Wednesday, November 24, 2010

Jadi relawan setelah pensiun?

Bill Wolff dan istri
Saat ini, sebagian besar usia pensiun di Indonesia berkisar antar 56 tahun hingga 60 tahun. Batas usia pensiun seorang profesor atau peneliti utama hingga 65 tahun. Di lain pihak, sekarang banyak orang Indonesia yang hidup hingga mencapai usia diatas 80 tahun. Artinya, bila anda pensiun di usia 60 tahun dan anda berbadan sehat, maka anda akan punya kesempatan hidup sebagai pensiunan berbadan "sehat" selama 20 tahun lagi. 20 tahun waktu yang cukup lama. Dalam kurun 20 tahun, seorang cucu  yang baru lahir ketika kita pensiun  akan sudah jadi mahasiswa. Akankah kita pakai waktu luang kita hanya untuk momong cucu?
Salah satu kegiatan alternatif bagi seorang pensiunan adalah jadi relawan. Di banyak negara maju, banyak pensiunan yang jadi relawan. Hal ini belum umum terjadi di Indonesia. Ternyata jadi relawan, bila dilaksanakan secara sepenuh hati dan ikhlas, bisa menyehatkan badan, hidup lebih bersemangat dan membuat hidup lebih gembira. Studi dari Universitas Washington di St Lous menunjukkan bahwa kesehatan fisik dan mental para relawan meningkat, lebih percaya diri dan jaringan sosialnya juga meingkat. Silahkan simak pengalaman Bill Wolff berikut ini.
Ketika Bill Wolff membayangkan masa pensiunnya, tidak pernah terpikirkan dalam benaknya bahwa di usia pensiun dia akan jadi relawan membantu anak dari keluarga miskin belajar membaca dan menulis. Waktu itu, dia pikir usia pensiunnya akan dia isi dengan hobi baru atau kerja paruh waktu. Namun pada tahun 2005, ketika dia mulai berpikir lebih serius tentang pensiun, dia mulai mengenal Experience Corp, sebuah LSM yang memberikan kesempatan para pensiunan jadi relawan tutor membaca menulis murid sekolah dasar dari keluarga miskin. 
Ketika Bill Wolff pensiun pada umur 65 tahun, dia menjadi relawan tutor di Sekolah Dasar Blackstone, Boston selama 30 jam per-minggunya. Selain itu, dia juga melakukan pelatihan dan mengkoordinir relawan lainnya.  Bill Wolff adalah satu diantara banyak pensiunan yang jadi relawan gereja, sekolah, dapur umum untuk gelandangan, dan berbagai oragnisasi lainnya. Relawan bisa bekerja sepanjang tahun, selama waktu tertentu, atau terjun dalam suatu kegiatan tertentu saja.
"Untuk bisa jadi relawan, diperlukan komitmen dan pemikiran yang mendalam, dan tentunya kesiapan untuk jadi relawan. Ada relawan yang ingin bekerja di bidang yang selama ini dia tekuni, namun ada juga relawan yang ingin pindah bidang kegiatan", kata Kelly Stout, director Boston Retired Senior Volunteer Program. "Ada pensiunan perawat yang sudah bekerja selama 35 tahun dan dia ingin jadi relawan di bidang yang lain yang sma seklai barunya", katanya memberi contoh. Bagi Bill Wolff, kegiatannya sebagai tutor tidak jauh berbeda dengan profesinya sebagai direktur pemasaran. Keduanya memerlukan ketrampilan berkomunikasi, persuasi dan memotivasi orang. Bill Wolff merasa hari-harinya sebagai relawan sangat berarti. Dia belum punya pikiran kapan dirinya akan berhenti sebagai relawan.
Setahu saya, di Indonesia belum ada organisasi sosial yang mengelola dan menggerakan para pensiunan untuk jadi relawan. Saya kira ini salah satu ladang potensial untuk beramal. Banyak kegiatan cocok untuk para pensiunan, misalnya:
1. Merawat orang jompo atau tua yang tidak mampu. Relawan bisa mendatangi  rumah orang orang tua yang tinggal sendiri, membantu membersihkan rumahnya, membantu memaskan makanan, mengajak mengobrol, dan lain lain. Bila kita sudah tidak kuat bekerja membersihkan rumahnya, kita bisa bayar seseorang untuk melakukan hal tersebut. Bila ada sedikit dana, kita bisa kontrak rumah di perkampungan miskin dan jadikan rumah tersebut sebagai panti jompo buat orang tua yang kurang mampu. Bisa juga dikembangkan kegiatan lain dengan sasaran yang sama, orang tua/jompo yang tidak mampu.
2. Membuat bimbingan belajar (atau kursus bahasa Inggris, atau yag sejenis) secara gratis. Banyak anak anak dari keluarga miskin tidak punya tempat belajar yang memadai. Selain itu, kebanyakan orang tuanya juga tidak mampu atau tidak punya waktu untuk membimbing mereka. Kita bisa sewa sebuah rumah di perkampungan mereka (biasanya tidak terlalu mahal), dan kita jadikan sebagai rumah bimbingan belajar. Kalau kita tidak mampu memberikan bimbingan, kita bisa rekrut orang yang bisa dan mau. Lebih laik lagi kalau kita bisa menyediakan komputer dengan koneksi ke internet. Saat ini, komputer rakitan sudah mulai turun harganya. Koneksi ke internet juga sudah bukan barang mewah lagi.
3. Konsultasi Keuangan/psikologi/ permasalahan keluarga secara gratis. Bila kita mempunyai latar belakang dibidang keuangan, kita bisa memberikan konsultasi keuangan pribadi atau keuangan keluarga secara gratis. Saat ini mulai banyak keluarga yang terjebak kedlam hutang. Saya kira adanya konsultasi keuangan gratis akan dapat membantu keluarga Indonesia mengatasi permasalahan keuangannya. Konsultasi bisa diberikan melalui tatap muka, telepon atau melalui internet. Kita bisa bikin web blog (gratis) sebagai media untuk advokasi, penyuluhan dan komunikasi.
4. Kursus ketrampilan gratis. Saat ini banyak anak lulusan SMU yang tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Padahal mereka tidak punya ketrampilan khusus. Bila kita bisa membuat kursus ketrampilan yang berkualitas dan gratis, atau setidaknya dengan biaya terjangkau, akan sangat berguna. Tidak hanya bagi mereka, tapi juga bagi masyarakat Indonesia pada umumnya.
5. Dan masih banyak kegiatan lainnya yang menunggu untuk anda terjuni. Ini merupakan rahmat bagi orang Indonesia, banyak seklai ladang amal potensial yang menunggu digarap.

No comments:

Post a Comment