Untuk jadi dermawan tidak harus menunggu kaya. Paling tidak itulah yang dilakukan oleh Adam Carter, seorang penjual bir di sebuah stadium baseball dikota Chicago, Amerika.
Setelah lulus sarjana anthropologi dari Universitas Michigan, Amerika Serikat, dia melakukan perjalanan ke berbagai negara berkembang. Dia sudah banyak mempelajarai kebudayaan berbagai negara selama di bangku kuliah, namun dia ingin melihat secara langsung keadaan masyarakat berbagai bangsa dan negara. Dia tidak memakai jalur turis biasa, namun mencoba berbaur dengan masyarakat untuk mengetahui secara lebih nyata keadaan masyarakat di negara berkembang.
Dalam pengembaraannya tersebut, Adam Carter melihat betapa sulitnya hidup dalam jurang kemiskinan. Banyak masalah di negara berkembang yang tidak memerlukan banyak biaya untuk memecahkannya. Sejak saat itu, Adam Carter berniat untuk menjadi dermawan. Hanya saja dia tidak punya harta warisan, pekerjaan dan karir. Akhirnya Adam Carter bekerja sebagai penjual minuman di sebuah stadium baseball di kota Chicago. Disitu, dia bekerja keras dan hidup sederhana agar bisa mengumpulkan uang untuk disumbangkannya bagi pengentasan kemiskinan di negara berkembang.
Setiap musim pertandingan baseball, Adam Carter bekerja sebagai penjual minuman. Dia juga mencoba menggalang dana untuk kegiatan sosialnya. Diluar musim pertandingan, dia akan mengunjungi berbagai negara berkembang (Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Latin) untuk mengembangkan proyek dengan uang dari sumbangan yang dia kumpulkan. Misalnya, dia pernah memberikan kelambu yang telah diberi insektisida anti nyamuk untuk penduduk satu desa. Desa tersebut merupakan daerah endemis malaria yang ditularkan lewat gigitan nyamuk. Adam Carter juga pernah mengembangkan sister school dengan mepersaudarakan sebuah sekolah di negara Columbia dengan sebuah sekolah di negara bagian Califronia, Amerika.
Adam Carter memang bukan penjual minuman (bir) yang biasa. Adam Carter adalah dermawan kecil, sarjana anthropologi dari Michigan University dan bergelar master dalam international Affairs dari Elliot School George Washington University.
Setelah lulus sarjana anthropologi dari Universitas Michigan, Amerika Serikat, dia melakukan perjalanan ke berbagai negara berkembang. Dia sudah banyak mempelajarai kebudayaan berbagai negara selama di bangku kuliah, namun dia ingin melihat secara langsung keadaan masyarakat berbagai bangsa dan negara. Dia tidak memakai jalur turis biasa, namun mencoba berbaur dengan masyarakat untuk mengetahui secara lebih nyata keadaan masyarakat di negara berkembang.
Dalam pengembaraannya tersebut, Adam Carter melihat betapa sulitnya hidup dalam jurang kemiskinan. Banyak masalah di negara berkembang yang tidak memerlukan banyak biaya untuk memecahkannya. Sejak saat itu, Adam Carter berniat untuk menjadi dermawan. Hanya saja dia tidak punya harta warisan, pekerjaan dan karir. Akhirnya Adam Carter bekerja sebagai penjual minuman di sebuah stadium baseball di kota Chicago. Disitu, dia bekerja keras dan hidup sederhana agar bisa mengumpulkan uang untuk disumbangkannya bagi pengentasan kemiskinan di negara berkembang.
Setiap musim pertandingan baseball, Adam Carter bekerja sebagai penjual minuman. Dia juga mencoba menggalang dana untuk kegiatan sosialnya. Diluar musim pertandingan, dia akan mengunjungi berbagai negara berkembang (Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Latin) untuk mengembangkan proyek dengan uang dari sumbangan yang dia kumpulkan. Misalnya, dia pernah memberikan kelambu yang telah diberi insektisida anti nyamuk untuk penduduk satu desa. Desa tersebut merupakan daerah endemis malaria yang ditularkan lewat gigitan nyamuk. Adam Carter juga pernah mengembangkan sister school dengan mepersaudarakan sebuah sekolah di negara Columbia dengan sebuah sekolah di negara bagian Califronia, Amerika.
Adam Carter memang bukan penjual minuman (bir) yang biasa. Adam Carter adalah dermawan kecil, sarjana anthropologi dari Michigan University dan bergelar master dalam international Affairs dari Elliot School George Washington University.
No comments:
Post a Comment