Wednesday, June 22, 2011

Kisah sedekahnya orang orang kecil di Amerika

Nancy mempunyai 3 anak. Dia baru saja bercerai dari suaminya. Suaminya hanya memberi santunan uang yang hanya cukup untuk makan 1 orang secara sederhana. Padahal, Nancy punya 3 anak yang harus dihidupinya.

Akhirnya, Nancy menyedekahkan 10% uang yang dia terima dari  suaminya. Apa yang kemudian terjadi? Nancy diterima bekerja diperusahaan yang membuat buku masakan. Nancy diminta belanja bahan makanan dan membantu memasaknya sehingga perusahaan tersebut bisa membuat foto hasil resep masakannya. Setelah di foto, Nancy boleh membawa pulang hasil masakannya.

Albert Lexie (67 tahun) adalah seorang tukang semir sepatu dari kota Monessen. Hampir setiap Selasa dan Kamis dia akan berangkat jam 5:30 pagi dari rumahnya untuk bekerja sebagai tukang semir sepatu di Children Hospital of Pittsburgh, Amerika.


Pada tahun 1982, ketika dia melihat ada kegiatan penggalangan dana bagi Free Care Fund untuk membiayai RS Anak di kotanya, dia datang menyumbangkan dana sebesar $ 730 (sekitar Rp 6,5 juta). Padahal dalam setahunnya dia hanya hidup dengan uang sekitar $ 10.000. Hidup sederhana untuk ukuran Amerika. Sejak saat itu dia selalu rajin sedekah buat anak anak tidak mampu yang dirawat disana.

Albert Lexie hidup sederhana. Dia mengumpulkan semua tip dan hasil kerjanya sebagai tukang semir sepatu. Dia juga menyediakan kotak amal bagi biaya pengobatan anak anak tidak mampu yang dirawat di Children Hospital of Pittsburgh. Anak anak tersebut dia istilahkan sebagai anaknya pak Albert. Hingga sekarang, Albert Lexie sudah menyumbang (dari hasil kerjanya dan kotak amal) untuk kegiatan amal hingga $ 150,000 (sekitar Rp 1,27 milyard nilai sekarang).

Untuk jadi dermawan tidak harus menunggu kaya. Paling tidak itulah yang dilakukan oleh Adam Carter, seorang penjual bir di sebuah stadium baseball dikota Chicago, Amerika.


Adam Carter melihat betapa sulitnya hidup dalam jurang kemiskinan. Banyak masalah di negara berkembang yang tidak memerlukan banyak biaya untuk memecahkannya. Sejak saat itu, Adam Carter berniat untuk menjadi dermawan. Hanya saja dia tidak punya harta warisan, pekerjaan dan karir. Akhirnya Adam Carter bekerja sebagai penjual minuman di sebuah stadium baseball di kota Chicago. Disitu, dia bekerja keras dan hidup sederhana agar bisa mengumpulkan uang untuk disumbangkannya bagi pengentasan kemiskinan di negara berkembang.

Setiap musim pertandingan baseball, Adam Carter bekerja sebagai penjual minuman. Dia juga mencoba menggalang dana untuk kegiatan sosialnya. Diluar musim pertandingan, dia akan mengunjungi berbagai negara berkembang (Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Latin) untuk mengembangkan proyek dengan uang dari sumbangan yang dia kumpulkan. Misalnya, dia pernah memberikan kelambu yang telah diberi insektisida anti nyamuk untuk penduduk satu desa. Desa tersebut merupakan daerah endemis malaria yang ditularkan lewat gigitan nyamuk. Adam Carter juga pernah mengembangkan sister school dengan mepersaudarakan sebuah sekolah di negara Columbia dengan sebuah sekolah di negara bagian Califronia, Amerika.

Pada tahun 1995, ketika berusia 87 tahun dan menderita arthritis, Oseola Mc Carty yang sehari-harinya hidup sebagai tukang cuci dan seterika menyumbangkan $ 150,000 ke University of Southern Missisipi untuk beasiswa bagi mahasiswa tidak mampu.


"Saya ingin membantu anak seseorang agar bisa kuliah": kata Oseola McCarty:" Saya ingin uang ini dipakai oleh orang yang memerlukannya dan mau belajar. Saya sudah tua dan tidak akan hidup selamanya".

Oseola McCarty lahir pada tahun 1908 di Wayne County, Missisipi, Amerika yang kemudian pindah ke Hattiesberg ketika Oseola masih sangat kecil. Dia hanya bersekolah hingga kelas 6. Sejak itu dia bekerja sebagai tukang cuci dan seterika. Hidup hemat dan menyimpan sisa uangnya. Setelah cukup banyak dia akan pergi ke First Missisipi National Bank dan menabung uangnya disana.

Dengan berjalannya waktu, tabungan milik Oseola McCarty juga berkembang. Dia tidak pernah mengambil tabungannya. Oseola McCarty tidak pernah berkeluarga. Ketika neneknya meninggal dia tabung warisan yang diterimanya. Begitu pula ketika ibunya meninggal, warisan yang dia terima dia tambahkan ke tabungannya. Bapaknya mewariskan rumah yang dia tempati.

Ketika kesehatannya mulai menurun, pihak bank membantunya mengelola keuangannya. Seorang pengacara dimana dia biasa mencucikan pakaiannya membantu Oseola membuat surat wasiat. Dalam wasiatnya dia ingin agar 60% uangnya dia berikan ke University Southern Missisipi untuk beasiswa bagi anak tidak mampu. "Dulu University of Southern Missisipi tidak menerima mahasiswa kulit berwarna. Namun sekarang mereka mau menerima, karena itu perlu dibantu", kata miss Oseola McCarty.

No comments:

Post a Comment