Sunday, May 8, 2011

Inikah salah satu kunci rezeki?

Akhir akhir  ini,  riwayat hidup ibu Sumirah dan pak Bai Fangli banyak membuat saya merenung.

Ibu Sumirah adalah seorang tukang pijat yang bisa mendirikan panti asuhan. Anak asuh di Panti Asuhannya mencapai 50 orang anak. Ibu Sumirah juga berani (dan bisa) menyumbangkan uang Rp 60 juta untuk memperkeras jalan ke desanya yang rusak. Padahal, semula uang tersebut akan dia pakai untuk naik haji. Penghasilan ibu dengan 5 anak tersebut bisa mencapai Rp 2 juta perhari.

Meskipun hanya berpendidikan hingga SMP dan berprofesi sebagai tukang pijat, penghasilannya bisa mencapai puluhan juta rupiah per bulannya. Penghasilannya beberapa kali lipat sarjana yang bekerja di perusahaan swasta. Keponakan saya, seorang sarjana akuntansi yang belum lama lulus dan sekarang bekerja di perusahaan akuntan publik kedua terbesar di Indonesia gajinya hanya sekitar Rp 3 juta rupiah. Total penghasilannya (ditambah uang lembur, dll) saya kira tak akan lebih dari Rp 6 juta per bulannya.

Dalam soal rezeki, Pak Bai Fang Li juga sangat luar biasa. Bai Fang Li, meninggal di tahun 2005, adalah seorang tukang becak di kota Tianjin, China. Sejak menginjak usia 74 tahun di tahun 1986 hingga berusia 90 tahun, dia adalah seorang tukang becak yang sangat produktif. Selama kurun waktu tersebut, dia berhasil menyumbangkan uang sekitar RMB 350.000 atau sekitar Rp 450 juta untuk membiayai sekolah anak anak yang kurang mampu. Sekitar 300 anak telah dibiayai sekolahnya oleh seorang tukang becak yang sudah berumur diatas 74 tahun.

Agar bisa menyumbangkan hasil keringatnya untuk membiayai sekolah anak anak kurang mampu, Bai Fang Li hidup sangat sederhana. Dia menambal sendiri bajunya yang sobek. Memakai sepatu yang berbeda antara sepatu kanan dengan sepatu kiri. Makan sangat seadanya. Semuanya itu dia lakukan agar penghasilannya sebagai tukang becak bisa dia sedekahkan.

Berapa penghasilan seorang tukang becak di kota anda? Jangankan menabung, untuk menghidupi diri sendiri dan keluarganya saja sudah sangat susah. Lebih parah lagi, banyak diantara mereka yang menghamburkan uangnya untuk membeli lotere gelap atau berjudi kecil-kecilan.

Apa rahasia kedua orang tersebut? Mengapa ibu Sumirah dan pak Bai Fang Li bisa berpenghasilan jutaan rupiah?

Sejak muda ibu Sumirah menyumbangkan 50% penghasilannya untuk amal. Dia hanya hidup dari 50% penghasilannya. Sejak berumur 74 tahun, Bai Fang Li menyedekahkan hampir semua penghasilannya untuk membiayai sekolah anak kurang mampu.

Mungkin itu (sedekah secara terus menerus dalam jumlah banyak, 50% penghasilan) adalah salah satu kunci mengapa rezeki kedua orang hebat tersebut mengalir dengan deras.

Saya kenal seseorang yang sejak tahun 2000an selalu menyumbangkan sekitar 10% penghasilannya untuk kegiatan amal. Kini penghasilannya mencapai sekitar Rp 80 juta per bulan.

Dilain pihak, saya amati banyak orang yang selalu kesulitan ekonominya. Pekerjaan maupun pendidikan mereka jauh diatas pekerjaan dan pendidikan ibu Sumirah atau pak Bai Fang Li. Namun, karena sulitnya mencari uang, mereka menjadi pelit. Sangat berbeda dengan ibu Sumirah atau pak Bai fang Li yang dermawan.

Apakah anda mengalami kesulitan keuangan saat ini? Coba sedekahkan minimal 10% penghasilan untuk sedekah. Bila orang tua atau mertua masih memerlukan dukungan dana, sedekahkan uang anda kepada mereka. Cobalah bantu keponakan agar bisa kuliah di universitas. bantu saudara atau tetangga yang tidak mampu berobat?

Insya Allah, sedekah 10% penghasilan akan membuat anda terbebas dari kesulitan ekonomi.

No comments:

Post a Comment