenang dan bahagia karena ditunggui anak-anaknya. Ternyata, hal yang paling diinginkan orang tua adalah : MELIHAT ANAK-ANAKNYA RUKUN. Tak peduli betapapun kayaknya seseorang, tak akan berarti bila anak keturunannya tidak rukun. Berapa banyak orang tua nelangsa melihat anak-anaknya berebut warisan bahkan saat kedua orang tuanya masih hidup.

Tiga bulan selepas kepergian ibu, hati saya masih perih. Semangat hidup saya benar-benar drop hingga titik nadir. Saya berusaha bangkit lagi. Cari kerja. Pernah saya berjalan kaki sejauh 10 KM mencari kerja untuk mendapatkan satu jawaban : TIDAK! Tapi ternyata Allah SWT tidak membiarkan saya terlalu lama dalam kesedihan dan keterpurukan. Seorang teman yang dulu pernah satu kantor kirim SMS. Dia menawari saya pekerjaan yang semestinya menjadi tugasnya. Dia melewatkan pekerjaan itu karena diterima dalam perekrutan CPNS. Pucuk dicintai ulam tiba. Tentu saja tak melewatkan kesempatan itu. Jobnya pas dengan pengalaman saya dan saya sedang membutuhkannya! Alhamdulillah.

Setelah seminggu bekerja (dalam masa training) saya menerima apa yang menjadi hak saya. Sedekah tentu saja tak lupa. Hari ini, sepulang kerja, saya beli (dengan upah saya) jagung bakar kesukaan anak saya. Sore ini, saya nikmati jagung bakar bersama anak isteri. Selamat datang semangat hidup! I' back! Alhamdulillah!

5. Sedekah Kepada Orang Tua


User ID Pengirim : -
No.urut Testimoni : 65

Sudah beberapa tahun ini suami saya menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Tapi dia ikhlas dan sangat sabar, walaupun orang tuanya seringkali meminta & memaksakan banyak hal, disamping nafkah bulanan. Suatu hari, sang ayah minta dibelikan barang seharga Rp. 150.000-. Awalnya saya sempat tidak setuju dengan pertimbangan belum ada cost nya dan barang itu belumlah dibutuhkan benar. Tetapi, karena rasa sayang dan tidak ingin membuatnya marah & tersinggung, kami pun membelikannya. 3 hari kemudian, anak kami harus dirawat dirumah sakit. Saat itu semua kamar penuh, kecuali satu kamar, dan itu yang paling mahal, Super VIP A (tiga tingkat dari plan yang dicover kantor kami). Kami pun kebingungan, karena kami harus mengganti selisih uangnya nanti. Tapi Alhamdulillah, semua biaya tetap ditanggung perusahaan kami sampai anak saya akhirnya sembuh. Subhanallah, saya teringat, bahwa pemberian kita kepada orang tua adalah sedekah, dan janji Allah akan melipatgandakan sedekah kita.
Ini lah sebuah kisah Surga di Telapak Kaki Ibu


Sebagai penutup saya kutipkan sebuah kisah yang sangat inspiratif.  Saya tidak tahu apakah ini merupakan suatu kejadian sesungguhnya atau hanya sebuah karangan. Namun saya kutip disini karena ceritanya yang menarik. (Sumber : http://www.andriewongso.com/)

Alkisah, seorang pemuda sedang melamar pekerjaan di sebuah perusahaan besar. Dia sudah berhasil lolos di tes-tes pendahuluan. Dan kini tiba saatnya dia harus menghadap kepada pimpinan untuk wawancara akhir.

Setelah melihat hasil tes dan penampilan si pemuda, sang pemimpin bertanya, "Anak muda, apa cita-citamu?"

"Cita-cita saya, suatu hari nanti bisa duduk di bangku Bapak," jawab si pemuda.

"Kamu tentu tahu, untuk bisa duduk di bangku ini, tidak mudah. Perlu kerja keras dan waktu yang tidak sebentar. Betul kan?" Si pemuda menganggukkan kepala tanda setuju.

"Apa pekerjaan orangtuamu?" lanjutnya bertanya.

"Ayah saya telah meninggal saat saya masih kecil. Ibulah yang bekerja menghidupi kami dan menyekolahkan saya."

"Apakah kamu tahu tanggal lahir ibumu?" kembali sang pimpinan bertanya.

"Di keluarga kami tidak ada tradisi merayakan pesta ulang tahun sehingga saya juga tidak tahu kapan ibu saya berulang tahun."

"Baiklah anak muda, bapak belum memutuskan kamu diterima atau tidak bekerja di sini. Tetapi ada satu permintaan bapak! Saat di rumah nanti, lakukan sebuah pekerjaan kecil yaitu cucilah kaki ibumu dan besok datanglah kemari lagi."

Walaupun tidak mengerti maksud dan tujuan permintaan tersebut, demi permintaaan yang tidak biasa itu, dia ingin mencoba melakukannya.

Setelah senja tiba, si pemuda membimbing ibunya duduk dan berkata, "Ibu nampak lelah, duduklah Bu, saya akan cuci kaki ibu."

Sambil menatap takjub putranya, si ibu menganggukkan kepala. "Anakku, rupanya sekarang engkau telah dewasa dan mulai mengerti."

Si pemuda pun mengambil ember berisi air hangat, kemudian sepasang kaki ibunda yang tampak rapuh, berkeriput, dan terasa kasar di telapak tangannya itu mulai direndam sambil diusap-usap dan dipijat perlahan. Diam-diam airmatanya mengalir perlahan.

"Ibu, terima kasih. Berkat kaki inilah ananda bisa menjadi seperti hari ini."

Mereka pun saling berpelukan dengan penuh kasih dan kelegaan.

Dan keesokan harinya, sang pemimpin berkata, "Coba ceritakan, bagaimana perasaanmu saat kamu mencuci kaki ibumu."

"Saat mencuci kaki ibu saya, saya mengerti dan menyadari akan kasih ibu yang rela berkorban demi anaknya. Melalui kaki ibu saya, saya tahu, bahwa saya harus bekerja dengan sungguh-sungguh demi membaktikan diri kepada ibu saya."

Mendengar jawaban si pemuda, akhirnya sang pemimpin menerima dia bekerja di perusahaan itu. Karena sang pemimpin yakin, seseorang yang tahu bersyukur dan tahu membalas budi kebaikan orangtuanya, dia adalah orang yang mempunyai cinta kasih. Dan orang yang seperti itu pasti akan bekerja dengan serius dan sukses.

***

Pepatah "surga di telapak kaki ibu" sungguh mengandung makna yang sangat dalam. Memang kasih ibu tiada tara. Saya yakin! Jika kita mendapatkan restu, apa lagi didukung oleh doa ibunda, tentu semua itu merupakan dukungan yang mengandung kekuatan luar biasa, yang memungkinkan apapun yang kita lakukan akan mendatangkan hasil yang lebih baik.

Mari, selagi orangtua kita masih hidup: beri perhatian, layani mereka dan cintai mereka dengan setulus hati.


Wednesday, June 22, 2011

Kisah sedekahnya orang orang kecil di Amerika

Nancy mempunyai 3 anak. Dia baru saja bercerai dari suaminya. Suaminya hanya memberi santunan uang yang hanya cukup untuk makan 1 orang secara sederhana. Padahal, Nancy punya 3 anak yang harus dihidupinya.

Akhirnya, Nancy menyedekahkan 10% uang yang dia terima dari  suaminya. Apa yang kemudian terjadi? Nancy diterima bekerja diperusahaan yang membuat buku masakan. Nancy diminta belanja bahan makanan dan membantu memasaknya sehingga perusahaan tersebut bisa membuat foto hasil resep masakannya. Setelah di foto, Nancy boleh membawa pulang hasil masakannya.

Albert Lexie (67 tahun) adalah seorang tukang semir sepatu dari kota Monessen. Hampir setiap Selasa dan Kamis dia akan berangkat jam 5:30 pagi dari rumahnya untuk bekerja sebagai tukang semir sepatu di Children Hospital of Pittsburgh, Amerika.


Pada tahun 1982, ketika dia melihat ada kegiatan penggalangan dana bagi Free Care Fund untuk membiayai RS Anak di kotanya, dia datang menyumbangkan dana sebesar $ 730 (sekitar Rp 6,5 juta). Padahal dalam setahunnya dia hanya hidup dengan uang sekitar $ 10.000. Hidup sederhana untuk ukuran Amerika. Sejak saat itu dia selalu rajin sedekah buat anak anak tidak mampu yang dirawat disana.

Albert Lexie hidup sederhana. Dia mengumpulkan semua tip dan hasil kerjanya sebagai tukang semir sepatu. Dia juga menyediakan kotak amal bagi biaya pengobatan anak anak tidak mampu yang dirawat di Children Hospital of Pittsburgh. Anak anak tersebut dia istilahkan sebagai anaknya pak Albert. Hingga sekarang, Albert Lexie sudah menyumbang (dari hasil kerjanya dan kotak amal) untuk kegiatan amal hingga $ 150,000 (sekitar Rp 1,27 milyard nilai sekarang).

Untuk jadi dermawan tidak harus menunggu kaya. Paling tidak itulah yang dilakukan oleh Adam Carter, seorang penjual bir di sebuah stadium baseball dikota Chicago, Amerika.


Adam Carter melihat betapa sulitnya hidup dalam jurang kemiskinan. Banyak masalah di negara berkembang yang tidak memerlukan banyak biaya untuk memecahkannya. Sejak saat itu, Adam Carter berniat untuk menjadi dermawan. Hanya saja dia tidak punya harta warisan, pekerjaan dan karir. Akhirnya Adam Carter bekerja sebagai penjual minuman di sebuah stadium baseball di kota Chicago. Disitu, dia bekerja keras dan hidup sederhana agar bisa mengumpulkan uang untuk disumbangkannya bagi pengentasan kemiskinan di negara berkembang.

Setiap musim pertandingan baseball, Adam Carter bekerja sebagai penjual minuman. Dia juga mencoba menggalang dana untuk kegiatan sosialnya. Diluar musim pertandingan, dia akan mengunjungi berbagai negara berkembang (Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Latin) untuk mengembangkan proyek dengan uang dari sumbangan yang dia kumpulkan. Misalnya, dia pernah memberikan kelambu yang telah diberi insektisida anti nyamuk untuk penduduk satu desa. Desa tersebut merupakan daerah endemis malaria yang ditularkan lewat gigitan nyamuk. Adam Carter juga pernah mengembangkan sister school dengan mepersaudarakan sebuah sekolah di negara Columbia dengan sebuah sekolah di negara bagian Califronia, Amerika.

Pada tahun 1995, ketika berusia 87 tahun dan menderita arthritis, Oseola Mc Carty yang sehari-harinya hidup sebagai tukang cuci dan seterika menyumbangkan $ 150,000 ke University of Southern Missisipi untuk beasiswa bagi mahasiswa tidak mampu.


"Saya ingin membantu anak seseorang agar bisa kuliah": kata Oseola McCarty:" Saya ingin uang ini dipakai oleh orang yang memerlukannya dan mau belajar. Saya sudah tua dan tidak akan hidup selamanya".

Oseola McCarty lahir pada tahun 1908 di Wayne County, Missisipi, Amerika yang kemudian pindah ke Hattiesberg ketika Oseola masih sangat kecil. Dia hanya bersekolah hingga kelas 6. Sejak itu dia bekerja sebagai tukang cuci dan seterika. Hidup hemat dan menyimpan sisa uangnya. Setelah cukup banyak dia akan pergi ke First Missisipi National Bank dan menabung uangnya disana.

Dengan berjalannya waktu, tabungan milik Oseola McCarty juga berkembang. Dia tidak pernah mengambil tabungannya. Oseola McCarty tidak pernah berkeluarga. Ketika neneknya meninggal dia tabung warisan yang diterimanya. Begitu pula ketika ibunya meninggal, warisan yang dia terima dia tambahkan ke tabungannya. Bapaknya mewariskan rumah yang dia tempati.

Ketika kesehatannya mulai menurun, pihak bank membantunya mengelola keuangannya. Seorang pengacara dimana dia biasa mencucikan pakaiannya membantu Oseola membuat surat wasiat. Dalam wasiatnya dia ingin agar 60% uangnya dia berikan ke University Southern Missisipi untuk beasiswa bagi anak tidak mampu. "Dulu University of Southern Missisipi tidak menerima mahasiswa kulit berwarna. Namun sekarang mereka mau menerima, karena itu perlu dibantu", kata miss Oseola McCarty.

Tuesday, June 21, 2011

Sedekah 10%: Semoga Allah menjaga penghasilan saya

Berikut ini pengalaman ibu Elsa yang dimuat di website Wisata Hati: http://www.wisatahati.com/modul.php?flmodul=content_testimoni_title

Lebih dari setahun yang lalu saya menulis di testimoni, kemudian website ini ada gangguan, sehingga tulisan saya termasuk yang hilang.


Namun saya ingin kembali testimoni dengan hal yang sama, karena saya masih senang sedekah/infak dan karunia Allah sampai dengan saat ini masih tetap berlimpah karena konsisten sikap saya dalam berinfak 10%.

Karunia Allah masih tetap berlimpah, penghasilan saya dulu bersih Rp 13 juta dan sekarang insya allah minimal Rp 13 juta, dan insya allah berlebih dan berlebih. amin.

Tulisan saya sebagai berikut =

Semoga Allah menjaga penghasilan saya.

Dalam karir saya, sampailah pada suatu saat saya ditawari untuk bergabung di instansi yang mendorong perbaikan negeri ini. akan diberi jabatan lebih tinggi, namun dihitung-hitung gaji ditempat yang baru hanya sepertiga dari instansi yang lama. Banyak pihak menyarankan tidak usah mengambil jabatan/profesi baru itu, termasuk saran dari istri, saudara dan teman2 diinstansi lama. namun idealisme saya dan keinginan untuk berbuat banyak untuk negeri ini, maka saya ambilah profesi baru itu. Di instansi lama, saya biasa berinfak minimal 10% dari penghasilan Rp. 13 juta atau minimal sekitar Rp. 1,3 juta. Di tempat yang baru awalnya timbul keraguan akankah saya tetap berinfak minimal 10% sedangkan gaji turun menjadi sepertiga dan pengeluaran kebutuhan hidup tetap. Akhirnya saya bertekad untuk tetap berinfak minimal 10% dari penghasilan, ternyata dari waktu ke waktu dengan profesi baru dan pola berinfak yang sama, penghasilan saya tidak turun seperti perkiraan semula. Sampai saat ini saya masih berinfak minimal 10% dan sampai saat ini di tahun 2011 saya dengan berbagai aktivitas yang dijalani, penghasilan saya ternyata bukannya tetap malahan berlebih dibandingkan di instansi lama. Allah menjaga penghasilan saya, dan mudah-mudahan saya tetap istiqomah berinfak minimal 10% dari penghasilan. Saya tidak menjamin testimoni ini, tetapi Allahlah yang menjamin testimoni saya, insya allah.

Sunday, June 19, 2011

Jalan yang jarang dilewati

Jalan yang jarang dilewati
Sejak kemerdekaan, ekonomi Indonesia semakin berkembang dan semakin makmur. Ini artinya banyak anak anak yang secara ekonomi lebih mampu dari orang tuanya. Anak anak sekarang kebanyakan dapat mengenyam pendidikan yang lebih baik dibanding orang tuanya, sehingga rata rata keadaan ekonominya juga lebih makmur.

Bila anda sudah selesai kuliah dan mulai bekerja. Anda juga baru berumah tangga. Tempat tinggal masih mengontrak. Orang tua anda sudah bersusah payah dengan hidup berhemat agar bisa menyekolahkan anda hingga ke perguruan tinggi. Saat ini, rumah orang tua masih sederhana. Begitu pula dengan keadaan ekonomi dan kondisi rumah mertua. Dilain pihak, anda sudah mulai bisa menabung. Uang yang tersimpan ditabungan mulai cukup untuk membayar uang muka KPR disebuah real estate.

Manakah yang akan anda lakukan? Memberikan uang tersebut kepada mertua dan orang tua agar mereka bisa merehab rumah mereka atau anda pakai untuk uang muka membeli rumah idaman?

Bila anak anda masih kecil kecil sehingga biaya sekolah belum banyak. Anda mulai menabung untuk persiapan biaya sekolah anak anda. Dilain pihak, ada keponakan yang hampir lulus SMU namun kesulitan biaya kuliah. Akankah anda berikan uang tabungan tersebut untuk membiayai kuliah keponakan?

Kebanyakan orang akan memakai uangnya untuk membayar uang muka KPR. Toh orang tua sudah punya rumah, walau masih sederhana. Mereka tidak perlu mengontrak, sedangkan anda saat ini masih mengontrak. Pilihan ini tidak salah. Bukankah kalau kita di pesawat dan ada gangguan pada tekanan udara maka kita diminta memakai masker oksigen terlebih dahulu sebelum kita menolong anak atau orang lain memakai maskernya. 

Iie Rachma memilih jalan yang lain yang jarang dilalui orang. Dia kirimkan uang sekitar Rp 100 juta untuk merehab rumah orang tua dan mertuanya. Ternyata dampaknya luar biasa. Keikhlasannya berbakti kepada orang tuanya memberikan hasil yang menakjubkan. Tak berapa lama kemudian dia bisa beli rumah seharga Rp 300 jutaan, bisnisnya berkembang dan punya 3 anak (yang sebelumnya sudah 1,5 tahun menikah belum hamil hamil juga).

Pada kasus kedua tentang membiayai kuliah keponakan. Saya kenal seseorang yang banyak membantu keponakan-keponakannya untuk kuliah. Sebuah keputusan yang belum banyak dilakukan orang. Namun ternyata balasannya juga luar biasa.  Kini anak kenalan saya tersebut bisa kuliah di luar negeri.

Saturday, June 18, 2011

Kisah anak berbakti kepada orang tuanya

Saya terkesan dengan kisah hidup Iie Rachma di http://yusufmansyur.blogspot.com/2010/08/judul-100-juta-menjadi-1-milyar.html. Saya kutipkan disini supaya kita semua dapat mengambil hikmahnya.

Saya dan suami menikah 08 Februari 2004. Kami sama-sama bekerja di perusahaan yang berbeda sehingga masing-masing memiliki penghasilan sendiri.

Pada awal pernikahan kami masih tinggal di rumah kontrakan. Kami sudah beberapa kali survei mencari rumah untuk dibeli secara kredit, tapi beberapa kali pula tidak cocok. Cocok harga tapi tidak cocok lokasi atau bangunan, cocok lokasi dan bangunan tapi tidak cocok harga atau saya sudah cocok tapi suami tidak mau dan begitu pula sebaliknya. Pernah pula mencoba membangun sendiri kecil-kecilan di tanah kami, tapi lalu ribut soal denah. Capek deh... Jadilah rumah itu gak jadi-jadi, hehe... Selain dipusingkan soal rumah, kami juga dibuat pusing dengan belum hadirnya si buah hati. Sampai pernikahan 1,5 tahun belum juga ada tanda-tanda kehamilan saya.

Sekitar Agustus 2005 suami saya merenovasi rumah orangtuanya dari pondasi sampai atap menjadi rumah permanen yang layak huni. Beberapa bulan kemudian saya juga mengirimkan sejumlah uang kepada orang tua untuk merenovasi rumah orang tua saya. Total biaya renovasi kedua rumah sekitar 100 jutaan, padahal waktu itu kami masih jadi kontraktor rumah alias tinggal di rumah kontrakan, hehe...

Keikhlasan saya beberapa kali "tergoda" bila melihat teman-teman seangkatan yang sudah memiliki rumah sendiri walaupun kredit. Apalagi bila ada yang nanya "tinggal dimana?" "Masih ngontrak?" Duuuhhh,... Seandainya uang itu tidak untuk renovasi... Astaghfirullah... Kenapa saya jadi kurang ikhlas gini?

Hanya berselang beberapa minggu setelah rumah mertua selesai direnovasi dan uang saya transfer ke orang tua, subhanallah... saya hamil... Tak terkira bahagianya saya dan suami setelah 20 bulan penantian... Saya cipika cipiki suami masing-masing 10x saking senangnya, hehe...

Anak kami akhirnya lahir 11 September 2006, perempuan...cantik kayak ibunya, hehe.. Waktu itu kami masih juga kontraktor rumah.

Pada awal tahun 2007 ada iklan penjualan rumah. Lalu kami melihat rumah itu. Kali ini saya dan suami sama-sama cocok dengan lokasi, bangunan, dan denahnya..Rumah itu tampak masih baru dibangun. Lalu kami ketemu pemilik rumah. Dari pembicaraan pemilik rumah dan tetangga sekitarnya, rumah itu baru dihuni 1,5 tahun setelah dibangun. Pemiliknya terpaksa menjual karena kepepet uang. Setelah nego akhirnya disepakati harga 190 juta melalui KPR. Jadilah kami menempati rumah sendiri walaupun kredit sebagian tanpa menjual tanah kami.

Beberapa teman yang berkunjung ke rumah kami sempat menanyakan harga rumah itu. Saya mulanya enggan menjawab pasti dan saya katakan kalau dibeli murah karena orangnya kepepet kebutuhan uang. Lalu teman-teman saya menebak-nebak, dilihat dari luas bangunan, kualitas bangunan dan luas tanah harganya 300juta! Dan itu bukan satu dua orang saja yang mengatakannya.. Subhanallah... uang kami yang 100juta dulu sudah kembali...

Pada tahun 2007 juga kami alhamdulillah bisa memiliki mobil baru... Alhamdulillah...

Kemudahan-kemudahan yang diberikan Allah terus saja kami rasakan. Pada awal tahun 2009, kami mendapat fasilitas rumah bersubsidi dari perusahaan tempat suami bekerja. Tanpa DP dan cicilannya sangat ringan jika dibandingkan dengan kredit sendiri melalui bank. Nilai jual rumah itu bisa mencapai 250 juta! Rumah itu kami sewakan sekaligus 2 tahun dengan nilai sewa yang cukup untuk mencicil selama 2 tahun!!!

Setelah memiliki 2 buah rumah dan mobil, pada akhir tahun 2009 dan awal tahun 2010 kami membeli beberapa hektar kebun kelapa sawit. Bila dihitung-hitung, total aset mencapai sekitar 1 milyar...

Alhamdulillah... Terima kasih ya Allah... Walaupun sebagian aset kami beli dengan kredit, tapi selalu dimudahkan untuk membayar cicilannya... Tidak hanya itu, kini kami sudah memiliki 3 buah hati putra putri yang kami dambakan.

Kesimpulannya.... SEDEKAHLAH, MAKA REJEKIMU AKAN BERTAMBAH... Wallahu A'lam

Albert Lexie: orangnya biasa, sedekahnya yang luar biasa

Albert Lexie (dilatar belakang)
Albert Lexie (67 tahun) adalah seorang tukang semir sepatu dari  kota Monessen. Hampir setiap Selasa dan Kamis dia akan berangkat jam 5:30 pagi dari rumahnya untuk bekerja sebagai tukang semir sepatu di Children Hospital of Pittsburgh, Amerika. 

Pada tahun 1982, ketika dia melihat ada kegiatan penggalangan dana bagi Free Care Fund untuk membiayai RS Anak di kotanya, dia datang menyumbangkan dana sebesar $ 730 (sekitar Rp 6,5 juta). Padahal dalam setahunnya dia hanya hidup dengan uang sekitar $ 10.000. Hidup sederhana untuk ukuran Amerika. Sejak saat itu dia selalu rajin sedekah buat anak anak tidak mampu yang dirawat disana.

Albert Lexie hidup sederhana. Dia mengumpulkan semua tip dan hasil kerjanya sebagai tukang semir sepatu. Dia juga menyediakan kotak amal bagi biaya pengobatan anak anak tidak mampu yang dirawat di Children Hospital of Pittsburgh. Anak anak tersebut dia istilahkan sebagai anaknya pak Albert. Hingga sekarang, Albert Lexie sudah menyumbang (dari hasil kerjanya dan kotak amal) untuk kegiatan amal hingga $ 150,000 (sekitar Rp 1,27 milyard nilai sekarang).

Karena kedermawanannya itu Mr. Albert Lexie telah menerima berbagai penghargaan selama 28 tahun bergerak dibidang amal, diantaranya:

•An Association of Fundraising Professionals (AFP) Outstanding Philanthropist Award dari the organization’s Western Pennsylvania Chapter di 2001

•Jefferson Medal for Outstanding Citizen di tahun 1997

•The Donora Rotary memberikan kepada Albert Lexie dengan  Community Service Award atas semua sumbangannya kepada Children’s Hospital

•Di 2006 Caring Institute memberinya National Caring Award

Thursday, June 16, 2011

Tom Hsieh: tahun lalu Rp 326 juta untuk hidup, sedekah Rp 1,391 milyar

Tom Hsieh (36 tahun) adalah seorang laki laki yang hidup berbahagia. Dia menikah dengan Bree (31 tahun) dan mempunyai seorang anak Kadence (1 tahun).

Ketika Tom Hsieh lulus universitas, dia mendapat tawaran kerja dengan gaji yang besar. Namun dia memilih bekerja sebagai teknisi komputer dengan gaji jam-jaman di Servant Partner's Work (disana dia ketemu dengan Bree yang kini menjadi istrinya). Meskipun begitu penghasilannya masih tetap diatas kebutuhan hidupnya. 

Sangat mudah bagi setiap orang untuk mengkonsumsi melebihi keperluan. Oleh karena itu,  ketika Tom Hsieh dan Bree menikah, mereka sepakat untuk hidup sederhana dan menghabiskan dibawah rata rata pengeluaran keluarga di Amerika (sekarang sekitar $ 46,000 per tahun). Mereka menyumbangkan sisa penghasilannya untuk kegiatan amal membantu orang orang miskin di kota Los Angeles.

Tahun lalu sebagai executive technology, Tom Hsieh berpenghasilan sekitar Rp 1,7 milyar. Tom dan keluarga hanya memakai sekitar Rp 326 juta untuk hidup. Sisanya mereka sedekahkan.

Dua tahun lalu ketika Tom Hsieh dan keluarganya sudah memberikan sumbangan tahunannya, mereka mendapat inspirasi untuk menyumbangkan tabungannya juga. Setelah mereka berniat untuk menyumbangkan sisa tabungannya, minggu depannya ada tetangga yang sangat memerlukan bantuan keuangan. Minggu berikutnya ada teman jauh yang memerlukan bantuan dan minggu berikutnya ada saudara yang mengalami krisis keuangan. Dalam sebulan, semua tabungannya habis untuk membantu orang orang yang membutuhkan. Namun ajaibnya, beberapa bulan kemudian, Tom Hsieh mendapat bonus dari hasil kerjanya yang besarnya cukup untuk mengganti semua tabungan yang telah dia sedekahkan tadi.

Tuesday, June 14, 2011

Hutang dan sedekah

Saya amati ternyata cukup banyak orang orang disekitar saya yang terbelit hutang. sebagian dari  mereka terbelit hutang karena meminjam uang ke bank untuk kebutuhan konsumptif, seperti untuk beli kendaraan bermotor, dan kebutuhan sekunder lainnya. Sebagian karena pinjam uang ke bank untuk modal usaha, namun bisnisnya gagal, tidak berjalan sesuai yang direncanakan. Sebagian lagi terbelit hutang karena tidak punya uang kontan untuk membiayai sekolah anak atau membayar biaya pengobatan.

Kebanyakan dari mereka belum mampu melepaskan diri dari belitan hutangnya. Meskipun sudah bertahun-tahun mencoba melunasi hutangnya, belum juga mereka mampu menutupnya.

Kebetulan, saya menemukan beberapa kisah tentang orang orang yang bisa lepas dari lilitan hutang. Saya coba sampaikan ringkasan kisahnya. Semoga pembaca bisa mengambil hikmahnya:

1. Kisah tentang Abdullah yang saya ambil dari http://www.7kids.co.cc/kisahtauladan/kisah_sedekah

Abdullah, seorang pegawai dengan gaji bulanan 4000 Riyal menghadapi pelbagai masalah kewangan dan hutang.
Beliau bercerita: Saya menyangka bahawa saya akan hidup dalam keadaan ini sehingga mati dan keadaan saya tidak akan berubah buat selama-lamanya. Apa yang paling saya takuti ialah saya akan mati dalam keadaan berhutang yang bertambah pada setiap detik. Keperluan hidup benar-benar menyesakkan saya. Pada suatu hari saya pergi berehat di tempat-tempat orang muda yang mempunyai masalah seperti saya. Tujuan saya pergi ke sana ialah untuk meringankan bebanan diri saya dengan mendengar masalah orang lain. Pada hari tersebut terdapat salah seorang kawan yang saya hormati pandangannya lalu saya mengadukanperihal saya kepadanya. Beliau lalu menasihatkan agar saya mengkhususkan suatu bahagian daripada gaji bulanan saya untuk sedekah. Saya menjawab: “Saya makan pun tak cukup macam mana nak sedekah ?”

Apabila saya balik ke rumah saya bercerita kepada isteri saya tentang apa yang berlaku. Isteri saya berkata: “Apa kata kita cuba dan mungkin Allah akan membuka jalan bagi kita.” Saya lalu menjawab: “Oleh yang demikian saya akan mengkhususkan 300 Riyal daripada gaji bulanan untuk sedekah.” Demi Allah selepas itu hidup saya mula berubah. Perasaan lapang mula menyelubungi saya dan saya menjadi sangat optimistik. Selepas dua bulan, hidup saya mula menjadi teratur semula. Saya mengecap barakah dalam gaji saya yang saya tidak pernah temui sebelum ini. Saya mendapat kekuatan pengurusan sehingga saya boleh menjangkakan bila hutang saya akan selesai.

Selepas beberapa lama salah seorang saudara saya memulakan perniagaan hartanah dan setiap kali saya mendapatkan seorang ahli syer yang baru maka saya mendapat komisen. Segala puji bagi Allah, saya merasakan bahawa hutang-hutang saya akan habis dalam tempoh yang dekat. Setiap komisen yang saya dapat juga saya tidak lupa memperuntukkan satu bahagian untuk sedekah. Demi Allah, sesungguhnya sedekah itu tidak akan mengetahui kelebihannya melainkan orang yang telah mengecapinya. Bersedekahlah dan bersabar nescaya anda akan lihat kebaikan dan keberkatan dengan izin Allah.

Kisah kedua, saya ambil dari website Wisata Hati http://www.wisatahati.com/modul.php?flmodul=content_testimoni_title

Tersebutlah seorang lelaki asal Jawa Tengah, yang terbelit hutang kurang lebih Rp. 126jt. Dan dia mengaku sudah dalam keadaan tidak lagi punya harapan. Seisi rumah barang-barangnya satu demi satu habis dijual. Baik untuk bayar hutang, maupun untuk makan dan kebutuhan sehari-hari. Tertinggal hanya rumah, yang itu pun belum lunas kreditannya.
Suatu hari dia menemui Ustadz Sedekah, yang menyarankan kepada dirinya untuk bersedekah di jalan Allah, dengan sedekah terbaik. Supaya apa? Supaya dapat ridho Allah. Kalau Allah sudah ridho, maka usahanya untuk membayaar hutang kemungkinan akan berhasil. Kata si Ustadz tersebut, mengapa dia begitu sulit membayar hutang, bisa jadi Allah belum ridho dan belum memberikan izin. Nah, bersedekah, adalah salah satu upaya untuk mendatangkan ridho Allah.
Singkat cerita, rumah tersebut dia jual! Dengan harga 18 juta rupiah. Harga ini bahkan di bawah standar. Dia harusnya bisa mengover kredit rumahnya ini seharga 23jt rupiah. Tapi si Ustadz mendorong, sudahlah, jangan menunggu harganya menjadi 23jt rupiah. Jual saja dengan harga yang ditawar dan dibayar paling cepat. Insya Allah di mata Allah, harga jualnya tetap 23jt rupiah. Setelah dapat uang 18jt rupiah, orang ini kemudian mengambil 3jt untuk mengontrak rumah dan sekedar untuk bertahan hidup selama beberapa pekan. Dia bismillah, akan berusaha yang terbaik. Allah menjawab doanya. Orang ini bersedia bersedekah yang terbaik. Tidak gampang bersedekah seperti yang dia lakukan. Menjual rumahnya, dan mengambil hanya beberapa rupiah, lalu menyedekahkan sisanya.
Dan orang ini pun meninggalkan pekerjaannya. Dia marketing sebuah perusahaan farmasi yang kebetulan pimpinannya mengharuskan dia bermain kotor. Menyuap dengan uang dan memberikan perempuan untuk para dokter, adalah sebagian dari caranya mengejar target perusahaan. Kelak kemudian dia menyadari bahwa cara inilah yang membuatnya terbenam dalam lautan hutang! Ya, Allah menjawab doanya. Ketika dia bersedekah dan meninggalkan lingkungan pekerjaan kotornya, dia kemudian berniaga, mandiri. Usahanya membuahkan hasil, kali ini, justru dari bidang yang selama ini dia tidak pernah geluti. Bidang advertising. Dia berhasil meng-close iklan layanan masyarakat dan iklan produk untuk sebuah agency periklanan besar milik seorang kawan kenalannya. Dan dalam satu bulan usaha dia meng-close iklan tersebut, dia dapat komisi yang tidak tanggung-tanggung besarnya. 157jt! Bersih! Subhanallah, dia kemudian bisa membayar hutangnya yang 126jt, dan bahkan dia bisa membeli lagi rumah yang lain sebagai pengganti rumah yang dia jual untuk disedekahkan kemaren dulu. Allah memang Maha Menepati Janji-Nya. Siapa saja yang mencintai sedekah, Allah akan mengulurkan Tangan-Nya membantu.
Kisah ketiga saya ambil dari blog ini
Scott dan Amy Lee: Pengalaman sedekah 40% gaji

Pengalaman memberi sedekah Scott Lee dimulai ketika dia harus bercerai dan membuatnya berhutang dari kartu kredit sebesar US$ 26,000 (sekitar Rp 225 juta). Sejak saat perceraian itu, Scott Lee hidup sederhana, bersedekah 10% dari penghasilannya dan menyisihkan sisanya untuk membayar hutang. Bila ada kelebihan uang, semuanya dia salurkan untuk menutup hutangnya. Oleh karena itu, dia berpendapat bahwa bila Tuhan menginginkan dia mempunyai mobil atau mengambil liburan, pasti akan diberikan dalam bentuk mobil atau liburan, bukan berupa uang. Bila diberikan dalam bentuk uang, tentu akan dia pakai untuk menutup hutangnya.

Pada suatu saat Scott Lee merasa sangat memerlukan liburan. Dia berdoa kepada Tuhan. Tidak berapa lama, seorang teman menelponnya dan mengajaknya berlibur karena sang teman tersebut mendapat paket liburan gratis dari Bahamian Bourd Torism. Diwaktu yang lain, seseorang memberinya mobil bekas sebagai ucapan terima kasih karena telah berhasil membawa 2 rombongan ke Eropa.

Setelah selesai melunasi hutangnya, Scott Lee tetap hidup sederhana. Dia kemudian menikah dengan Amy yang bersedia menjalani hidup secara sederhana juga. Mereka hidup sederhana dengan hanya memakai gaji Scott Lee, menyedekahkan 10% gaji Amy Lee dan menabung 90% sisa gaji Amy untuk keperluan masa depannya.

Tapi kemudian mereka berubah. Mereka terinspirasi untuk meningkatkan sedekahnya. Akhirnya Scott dan Amy Lee sepakat untuk menyedekahkan 40% gaji Amy Lee. Kalau dulu mereka hidup sederhana karena takut tidak punya uang nantinya, maka kini mereka hidup sederhana agar bisa bersedekah dalam jumlah yang lebih besar, yaitu 40% gaji Amy Lee.

Namun ternyata, sedekah 40% gaji tidak membuat mereka menjadi miskin, bahkan sebaliknya. Salah seorang kenalannya menawarkan kepada mereka untuk menyewa apartemen yang lebih luas namun dengan harga yang lebih murah dari yang mereka tempati saat itu. Selain itu, Amy Lee juga mendapat kenaikan gaji. Ketika keduanya membuka catatan keuangan keluarga ternyata sedekah 40% dari gaji tidak membuat mereka berkurang tabungannya. Tabungan mereka setiap bulannya ternyata tetap meningkat seperti ketika mereka hanya menyedekahkan 10% gajinya

Saturday, June 11, 2011

Scott dan Amy Lee: Pengalaman sedekah 40% gaji

Scott dan Amy Lee
Pengalaman memberi sedekah Scott Lee dimulai ketika dia harus bercerai dan membuatnya berhutang dari kartu kredit sebesar US$ 26,000 (sekitar Rp 225 juta). Sejak saat perceraian itu, Scott Lee hidup sederhana, bersedekah 10% dari penghasilannya dan menyisihkan sisanya untuk membayar hutang. Bila ada kelebihan uang, semuanya dia salurkan untuk menutup hutangnya. Oleh karena itu, dia berpendapat bahwa bila Tuhan menginginkan dia mempunyai mobil atau mengambil liburan, pasti akan diberikan dalam bentuk mobil atau liburan, bukan berupa uang. Bila diberikan dalam bentuk uang, tentu akan dia pakai untuk menutup hutangnya.

Pada suatu saat Scott Lee merasa sangat memerlukan liburan. Dia berdoa kepada Tuhan. Tidak berapa lama, seorang teman menelponnya dan mengajaknya berlibur karena sang teman tersebut mendapat paket liburan gratis dari Bahamian Bourd Torism. Diwaktu yang lain, seseorang memberinya mobil bekas sebagai ucapan terima kasih karena telah berhasil membawa 2 rombongan ke Eropa.

Setelah selesai melunasi hutangnya, Scott Lee tetap hidup sederhana. Dia kemudian menikah dengan Amy yang bersedia menjalani hidup secara sederhana juga. Mereka hidup sederhana dengan hanya memakai gaji Scott Lee, menyedekahkan 10% gaji Amy Lee dan menabung 90% sisa gaji Amy untuk keperluan masa depannya.

Tapi kemudian mereka berubah. Mereka terinspirasi untuk meningkatkan sedekahnya. Akhirnya Scott dan Amy Lee sepakat untuk menyedekahkan 40% gaji Amy Lee. Kalau dulu mereka hidup sederhana karena takut tidak punya uang nantinya, maka kini mereka hidup sederhana agar bisa bersedekah dalam jumlah yang lebih besar, yaitu 40% gaji Amy Lee.

Namun ternyata, sedekah 40% gaji tidak membuat mereka menjadi miskin, bahkan sebaliknya. Salah seorang kenalannya menawarkan kepada mereka untuk menyewa apartemen yang lebih luas namun dengan harga yang lebih murah dari yang mereka tempati saat itu. Selain itu, Amy Lee juga mendapat kenaikan gaji. Ketika keduanya membuka catatan keuangan keluarga ternyata sedekah 40% dari gaji tidak membuat mereka berkurang tabungannya. Tabungan mereka setiap bulannya ternyata tetap meningkat seperti ketika mereka hanya menyedekahkan 10% gajinya.




Friday, June 10, 2011

Memanfaatkan pensiun

Warren Buffet

Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya telah meningkatan usia harapan hidup penduduk Indonesia. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai,  meningkatkan  derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya.

Angka Harapan Hidup untuk Indonesia dari Sensus Penduduk Tahun 1971 adalah 47,7 tahun. Artinya bayi-bayi yang dilahirkan menjelang tahun 1971 (periode 1967-1969) akan dapat hidup sampai 47 atau 48 tahun. Tetapi bayi-bayi yang dilahirkan menjelang tahun 1980 mempunyai usia harapan hidup lebih panjang yakni 52,2 tahun, meningkat lagi menjadi 59,8 tahun untuk bayi yang dilahirkan menjelang tahun 1990, dan bagi bayi yang dilahirkan tahun 2000 usia harapan hidupnya mencapai 65,5 tahun.

Jaman dulu ketika batas usia pensiun ditetapkan, sebagian besar mencapai usia pensiun dalam keadaan sudah tidak lagi sehat. Mereka tidak bisa lama menikmati pensiunnya.

Namun kini banyak para pensiunan yang bisa mencapai usia diatas 80 tahun. Mereka bisa menikmati pensiun selama 24 tahun. Artinya, mereka bekerja dan membayar iuran untuk pensiun selama sekitar 30 tahun, namun bisa menikmati uang pensiunnya selama 24 tahun. Benar benar suatu kemewahan.

Saya kira sayang kalau sisa waktu 24 tahun setelah pensiun disia-siakan begitu saja. Akan sangat baik bila para pensiunan bisa mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang produktif namun menyalurkan hasilnya untuk kegiatan amal sholeh.

Bai Fang Li baru berhenti sebagai tukang becak diusia mendekati 90 tahun dan menyumbangkan sebagian besar penghasilannya (setelah dipotong untuk biaya hidupnya yang sangat sederhana) untuk membiayai pendidikan anak anak dari keluarga miskin.  Warren Buffet, salah satu orang terkaya di dunia, sudah berusia 80 tahun belum juga pensiun. Dia telah menyedekahkan 50% kekayaannya untuk kegiatan amal. Warren Buffet juga sudah berjanji bahwa dia akan menyumbangkan 99% kekayaannya untuk sosial.

Menurut banyak penelitian, kerja sosial membuat seseorang bisa berumur panjang. Kegiatan sosial juga membuat orang merasa lebih bahagia dan lebih sehat.

Wednesday, June 8, 2011

Serakah dan penakut

Saya kira salah satu sebab kenapa Indonesia masih kedodoran karena kita masih serakah dan takut mati. Kebetulan saya baca sebuah artikel menarik dari website gerai dinar
http://www.geraidinar.com/index.php?option=com_content&view=article&id=644:orang-afrika-pandai-menangkap-kera-orang-melayu-pandai-menjinakkan-gajah&catid=34:enterpreneurship&Itemid=86. Saya ingin share artikel tersebut dibawah ini

Orang Afrika Pandai Menangkap Kera, Orang Melayu Pandai Menjinakkan Gajah...


Oleh Muhaimin Iqbal

Kamis, 09 June 2011 08:34

Konon sejak jaman primitif purba, orang-orang di Afrika sudah pandai menangkap kera. Di pohon-pohon yang besar mereka membuat dua lubang yang satu besar dan yang lain kecil. Lubang yang besar dipakai untuk mengeruk isi pohon sehingga pohon menjadi berongga, melalui lubang yang besar pula rongga diisi dengan makanan-makanan yang disukai kera seperti pisang dlsb., kemudian lubang yang besar ini ditutup rapat dengan kayu yang lain. Lubang yang kecil dibiarkan terbuka sehingga dari lubang inilah kera dapat melihat makanan-makanan kesukaannya ada di dalam pohon, maka dijulurkannya tangannya kedalam untuk mengambil makanan. Tetapi kera-kera tidak puas hanya menjulurkan satu tangan, mereka menjulurkan dua tangannya dan berusaha memegang sebanyak mungkin makanan yang ada di dalam pohon, apa akibatnya ?.

Dua tangan kera yang penuh dengan makanan menjadi tidak bisa ditarik keluar melalui lubang yang sempit, tetapi kera tidak berpikir untuk melepaskan salah satu tangan atau mengurangi makanan yang sudah digenggamannya – maka kera-kera inipun terjebak tidak bisa lepas dari lubang sempit karena keserakahannya mengalahkan kecerdasannya yang memang sangat minim. Saat itulah manusia purba sudah dengan mudah dapat menangkap kera-kera ini.

Lain orang Afrika purba – lain pula dengan orang Melayu. Di tanah Melayu dari dahulu banyak gajah. Karena badannya yang sangat besar, gajah adalah raja hutan yang sesungguhnya. Meskipun yang mendapat sebutan raja hutan adalah harimau atau singa, gajah tetap tidak pernah tunduk dan takut pada harimau ataupun singa. Tetapi gajah dengan mudah ditaklukkan oleh orang-orang Melayu, bagaimana caranya ?.

Awalnya memang sangat sulit menangkap gajah liar, mereka diburu beramai-ramai dengan berbagai peralatan. Begitu tertangkap mereka diikat dengan rantai-rantai besi yang sangat besar untuk bisa mengalahkan kekuatannya. Dalam kondisi terantai inilah gajah ‘didoktrinasi’ oleh manusia yang menangkapnya untuk nurut disuruh ini itu. Bila menurut disuruh melakukan sesuatu, maka gajah ini diberi kacang kesukaannya, bila menolak maka dicambuklah dia. Melaui teknik yang oleh orang modern kini disebut reward and punishment inilah gajah akhirnya tunduk pada kekuatan manusia yang jauh lebih kecil fisiknya.

Ketika gajah mulai behasil dijinakkan, maka tidak lagi diperlukan rantai yang besar untuk mengikatnya – bahkan tanpa rantai-pun gajah sudah tidak lagi melawan atau berusaha memerdekakan diri. Yang sangat menyedihkan lagi bagi masyarakat gajah, ketika mereka beranak pinak – anak-anak mereka-pun sudah tidak berani berontak terhadap manusia yang menguasainya. Mereka menjadi penurut untuk berbuat apa saja yang dikehendaki pawangnya, mereka mau berbuat apa saja meskipun tidak mengerti makna dari perbuatannya – bahkan disuruh bermain sepak bola yang hanya bisa dipahami oleh manusia-pun mereka mau lakukan !.

Ada dua pelajaran penting dari kekalahan dua jenis binatang tersebut dari kekuatan kecerdasan manusia, si kera mudah di tangkap oleh manusia karena keserakahannya lebih besar dari akalnya. Sedangkan si gajah biar badannya amat sangat kuat dibandingkan manusia, mereka akhirnya ditundukkan oleh manuia karena rasa takut-nya (takut tidak mendapatkan reward dan takut kena punishment) yang juga melebihi kemampuan akalnya.

Para mujahidin – pejuang Palestina yang sehari-hari bertempur melawan Zionis –Yahudi, mereka mungkin tidak tahu kisah balada kera dan gajah tersebut diatas. Tetapi karena mereka adalah orang-orang yang sangat intense berinteraksi dengan Al-Qur’an, mereka mendapatkan pelajarannya langsung dari petunjuk Allah tersebut.

Kelemahan yang mendasar bagi para Yahudi ini ternyata sama dengan kelemahan mendasar kera, yaitu serakah - karena mereka memang pernah dikutuk untuk menjadi kera yang hina (QS 2 : 65) dan juga kelemahan gajah yaitu badannya saja yang gede tetapi sejatinya mereka ini penakut.

Bentuk keserakahan mereka (Yahudi ) ini di Al-Qur’an digambarkan ketika mereka sudah diberi makanan yang baik-baik yaitu Manna dan Salwa (QS 2 : 57), mereka malah masih meminta makanan yang lebih buruk yaitu sayur mayur, mentimun, kacang adas, bawang putih dan bawang merah (QS 2 : 61).

Kepengecutan Yahudi juga diabadikan di Al-Qur’an, yaitu bila mereka berperang-pun mereka hanya beraninya berperang dari balik benteng atau tembok-tembok mereka (QS 59 : 14). Konon dalam tank-tank Yahudi yang berhasil direbut oleh pejuang dari kaum Muslimin dalam serangan mereka belum lama ini, dijumpai banyak sekali pampers (itu lho celana sekaligus tempat pipis dan buang hajat bagi bayi) – karena untuk keluar dari tank-nya ( untuk pipis dan buang hajat misalnya) – mereka-pun tidak berani !.

Karena sifat serakah yang melebihi akalnya adalah sifat kera dan Yahudi (yang memang pernah dikutuk menjadi kera dalam ayat tersebut diatas), sifat pengecut yang melebihi akalnya adalah sifat gajah – yang juga sifat Yahudi, maka manusia-manusia yang ingin merdeka –tunduk dan takutnya hanya kepada Allah semata – harus menghindari sifat serakah (tamak) dan sifat pengecut. Dua nasihat inilah (jangan tamak dan jangan takut) yang pernah disampaikan oleh tokoh pejuang dari kaum Muslimin di Palestina ketika para pejuang dakwah di Indonesia minta nasihat mereka.

Bagaimana ini aplikasinya pada diri kita ?. Bila tangan kita terbelenggu di dalam lubang yang sempit karena begitu banyaknya yang berusaha kita genggam ( bisa berupa kredit rumah, kredit mobil, kartu kredit, jaminan kesehatan, jaminan pensiun, jabatan, status sosial...dslb) yang dengan itu membuat kita tidak merdeka, maka lepaskan-lah satu per satu genggaman tersebut – insyaAllah kita akan merdeka.

Bila ketakutan kita akan punishment dan tidak memperoleh reward dari manusia melebihi ketakutan kita akan punishment dan reward dari Yang Memberi kita hidup, maka lawanlah rasa takut ini sedemikian rupa sehingga yang muncul ketundukan dan takut kita hanya kepada Allah semata - maka insyaAllah kita-pun akan merdeka. Amin.

Tuesday, June 7, 2011

Laporan Kegiatan Mei 2011

Alhamdulillah. Semakin banyak masyarakat dhuafa memanfaatkan Klinik Umiyah. Selama bulan Mei 2011, total kunjungan  mencapai 657 kunjungan dan 60 hari rawat (21 pasien). Jumlah kunjungan pasien rawat jalan umum mencapai 603 kunjungan, 21 kunjungan pasien KB, 24 kunjungan periksa hamil dan 9 pasien bersalin.

Dari sisi keuangan, pada bulan Mei 2011 jumlah pengeluaran mencapai Rp 20,440,995 sedangkan jumlah pemasukan (termasuk saldo bulan April 2011 sebesar Rp 8,327,907) mencapai Rp 25,443,93. Artinya, jumalh pengeluaran selama bulan Mei 2011 lebih besar dibandingkan jumlah pemasukan selama bulan yang sama, terjadi defisit sebesar sekitar Rp 3 juta. Meskipun demikian, defisit tersebut bisa ditutup dari saldo bulan sebelumnya.

Pemasukan dari infaq mencapai Rp 6,542,700. Meskipun demikian, pengeluaran untuk pengadaan obat mencapai Rp. 7,206,450. Artinya, pemasukan dari infaq tidak cukup untuk menutupi penggantian obat.

Dengan semakin meningkatnya beban kerja, sepertinya gaji dan kesejahteraan pegawai perlu mulai ditingkatkan. Untuk itu, kami menghimbau kepada para dermawan agar berkenan menyisihkan sebagian rezekinya untuk membiayai pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.

Semoga para dermawan yang telah menyumbangkan sebagian rezekinya bagi Klinik Umiyah mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT sesuai dengan firman-Nya dalam Surat Al Baqarah 261.

"Perumpamaan [nafkah yang dikeluarkan oleh] orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah  adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan [ganjaran] bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas [karunia-Nya] lagi Maha Mengetahui"

Monday, June 6, 2011

Sedekah 10% gaji

Saya kutipkan kisah sedekah dari seorang notaris yang saya ambil dari web wisata hati

Sedekah Memperlancar Rizki


User ID Pengirim : sri rahmawati jufri
No.urut Testimoni : 448

Masih segar dalam ingatan saya....lima tahun yang lalu berbekal SK Menteri Hukum dan HAM RI saya membuka kantor Notaris, dan masih segar dalam ingatan saya, sebelum membuka kantor saya sudah wanti-wanti kepada suami agar gaji buat pegawai saya 2 orang suami saya yang akan bayar, karena saya tidak tau apakah nanti akan ada orang yang akan memakai jasa kantor saya, tapi saya selalu yakin dengan pertolongan Allah SWT.

Saya sudah tanamkan dalam hati bahwa setiap ada pemasukan di kantor saya akan langsung menyisihkannya 2,5% buat zakat, dan Alhamdulillah pertolongan Allah selalu datang bulan pertama saya buka kantor, gaji buat staff saya sdh saya bisa atasi sendiri tanpa bantuan dari suami, begitu seterusnya sampai masuk tahun kelima, Alhamdulillah sekarang sdh bukan 2,5% lagi saya keluarkan akan tetapi 10% dan Alhamdulillah, Subhanallah rezeki dari Allah terus mengalir,

Semoga Allah Menjaga Penghasilan Saya


User ID Pengirim : Elsa
No.urut Testimoni : 445


Lebih dari setahun yang lalu saya menulis di testimoni, kemudian website ini ada gangguan, sehingga tulisan saya termasuk yang hilang.

Namun saya ingin kembali testimoni dengan hal yang sama, karena saya masih senang sedekah/infak dan karunia Allah sampai dengan saat ini masih tetap berlimpah karena konsisten sikap saya dalam berinfak 10%.



Karunia Allah masih tetap berlimpah, penghasilan saya dulu bersih Rp 13 juta dan sekarang insya allah minimal Rp 13 juta, dan insya allah berlebih dan berlebih. amin.



Tulisan saya sebagai berikut =



Semoga Allah menjaga penghasilan saya.



Dalam karir saya, sampailah pada suatu saat saya ditawari untuk bergabung di instansi yang mendorong perbaikan negeri ini. akan diberi jabatan lebih tinggi, namun dihitung-hitung gaji ditempat yang baru hanya sepertiga dari instansi yang lama. Banyak pihak menyarankan tidak usah mengambil jabatan/profesi baru itu, termasuk saran dari istri, saudara dan teman2 diinstansi lama. namun idealisme saya dan keinginan untuk berbuat banyak untuk negeri ini, maka saya ambilah profesi baru itu. Di instansi lama, saya biasa berinfak minimal 10% dari penghasilan Rp. 13 juta atau minimal sekitar Rp. 1,3 juta. Di tempat yang baru awalnya timbul keraguan akankah saya tetap berinfak minimal 10% sedangkan gaji turun menjadi sepertiga dan pengeluaran kebutuhan hidup tetap. Akhirnya saya bertekad untuk tetap berinfak minimal 10% dari penghasilan, ternyata dari waktu ke waktu dengan profesi baru dan pola berinfak yang sama, penghasilan saya tidak turun seperti perkiraan semula. Sampai saat ini saya masih berinfak minimal 10% dan sampai saat ini di tahun 2011 saya dengan berbagai aktivitas yang dijalani, penghasilan saya ternyata bukannya tetap malahan berlebih dibandingkan di instansi lama. Allah menjaga penghasilan saya, dan mudah-mudahan saya tetap istiqomah berinfak minimal 10% dari penghasilan. Saya tidak menjamin testimoni ini, tetapi Allahlah yang menjamin testimoni saya, insya allah.

David Akers, sedekah 40% gaji

David Akers lahir dari keluarga kristen yang taat beragama. Sejak kecil dia sudah dilatih untuk bersedekah. Ibunya mengatakan bahwa dunia ini tidak adil karena itu tugas kita adalah membuat dunia ini menjadi lebih adil.

Setelah lulus SMU, dia mencoba masuk sekolah pastor, tapi setelah di seminari selama 2 tahun, dia menyadari bahwa dia tidak cocok menjadi pastor. Akhirnya dia keluar dan bekerja di dunia perasuransian.

David Akers bekerja di bisnis asuransi selama 33 tahun. Ketika dia berumur 53 tahun, dia membaca buku karangan Bob Buford berjudul Halftime yang memberikan inspirasi kepadanya untuk mengambil pensiun dan melakukan kerja sosial. Dia tidak ingin lagi mengejar uang dan karir. David Akers ingin mengisi sisa hidupnya dengan membuat perubahan, mengejar sesuatu yang bermakna.

Secara bertahap selama beberapa tahun, David Akers meningkatkan sedekahnya hingga mencapai 40% penghasilannya. Hampir semua sedekahnya, dia sumbangkan untuk kegiatan amal melalui organisasi CARE. Dia juga mengisi sebagian waktunya dengan menjadi sukarelawan atau volunteer.


Saturday, June 4, 2011

Kisah klasik tentang kedermawanan

Sheikh Muhammed Hadi Al Amini seorang ulama dengan banyak ilmu menceritakan kisah tentang ayahnya yang diwaktu mudanya  menimba ilmu di kota Najaf, Iraq. Dikala liburan sekolah, ayahnya selalu pulang kekota kelahirannya di Tabriz untuk bertemu dengan keluarga dan sahabat sahabatnya.

Pada suatu liburan, ayahnya tersebut tidak ketemu dengan teman lamanya yang selama ini hidup dalam kemiskinan. Ketika dia menanyakan tentang sahabatnya yang miskin tersebut dia mendapat jawaban bahwa temannya tersebut sekarang sudah kaya raya, tidak lagi hidup kekurangan seperti dulu. Mendengar berita yang menggembirakan tersebut, ayah Sheikh Muhammed Hadi Al Amini  ingin sekali menemui temanya tersebut.

Ketika ayah Sheikh Muhammed Hadi Al Amini ketemu temannya tersebut dia menanyakan bagaimana kisahnya sehingga teman tersebut bisa berubah keadaan ekonominya. Teman tersebut kemudian bercerita bahwa karena tidak punya uang, maka suatu saat dia terpaksa menjual alat alat rumah tangganya seperti meja kursi. Dia ingin memakai uang hasil penjualan furniture tersebut untuk mulai berdagang.

Setelah berhasil menjual meja kursinya, dengan uang disakunya dia pulang kerumah. Ditengah jalan dia ketemu dengan seorang ibu yang menangis karena tidak bisa memberi makan anaknya yang kelaparan. Ketika mengetahui bahwa sang ibu tersebut lebih membutuhkan uang dari dirinya, maka dia berikan semua uang hasil penjualan furniture tersebut kepada sang ibu tadi. Sesampainya di rumah, dia merasa kebingungan. Dia tidak tahu bagaimana dia akan memberi makan keluarganya.

Keesokan harinya terjadi suatu keajaiban. Dia dipanggil oleh seorang kaya yang ketakutan karena mempunyai sekitar 6 000 karung beras yang hampir rusak. Dia diminta menjualkan beras tersebut dengan harga murah dan pembayaran bisa dilakukan setelah berasnya terjual. Ternyata dia berhasil menjual beras tersebut dalam waktu singkat. Sejak saat itu hidupnya tidak pernah lagi kekurangan.

Ingatlah bahwa Allah SWT telah berfirman:

"Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik [menafkahkan hartanya di jalan Allah], maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan [rezki] dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan" Al Quran Surat Al Baqarah ayat 245.

Manfaat Kedermawanan

Ada sebuah kisah kedermawanan yang diceritakan oleh Imam Musa Khadim tentang seorang laki laki Bani Israel yang lurus hidupnya yang mempunyai istri yang bijaksana.

Pada suatu malam, laki laki tersebut bermimpi bertemu dengan seseorang yang berkata bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa telah menetapkan bahwa dalam sisa hidupnya dia akan mengalami hidup dalam keberlimpahan dan separuhnya lagi akan hidup dalam kekurangan. Dalam mimpinya tersebut dia boleh  memilih apakah akan meminta untuk hidup kekurangan terlebih dahulu atau mengalami hidup dalam keberlimpahan terlebih dahulu. Karena ingin berkonsultasi dengan keluarganya, maka laki laki tersebut meminta agar diberi waktu untuk berfikir.

Keesokan harinya, laki laki tersebut menceritakan perihal mimpinya kepada istrinya yang bijaksana.Selama ini dia selalu mengkonsultasikan semua keputusan penting dengan istrinya. Mendengar cerita mimpi suaminya, sang Istri menyarankan agar suaminya memilih untuk menerima kekayaan pada awal sisa hidupnya. Kata istrinya lagi " Siapa tahu Allah Yang Maha Kaya akan memberikan sebagian kekayaannya kepada kita".

Beberapa hari kemudian, ketika bermimpi lagi, laki laki tersebut memilih untuk menerima kekayaan pada awal sisa hidupnya. Sejak saat itu, laki laki tersebut selalu bertambah kekayaannya.

Setelah mulai meningkat kekayaannya, istrinya berkata kepada suaminya" Oh hamba Allah, sekarang bantulah semua saudaramu yang membutuhkan dan hidup dalam kekurangan. Berlaku baiklah kamu kepada mereka. Bagikanlah hartamu untuk mereka".

Suami tersebut menuruti nasehat istrinya. Dia tidak merasa sayang membagikan hartanya kepada orang orang yang lebih membutuhkan. Begitulah yang dilakukan oleh laki laki tersebut hingga mencapai separuh sisa hidupnya. Pada suatu malam dia bermimpi lagi. Dia bertemu dengan sesorang yang berkata:" Kamu tidak kikir dengan hartamu, maka Allah Yang Maha Kaya telah menetapkan akan memberimu kekayaan hingga akhir hidupmu",

"Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan [hartamu] secara boros. (26) Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (27) Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas.  (28)
 
Al Qura Surat Al Isra 17: 26-28.


Thursday, June 2, 2011

Belajar bersedekah

Program rehab rumah
Sejak kecil sebagian besar dari kita sudah belajar sedekah, yaitu dengan memberikan uang receh kepada pengemis yang datang meminta minta atau kita temui di jalan, membayar zakat fitrah di bulan puasa dan mengisi kotak amal di masjid (dengan uang recehan juga). Sumbangan juga biasa kita berikan bila ada kematian.

Sayangnya, pelajaran tentang sedekah sebagian besar berhenti sampai  disitu. Saya juga begitu. Dahulu, sedekah yang saya lakukan juga sebatas hal hal tersebut (memberi uang kecil kepada pengemis, zakat fitrah, mengisi kotak amal setiap Jumat, dll). Sedekah dalam jumlah besar, apalagi mau berkorban agar bisa menolong orang, belum ada dipikiran saya.

Saya mulai belajar bersedekah dengan alasan yang sangat duniawi. Saat itu saya ingin meningkatkan penghasilan saya. Saya banyak membaca buku tentang hal hal yang berkaitan dengan "penghasilan". Saya tidak batasi sumbernya. Saya baca buku karangan orang Budhis, Kristen, Yahudi dan Islam. Dari berbagai buku tentang rahasia sukses (terutama sukses material) yang saya baca, salah satu "kunci sukses" yang sering muncul adalah "lakukan sedekah atau menolong orang yang membutuhkan". Nasehat tersebut coba saya terapkan sedikit demi sedikit. Alhamdulillah, hingga sekarang saya tidak pernah kesulitan uang, walaupun juga tidak kaya raya.

Pengalaman saya sedekah yang paling berkah adalah dengan membantu orang tua. Misalnya dengan merehabilitasi rumah orang tua. Pengalaman teman saya, seorang dokter, sangat laris prakteknya setelah dia merehab rumah orang tuanya. Sedekah kepada anak yatim juga termasuk salah satu sedekah yang berkah.

Salah satu sedekah yang saya lihat banyak membantu penerima sedekah adalah sedekah untuk membiayai saudara (keponakan) untuk kuliah di Universitas. Hingga saat ini, rata rata penghasilan seorang sarjana jauh lebih besar dibandingkan dengan penghasilan lulusan SMU.

Semoga bermanfaat