Monday, December 6, 2010

Psikologi terapan dari sedekah (1)

Mengapa orang mau bersedekah? Mana yang lebih membuat bahagia, memberi besar sekaligus atau memberi sedkit tapi rutin?

Topik topik tersebut termasuk topik yang dibahas dalam buku The Science of Giving: Experimental Approaches to Study of Charity oleh Daniel M Oppenheimer (editor) dan Christopher Y. Olivola (editor). Sayang harganya cukup mahal ($ 75). Sehinnga saya sampai sekarang belum pernah membaca buku tersebut. Namun kebetulan saya berkunjung ke website milik Katya Andersen yang mengupas buku tersebut. Beberapa temuan penting yang menarik akan saya coba sampaikan disini.

Dalam bab pertama buku the Science of Giving, Lalin Anik dan kawan kawan mereview riset yang meneliti topik topik seperti : Apakah sedekah membuat orang merasa berbahagia? Apakah orang yang berbahagia memberi sedekah lebih banyak? Apakah mengamati dampak sedekah yang anda berikan akan membuat anda lebih tergerak untuk memberi sedekah?

Dari studi yang mereka lakukan ternyata jawaban dari pertanyaan pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:
  • Ternyata sedekah membuat orang berbahagia. Orang yang memberi sedekah terbukti lebih berbahagia dibandingkan dengan orang yang tidak memberi sedekah. Mengeluarkan uang untuk dipakai orang lain yang lebih membutuhkan ternyata lebih membuat orang berbahagia dibandingkan dengan memanfaatkan uang untuk dipakai sendiri.
  • Orang yang berbahagia memberi sedekah kepada lebih banyak orang dan mereka juga memberi dalam jumlah yang lebih banyak. Ternyata suasana yang menyenangkan membuat orang jadi lebih dermawan. Seperti spiral yang melingkar keatas: karena memberi sedekah, anda menjadi berbahagia dan karena berbahagia anda lebih banyak lagi memberi.
  • Bila anda memikirkan atau mengamati dampak dari sedekah yang anda berikan, hal tersebut bisa memberikan dampak positip namun bisa juga akan berdampak menyakitkan bagi sipemberi sedekah. Bila suatu organisasi sosial memberi insentif kepada dermawan yang menyumbang, misalnya dengan memberi suatu tanda kenangan, sering membuat para dermawan berkurang rasa bahagianya dan membuat mereka berkurang kedermawanannya. Sedekah yang berasal dari lubuk hati seorang dermawan akan lebih membuatnya berbahagia dari pada bila karena adanya insentif dari luar. Kalau dalam istilah agama Islam, memberi sedekah karena riya ternyata tidak membuat orang merasa berbahagia.
Penulis asli artikel yang jadi rujukan tulisan tersebut (Lalin Anik, Lara B. Aknin, Michael I. Norton, Elizabeth W. Dunn) dalam papernya yang berjudul Feeling Good about Giving: The benefits (and costs ) of Self Interested Charitable Behaviour (yang bisa di download dengan mengklik judul tulisan tersebut) mewanti-wanti bahwa dengan menekankan dampak memberi sedekah akan membuat si pemberi sedekah berbahagia akan menyebabkan jumlah pemberian sedekah malah menurun. Sedekah memang seharusnya karena Lillahi Taala, karena Allah semata. Perkara pahala atau balasannya di dunia, kita serahkan kepada Yang Membuat Hidup. Penulis artikel tersebut mengingatkan agar pemberian sedekah sebaiknya karena motivasi internal, istilahnya karena Allah semata, bukan karena hitung-hitungan ekonomis atau psikologis.

Tunggu lanjutannya ya..

No comments:

Post a Comment