Thursday, December 30, 2010

Berita RB Umiyah di Koran Radar Yogya (2)

Mengapa RSB bukan RSU?


Koran Radar Yogya 30 Desember 2010  http://www.radarjogja.co.id/radar-kedu/purworejo/12763-mengapa-rsb-bukan-rsu

Ditanya kenapa memilih mendirikan rumah sakit bersalin (RSB) bukan rumah sakit umum (RSU), Drajad menjelaskan dasar pendirian rumah bersalin berawal dari sebuah keprihatinan akan risiko kematian ibu dan anak ketika persalinan, khususnya di Purworejo. "Di Nepal, angka kematian ibu dan anak bisa ditekan karena masyarakat sudah tidak takut lagi untuk periksa dan melahirkan di rumah sakit. Mereka tidak takut dengan momok biaya tinggi. Kalau di Indonesia umumnya warga miskin yang ingin periksa, takut tidak kuat bayar, padahal kelahiran kan bisa direncanakan dan bisa diupayakan untuk keselamatan ibu dan anak," ujar Drajad.

RB Umiyah sudah mulai beroperasi sejak Mei 2010. Setiap ibu yang memeriksakan kandungan atau berniat melakukan persalinan di RB Umiyah tidak perlu takut biaya. "Iya pasien duafa hanya cukup mengisi kotak infak seikhlasnya setelah periksa atau melahirkan," jelasnya.

Salah satu dokter RB Umiyah, Yohana Sunarsih, saat dikonfirmasi Radar Joga menambahkan, di tengah tingginya angka kematian ibu dan anak saat melahirkan, serta mahalnya berobat di rumah sakit, nasib ibu yang hidup di bawah standar ekonomi sangat perlu diperhatikan. "Pertimbangan utama seorang ibu yang terbatas ekonominya ketika ingin memeriksakan kandungan atau melahirkan tentu saja terbayang biaya tinggi. Padahal mereka sudah harus fokus berjuang melahirkan. Kami kasihan,” ujarnya.

Maka, kerja di sini sifatnya beramal membantu perjuangan seorang ibu. “Gaji ada namun itu dari donatur dan hasil infaq itu, manajemen RB Umiyah juga berani membayar dengan biaya tinggi kepada karyawannya untuk menjaga kualitas kerja," ucapnya.

Warga yang sulit ekonomi di Purworejo kini tidak perlu risau jika ingin periksa kandungan atau bersalin, tegas Yohana, "Saya asli orang Purworejo, jadi saya tahu banyak warga Purworejo masih banyak yang hidup dibawah standar ekonomi layak. Kami ingin membuktikan mereka, bahwa berobat itu tidak perlu takut membayar mahal," imbuhnya.

Salah satu pasien, Maryuni, 44, mengatakan, pelayaan di RB Umiyah cukup bagus. Selain itu biayanya juga sangat terjangkau. "Jika sebelumnya saya periksa atau berobat di Puskesmas sekali datang harus bayar Rp 12.500 kalau di sini cukup seikhlasnya mengisi kotak infaq. Seperti mau KB di sini juga bisa. Yang jelas rumah bersalin ini sangat membantu warga miskin seperti saya," sergahnya. (tom)

No comments:

Post a Comment