Wednesday, November 24, 2010

Bisnis Surgawi

Bisnis Surgawi!! Demikian istilah yang dipopulerkan oleh prof. Laksono Trisnantoro dari FK UGM, kata dr Niken Tri Utami kepada saya. Bisnis Surgawi adalah bisnis yang menyumbangkan sebagian keuntungannya untuk membiayai kegiatan amal.
Ternyata kecenderungan  ini lagi menjadi topik hangat di dunia bisnis di Amerika belakangan ini. Menyumbangkan sebagian keuntungan perusahaan kepada  masyarakat dan melakukan bisnis secara "bersih dan bertanggung-jawab", ternyata merupakan salah satu strategi bisnis yang handal yang dapat meningkatkan loyalitas pelanggan. Strategi bisnis model baru ini tidak hanya menjanjikan bahwa sebagian keuntungannya untuk kegiatan amal, tapi juga mencoba menjauhkan diri dari praktek bisnis yang manipulatiif dan koruptif. Dengan kata lain, bisnis model baru tersebut adalah bisnis yang halal dan berkah. Moga moga saja ini bukan hanya salah satu model bisnis yang hanya in secara musiman.
Beberapa hari yang lalu saya menulis artikel tentang bisnis dan sedekah serta artikel tentang bisnis dari Laser Monks dan Santri Group. Artikel ini mencoba membahas beberapa perusahaan lain yang menerapkan model bisnis serupa.

Tom Shoes

Tom Shoes berjanji untuk memberikan satu sepatu baru kepada seorang anak dari keluarga miskin setiap kali anda membeli sebuah sepatu produk mereka. Setiap satu sepatu terjual, sebuah sepatu akan disumbangkan ke anak miskin di negara berkembang. Hebat juga ya!. Meskipun strategi ini mengurangi keuntungan mereka, namun model bisnis seperti ini mampu menarik konsumer untuk membeli produk mereka. Ternyata mereka bahkan menjadi konsumer yang loyal. Selain itu, strategi tersebut juga mampu mendorong konsumer produknya untuk menjadi  "humas gratis" bagi perusahaan Tom Shoes tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Cone LL yang dilakukan Juli lalu menunjukkan bahwa 19% orang dewasa bersedia untuk mengganti merk sepatunya untuk mendukung upaya Tom Shoes menyumbang sepatu kepada anak miskin tersebut, bahkan bila ternyata sepatu buatan Tom Shoes tersebut lebih mahal dari sepatu yang sekarang mereka pakai. Benar benar sebuah straegi yang sangat dahsyat, terutama dimasa sulit seperti sekarang ini. Saat ini, sepatu Tom Shoes bisa dibeli secara on-line di 5 negara di benua Amerika, 16 negara Eropa, dan 8 negara Asia dan Australia. Sayangnya, belum ada perwakilan Tom Shoes di Indonesia.
Tom Shoes mungkin melakukan strategi tersebut dengan mengurangi keuntungannya atau meneruskan sebagian tambahan biaya ke konsumernya - yang tidak keberatan - karena mereka memang memerlukan sepatu dan juga berniat menyumbang sepatu untuk anak miskin dari negara berkembang. Saat ini beberapa perusahaan mulai meniru model bisnis surgawi tersebut.
Waby Parker, perusahaan pembuat kaca mata kelas atas berjanji akan memberikan  sebuah kaca mata gratis kepada orang miskin yang memerlukannya setiap kali sebuah kaca mata produk mereka terjual. Waby Parker bekerja sama dengan Restoring Vision, sebuah organisasi nir laba, untuk mengidentifikasi dan mendistribusikan kaca mata secara bertanggung-jawab. Saat ini kaca mata buatan Waby Parker telah disumbangkan ke penduduk miskin yang memerlukan di 24 negara. Indonesia tidak termasuk didalamnya. Perusahaan dasi Figs menyumbangkan sebuah seragam sekolah bagi anak miskin di Afrika untuk setiap dasi yang terjual.
Bagaimana seperti kita yang hanya karyawan gajian? Kita tetap bisa menirunya. Setiap uang yang kita terima (gaji, bonus, uang lembur, sisa perjalanan dinas, dll) kita potong 2,5% sebagai zakat dan  15% sebagai sedekah.

No comments:

Post a Comment