Friday, June 24, 2011

Surga ditelapak kaki ibu

Berbakti kepada orang tua, terutama kepada ibu, merupakan suatu nilai penting yang diajarkan kepada kita semua. Namun sayangnya, karena beban dan perjuangan hidup yang berat membuat kita lupa untuk menerapkan nasehat tersebut.

Ternyata, setelah saya amati pengalaman hidup banyak orang,  balasan atas bakti kepada orang tua juga sudah mereka terima selama hidup didunia. Beberapa kisah nyata dibawah ini, yang saya ambil dari website wisatahati (http://www.wisatahati.com/)  mendukung pernyataan saya tersebut:



1. Ngasih Uang Sama Ibu,mendapat Rejeki Yang Tidak Disangka-sangka

    User ID Pengirim : Mulyadi Alikanz
    No.urut Testimoni : 332

Dua Minggu sebelum lebaran 1431H Saya bingung ingin pulang kampung kerumah mertua saya yang ada didaerah Jogja.Tapi dari awal Ramadhan saya dan keluarga sudah niat ingin silaturahmi kerumah orang tua istri saya (mertua) karena sudah satu tahun saya dan keluarga ga pernah pulang ke Jogja, pikirku waktu itu walaupun hanya punya ongkos pas pasan hanya buat berangkat saja saya harus pulang. Saya berharap dari gajian dan THR sudah cukup untuk pulang kampung Jakarta-Jogja. Tapi setelah saya terima Gajian dan THR, saya harus ngasih keorang tua saya, karena ibu saya sangat membutuhkan untuk Hari Raya idul Fitri,dengan harapan semoga Alloh akan menggantinya dengan yang lebih banyak dan barokah. Dua hari sebelum lebaran saya masih masuk kerja karena teman saya sudah cuti terlebih dahulu. Setelah saya menyelesaikan pekerjaan, saya lansung berpamitan dengan atasan saya sekalian saya bilang besok sudah mau cuti dan pulang kampung, pada saat itu atasan saya menanyakan pulang kemana ? ke Jogja pak, langsung atasan saya memberikan ongkos untuk beli ticket JKT-JOG-JKT PP untuk saya,istri dan satu anaksaya , itu semua lebih dari cukup buat saya dan keluarga, Alhamdulillah Ya Alloh….. ini rejeki yang tidak disangka sangaka, Alloh Maha BESAR… Alloh Maha Kaya…..


2. Uang Belanja Ibu

User ID Pengirim : Tunjung
No.urut Testimoni : 221

Akhir bulan keadaan keuangan yang sangat mepet, tapi saya di beri dua pilihan, waktu itu pagi hari saya mau berangkat kerja dengan uang cuma Rp. 15.000,- di dompet, pagi itu juga ibu saya meminta uang untuk beli sayuran + lauk masak hari itu,,,, sedangkan jika saya pergi kerja saya harus isi bensin Rp. 10.000,- untuk perjalanan pulang pergi kantor, tapi dengan niat ingin membuat ibu saya senang dan tidak tahu keadaan keuangan saya, saya berikan Rp. 10.000,- uang saya yang ada di dompet dengan tekad isi bensin Rp. 5.000,- saya masih bisa sampai kantor.

Sesampainya di kantor saya kerja dengan biasa, dan yang tidak biasa, atasan saya minta di buatin kopi pagi itu, sebagai bawahan yang loyal kepada atasan saya membuat kopi, dan Subhanalloh waktu saya mengantar kopi buat atasan saya beliau memberikan uang sebanyak Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah)............. Subhanalloh walhamdulillah walaillahailalloh huwalloh huakbar............... uang saya yang Rp. 10.000,- untuk ibu saya belanja tadi pagi untuk beli lauk makan malam saya di ganti 30 kali lipat. tidak bisa berkata-kata lagi saya selain berucap Alhamdulillahhirobil Alamin................... Ya Rabb.... Subhanalloh..............

3. Doa Seorang Umi /ibu

User ID Pengirim : oim abdurahim
No.urut Testimoni : 161

Saya hanya seorang karyawan biasa yang mempunyai income biasa-biasa saja,ALHAMDULILLAH menurut hemat saya berkah,artinya kata orang dg keadaan sekarang rasanya sulit untuk mempunyai sebuah rumah dengan gaji biasa tsb.Tetapi ALHAMDULILLAH ALLOH mentaqdirkan lain,secara hitung hitung matematika rasanya mustahil saya bisa membangun rumah dg luas 10 x 11M apalagi bagian atas di cor/dak 11x12 M bisa dibayangkan berapa dana yang harus di siapkan untuk membangun rumah tsb.

Bermula dari dorongan umi untuk mulai membangun rumah,saya hanya tersenyum,waktu itu saya hanya mempunyai tabungan tidak lebih dari 4 jt,mana mungkin,apalagi harga2 bahan bangunan mahal. memang tanah tidak membeli,ibu saya bilang mulailah dengan BISMILLAH,sisanya umi bantu dngan DOA.

Dengan modal 4jt tsb dan dorongan dari umi BISMILLAH sayamulai bikin pondasi,Para pembaca bisa menebak paling cuma sampe beli batu,pasr dan semen saja,itu betul,tetapi dalam perjalanannya saya mulai merasakan mustajabnya doa seorang ibu.Pikiran saya mulai terbuka,bagaimana cara mendapatkan tambahan uang (entunya yang halal ) untuk meneruskan pembanguna rumah tsb.
saya tidak habis pikir ALLOH memudahkan saya untuk mendapatkan dana, bermula dari toko bahan banguna yang memberikan keleluasaan pada saya untuk mengambil barang terlebih dahulu, kemudian adik saya yang memnjamkan tabungannya dan lain2 yang tdk sy tuliskan di sini.Saya hanya bisa bersyukur pada ALLOH, dan juga berterima kasih sama umi atas doanya,tanpa itu rasanya saya tidak punya kekuatan mental.

Pembanguna rumah di lakukan 4 tahap sekitar 3 tahunan. ALHAMDULILLAH kini kami sudah mendiami nya bersama istri tercinta dan 3 orang anak. Tadinya saya tidak mau mentotal semua biaya tapi istri saya bilang hanya ingin tahu saja,MASYA ALLOH saya benar2 surprise. Dengan gaji 2 jt an + gaji istri saya sbg guru sd saya bisa menhabiskan lebih dari 100 jt, angka yang pantastis, kalo saya menabung dg gaji saya aja barang kali bisa 4-5 tahunan, SUBHANALLOH KAU buktikan YA ALLOH bahawa keridoan MU tergantung ridho orang tua.

Semoga kisah saya bisa menjadi inspirasi bagi anda saudaraku untuk menjunjung ,menghormati,memuliakan orang tua,terutama IBU, seperti Sabda NABI MUHAMMAD SAW rido ALLOH tergantung ridho orang tua... di hadist lain Siapa yang harus aku hormati dari ortu? IBUMU,IBUMU,IBUMU,baru AYAHMU.Mulailah memberikan yang terbaik kepada orang tua,mintalah doa agar kita selalu di mudah kan dalam urusan hidup dunia dan akherat. Jalani kewajiban dari ALLOH berbuat baik terhadap sesama INSYAA ALLOH pintu kemudahan akan selalu ada setiap saat.AMIIN,

4. Buah Merawat Ibu Menjelang Ajal


User ID Pengirim : Yakir
No.urut Testimoni : 454

Hari ini (Sabtu, 12 Peb 2011) saya rasakan hari yang luar biasa dalam hidup. Untuk pertama kalinya sejak sekitar satu tahun yang lalu saya baru bisa menafkahi anak isteri dari jerih payah sendiri. Bekerja. Saya genggam erat-erat uang gaji minggu ini dengan hati bergetar penuh kesyukuran pada Allah SWT. Usai sudah penantian panjang ini. Selama ini, saya bergantung hidup pada kakak yang memberi jaminan hidup karena saya tidak bekerja? Kenapa saya tidak bekerja? Dulu, sayapun bekerja, lalu atas kemauan sendiri (meski mengandung banyak konsekuensi logis) saya keluar dari tempat kerja. Apa sebabnya? Saya harus merawat ibu yang sudah tua (80 tahun), hampir buta dan sakit-sakitan.

Satu tahun lebih saya merawat ibu dalam keadaan seperti itu. Aktivitas rutin saya dimulai dari sekitar jam 2 dini hari, saat ibu bangun dan minta diantar ke kamar mandi. Setelah buang air dan wudlu, ibu saya antar lagi ke tempat tidur untuk sholat malam hingga subuh. Setelah tidur sejenak, ibu minta dibangunkan lagi untuk ke kamar mandi, wudlu dan sholat dhuha. Sementara ibu sholat dhuha, saya membuatkan bubur hangat untuk sarapan ibu. Begitu selesai sholat dhuha, secangkir teh manis hangat dan bubur hangat sudah saya siapkan. sementara ibu sarapan, saya mencuci pakaian anak, isteri dan ibu saya.

Selesai menjemur cucian, saya mengepel badan ibu, meneteskan obat mata pada kedua mata ibu yang hampir tak dapat melihat lagi. Selanjutnya ibu tidur lagi hingga menjelang dhuhur. Waktu dhuhur tiba, saya bangunkan ibu untuk sholat dan makan siang. Selesai makan siang biasanya ibu berbincang-bincang dengan saya hingga dia merasa mengantuk dan tyidur kembali hingga menjelang asar. Saat waktu asar masuk, saya bangunkan ibu dan mengambil wudlu untuk kemudian sholat asar. Selesai sholat asar ibu wiridan hingga menjelang maghrib.

Selesai sholat sholat maghrib ibu wiridan lagi hingga waktu isya tiba. Selesai sholat isya ibu makan malam dan kemudian tidur setelah sebelumnya saya urut kaki dan badan ibu dengan param. Ketika ibu sudah tertidur, tugas saya belum selesai. Mengajari dan menunggui anak belajar dan menggarap PR menjadi tugas saya selanjutnya. Selanjutnya, gantian saya mendengarkan keluh kesah isteri tentang berbagai masalah dalam rumah tangga kami. Dan, sayapun tertidur dengan segala macam beban dalam kepala. Tak banyak yang saya minta pada Allah SWT dalam munajat saya waktu itu. Saya hanya mohon diberi tambahan kesabaran. Itu saja.

Rutinitas seperti diatas berjalan selama hampir setahun. Jangan tanyakan perasaan saya saat pagi hari, misalnya, sementara anak berangkat sekolah, isteri berangkat bekerja, satu persatu tetangga berangkat bekerja, dan saya mencuci dan menjemur pakaian ibu dan anak isteri saya.

Tanggal 14 Oktober 2010 ibu meninggal dunia dengan tenang. Seperti keinginannya sejak dulu, beliau meninggal dalam pangkuan saya, ditunggui anak-anaknya, cucunya dan cicitnya. Alhamdulillah, menjelang ajal ibu diberi kesempatan Allah SWT untuk berpamitan pada anak-anaknya, saling meminta maaf dan mewasiatkan pesan agar anak-anaknya saling rukun sepeninggalnya. Tak banyak orang diberi kesempatan seperti itu. Ibu meninggal dengan tenang dan bahagia karena ditunggui anak-anaknya. Ternyata, hal yang paling diinginkan orang tua adalah : MELIHAT ANAK-ANAKNYA RUKUN. Tak peduli betapapun kayaknya seseorang, tak akan berarti bila anak keturunannya tidak rukun. Berapa banyak orang tua nelangsa melihat anak-anaknya berebut warisan bahkan saat kedua orang tuanya masih hidup.

Tiga bulan selepas kepergian ibu, hati saya masih perih. Semangat hidup saya benar-benar drop hingga titik nadir. Saya berusaha bangkit lagi. Cari kerja. Pernah saya berjalan kaki sejauh 10 KM mencari kerja untuk mendapatkan satu jawaban : TIDAK! Tapi ternyata Allah SWT tidak membiarkan saya terlalu lama dalam kesedihan dan keterpurukan. Seorang teman yang dulu pernah satu kantor kirim SMS. Dia menawari saya pekerjaan yang semestinya menjadi tugasnya. Dia melewatkan pekerjaan itu karena diterima dalam perekrutan CPNS. Pucuk dicintai ulam tiba. Tentu saja tak melewatkan kesempatan itu. Jobnya pas dengan pengalaman saya dan saya sedang membutuhkannya! Alhamdulillah.

Setelah seminggu bekerja (dalam masa training) saya menerima apa yang menjadi hak saya. Sedekah tentu saja tak lupa. Hari ini, sepulang kerja, saya beli (dengan upah saya) jagung bakar kesukaan anak saya. Sore ini, saya nikmati jagung bakar bersama anak isteri. Selamat datang semangat hidup! I' back! Alhamdulillah!

5. Sedekah Kepada Orang Tua


User ID Pengirim : -
No.urut Testimoni : 65

Sudah beberapa tahun ini suami saya menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Tapi dia ikhlas dan sangat sabar, walaupun orang tuanya seringkali meminta & memaksakan banyak hal, disamping nafkah bulanan. Suatu hari, sang ayah minta dibelikan barang seharga Rp. 150.000-. Awalnya saya sempat tidak setuju dengan pertimbangan belum ada cost nya dan barang itu belumlah dibutuhkan benar. Tetapi, karena rasa sayang dan tidak ingin membuatnya marah & tersinggung, kami pun membelikannya. 3 hari kemudian, anak kami harus dirawat dirumah sakit. Saat itu semua kamar penuh, kecuali satu kamar, dan itu yang paling mahal, Super VIP A (tiga tingkat dari plan yang dicover kantor kami). Kami pun kebingungan, karena kami harus mengganti selisih uangnya nanti. Tapi Alhamdulillah, semua biaya tetap ditanggung perusahaan kami sampai anak saya akhirnya sembuh. Subhanallah, saya teringat, bahwa pemberian kita kepada orang tua adalah sedekah, dan janji Allah akan melipatgandakan sedekah kita.
Ini lah sebuah kisah Surga di Telapak Kaki Ibu


Sebagai penutup saya kutipkan sebuah kisah yang sangat inspiratif.  Saya tidak tahu apakah ini merupakan suatu kejadian sesungguhnya atau hanya sebuah karangan. Namun saya kutip disini karena ceritanya yang menarik. (Sumber : http://www.andriewongso.com/)

Alkisah, seorang pemuda sedang melamar pekerjaan di sebuah perusahaan besar. Dia sudah berhasil lolos di tes-tes pendahuluan. Dan kini tiba saatnya dia harus menghadap kepada pimpinan untuk wawancara akhir.

Setelah melihat hasil tes dan penampilan si pemuda, sang pemimpin bertanya, "Anak muda, apa cita-citamu?"

"Cita-cita saya, suatu hari nanti bisa duduk di bangku Bapak," jawab si pemuda.

"Kamu tentu tahu, untuk bisa duduk di bangku ini, tidak mudah. Perlu kerja keras dan waktu yang tidak sebentar. Betul kan?" Si pemuda menganggukkan kepala tanda setuju.

"Apa pekerjaan orangtuamu?" lanjutnya bertanya.

"Ayah saya telah meninggal saat saya masih kecil. Ibulah yang bekerja menghidupi kami dan menyekolahkan saya."

"Apakah kamu tahu tanggal lahir ibumu?" kembali sang pimpinan bertanya.

"Di keluarga kami tidak ada tradisi merayakan pesta ulang tahun sehingga saya juga tidak tahu kapan ibu saya berulang tahun."

"Baiklah anak muda, bapak belum memutuskan kamu diterima atau tidak bekerja di sini. Tetapi ada satu permintaan bapak! Saat di rumah nanti, lakukan sebuah pekerjaan kecil yaitu cucilah kaki ibumu dan besok datanglah kemari lagi."

Walaupun tidak mengerti maksud dan tujuan permintaan tersebut, demi permintaaan yang tidak biasa itu, dia ingin mencoba melakukannya.

Setelah senja tiba, si pemuda membimbing ibunya duduk dan berkata, "Ibu nampak lelah, duduklah Bu, saya akan cuci kaki ibu."

Sambil menatap takjub putranya, si ibu menganggukkan kepala. "Anakku, rupanya sekarang engkau telah dewasa dan mulai mengerti."

Si pemuda pun mengambil ember berisi air hangat, kemudian sepasang kaki ibunda yang tampak rapuh, berkeriput, dan terasa kasar di telapak tangannya itu mulai direndam sambil diusap-usap dan dipijat perlahan. Diam-diam airmatanya mengalir perlahan.

"Ibu, terima kasih. Berkat kaki inilah ananda bisa menjadi seperti hari ini."

Mereka pun saling berpelukan dengan penuh kasih dan kelegaan.

Dan keesokan harinya, sang pemimpin berkata, "Coba ceritakan, bagaimana perasaanmu saat kamu mencuci kaki ibumu."

"Saat mencuci kaki ibu saya, saya mengerti dan menyadari akan kasih ibu yang rela berkorban demi anaknya. Melalui kaki ibu saya, saya tahu, bahwa saya harus bekerja dengan sungguh-sungguh demi membaktikan diri kepada ibu saya."

Mendengar jawaban si pemuda, akhirnya sang pemimpin menerima dia bekerja di perusahaan itu. Karena sang pemimpin yakin, seseorang yang tahu bersyukur dan tahu membalas budi kebaikan orangtuanya, dia adalah orang yang mempunyai cinta kasih. Dan orang yang seperti itu pasti akan bekerja dengan serius dan sukses.

***

Pepatah "surga di telapak kaki ibu" sungguh mengandung makna yang sangat dalam. Memang kasih ibu tiada tara. Saya yakin! Jika kita mendapatkan restu, apa lagi didukung oleh doa ibunda, tentu semua itu merupakan dukungan yang mengandung kekuatan luar biasa, yang memungkinkan apapun yang kita lakukan akan mendatangkan hasil yang lebih baik.

Mari, selagi orangtua kita masih hidup: beri perhatian, layani mereka dan cintai mereka dengan setulus hati.


No comments:

Post a Comment