Saturday, November 27, 2010

Bisnis dan sedekah: Hewlett Packard, eBay, Disneyland, PWC dan TDA

Pada tahun 2009 Marist College Institute for Public Opinion melakukan polling tentang kejujuran dan etika berbisnis dari perusahaan di Amerika. Banyak perusahaan mendapat nilai D atau F untuk kejujuran etika bisnis. Untunglah, beberapa perusahaan cukup inovatif. Mereka menggabungkan bisnis dengan sedekah atau kegiatan amal lainnya. Melalui kemitraan dengan organisasi nirlaba dan mendukung kegiatan amal, perusahaan akan dikenal oleh konsumen sebagai perusahaan yang peduli dan bertanggung jawab.

Mulai 1 januari 2010, Disneyland bermitra dengan HandsOn Network  meluncurkan program "Give a day, Get a day". Setiap orang yang bersedia jadi relawan selama 1 hari pada proyek kemanusiaan yang telah ditentukan, mereka akan dapat tiket gratis masuk disneyland di Kalifornia atau Florida selama 1 hari juga. HandsOn Network, sebuah organisasi jaringan relawan terbesar di Amerika, menyediakan kesempatan untuk jadi relawan dan sekaligus mengecek kebenaran surat keterangan bahwa mereka telah benar benar bekerja sebagai relawan. Selama ini belum pernah ada kemitraan model begini dan tidak ada yang tahu bagaimana reaksi masyarakat terhadap tawaran tersebut. Dalam kurun waktu kurang dari 3 bulan, sekitar 1 juta orang telah menyelesaikan atau telah mendaftar program untuk jadi relawan. Banyak dari mereka yang baru pertama kali jadi relawan. Di HandsOn cabang Jacksonville, relawan datang membanjir. Dalam 3 bulan pertama tahun ini, jumlah relawannya telah mencapai 2 kali lipat jumlah relawan dinsepanjang tahun 2009.

Pada tahun 2009, Price Waterhouse Cooper yang bermitra dengan HandsOn Network berhasil membawa 150 mahasiswa, staff yang berprestasi dan partners untuk terjun sebagai relawan dalam kegiatan amal di negara bagian New Orleans. Perusahaan Price waterhouse Cooper melalaui kegiatan ini dapat memperkenalkan budaya kerja perusahaannya kepada para mahasiswa yang terpilih. Satff  Price waterhouse Cooper dapat mengamati siapa diantara mahasiswa tersebut yang layak ditarik sebagai pegawai bila telah lulus nantinya. Mahasiswa yang ikut program tersebut dapat lebih mengenal budaya kerja perusahaan, nilai nilai yang dipegangnya, dan pengalaman sebagai relawan. 

Starbucks meluncurkan program yang diberinya nama " I am in". Starbuck akan memberikan 1 cangkir kopi gelas besar secara gratis kepada setiap pengunjung yang bersedia jadi relawan selama 5 jam. Program ini telah berhasil menciptakan 1,2 juta jam relawan kerja hanya dalam 5 hari sejak program tersebut dicanangkan.

Hewlett Packard bekerja sama dengan Civic Venture membuat program persiapan untuk terjun ke dunia nirlaba kepada para pegawainya yang telah bekerja cukup lama. Melalui program ini, karyawan yang telah mendekati usia pensiun diberi kesempatan untuk magang di organisasi nir-laba. Organisasi nir-laba mendapat manfaat dari keahlian dan semangat kerja mereka. Organisasi nir-laba yang memerlukan keahlian dibidang pemasaran, keuangan, manajemen, keahlian teknis dan ketrampilan lainnya dapat memanfaatkan staff  Hewlett Packard yang terkenal berkualitas tinggi. Melalui program tersebut ternyata semakin banyak pensiunan Hewlett Packard yang terjun ke dunia nirlaba atau kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya.

Perusahaan eBay bekerja sama dengan Points of Lights Mission Fish memberikan kesempatan kepada konsumennya untuk ikut menyumbang kepada kegiatan amal. Melalui program yang telah berjalan sejak tahun 2003 tersebut telah terkumpul dana sebesar 167 juta dolar yang telah disalurkan ke 22 000 oragnisasi nir-laba.

Melalui kemitraan antara bisnis dan kegiatan amal, masyarakat konsumen telah diuntungkan. Masyarakat terbantu oleh banyaknya kegiatan amal yang mendapat bahan bakar dari perusahaan. Dilain pihak, bisnis juga mendapat keuntungan karena masyarakat mendukung bisnis yang tidak hanya berorientasi komersial semata.

Di Indonesia, pandangan masyarakat terhadap perusahaan banyak juga yang negatif. Membuat kemitraan antara bisnis dengan kegiatan amal akan menciptakan situasi menang-menang. Masyarakat dan perusahaan sama sama diuntungkan. Kelompok wirausahawan yang tergabung dalam kelompok Komunitas Tangan Diatas telah sejak lama menerapkan prinsip tersebut. Komunitas Tangan Diatas adalah sebuah komunitas bisnis yang bervisi menjadi Tangan Di Atas atau menjadi pengusaha kaya yang gemar memberi kepada sesamanya. Istilah kerennya adalah abundance atau enlightened millionaire.

Komunitas TDA ini berawal dari sebuah blog yang ditulis oleh salah satu pendiri TDA, yaitu Badroni Yuzirman (http://www.roniyuzirman.blogspot.com/). Isi blog tersebut menurut sebagian orang cenderung memprovokasi pembacanya untuk menjadi pengusaha atau TDA. Kemudian, dari para pembaca blog tersebut tercetus ide untuk membuat pertemuan dalam bentuk talkshow dengan menghadirkan Haji Ali, salah satu tokoh sukses yang sering diceritakan di blog tersebut. Tanggal 12 Januari 2006 adalah tanggal diadakannya talkshow tersebut yang dihadiri oleh sekitar 40 orang bertempat di Restoran Sederhana Rawamangun, Jakarta Timur.

Dari talkshow itulah diperkenalkan istilah Tangan Di Atas yang diperluas tafsirnya menjadi pengusaha atau pedagang. Para peserta kemudian ditantang untuk langsung take action memulai bisnis. Pada tanggal 1 Februari, seminggu setelah itu dibukalah Moslem Fashion Area dengan para pengisi kiosnya 12 orang dari peserta talkshow itu.
Untuk memperlancar komunikasi di antara para alumni talkshow, maka dibuatlah sebuah mailing list untuk saling berkoordinasi mengenai toko masing-masing dan membahas permasalahan bisnis. Pada akhirnya mailing list itu kemudian dibuka untuk umum dengan anggota mencapai ratusan orang.

No comments:

Post a Comment