Sunday, November 14, 2010

Bisnis dan Sedekah

Dalam suatu study yang dilakukan oleh John Hopkins Comparative Nonprofit Sector Project beberapa tahun lalu (2006), ternyata Amerika Serikat merupakan negara dengan presentase (% GDP) sedekah tertinggi, diikuti dengan Kanada, Inggris dan Belanda. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah AS yang memberikan keringanan pajak pada perusahaan dan perorangan. Sebagai dampak dari kebijakan tersebut maka banyak rumah sakit, perpustakaan, universitas dan pelayanan sosial di Amerika mendapat dukungan donasi swasta yang besar. Bahkan beberapa bulan yang lalu, 40 orang terkaya Amerika telah berjanji untuk menyumbangkan minimal 50% kekayaannya untuk kegiatan sosial. Beberapa tahun yang lalu Warren Buffet menyumbangkan sekitar separuh kekayaannya ke yayasan milik Bill Gates, namun tetap saja dia bisa bertahan sebagai 5 orang terkaya di Amerika.
Sepertinya sedekah merupakan salah satu pilar terpenting dalam menjalankan roda bisnis. Sekilas, hal itu seperti sesuatu yang bersifat paradoks. Mengeluarkan uang kok bisa mendapatkan peningkatan omset dan keuntungan. Namun, ternyata banyak sekali pengusaha Muslim yang membuktikan bahwa sedekah justru merupakan jalan tercepat untuk memajukan bisnis. Setidaknya hal tersebut  diyakini oleh Bapak Muhammad Bhakti Kasry Pemilik dan Komisaris Utama Pandu Logistik. Pengusaha yang bergerak di bidang kurir dan cargo itu mengaku sudah lebih 20 tahun mengamalkan ilmu sedekah. Bisnis Pandu Logistics bisa terus berkembang pesat sehingga mempunyai cabang di 150 kota di Indonesia dan mempekerjakan sekitar 2.500 karyawan.

Haruskan usaha maju terlebih dahulu baru kemudian bersedekah? Jawabannya adalah tidak, jika melihat bisnis kerajinan sulam yang kini dilakoni Endang Rachminingsih yang akrab disapa Mimin Amir. Sepeninggal suaminya, ia menjadi tulang punggung ekonomi keluarganya. Ia memiliki keahlian lain, menyulam. Tak ingin larut dalam kesedihan, ia menyibukkan diri dengan menyedekahkan keahliannya bagi orang lain. Ia mengajar gratis di sebuah Sekolah Luar Biasa di Jakarta Barat. Hal yang sama juga dilakukan bagi para wanita marjinal di sekitar tempat tinggalnya. Tak hanya tenaga, ia juga menyediakan seluruh kebutuhan bahan untuk praktik menyulam.

Tak disangka, dari sana jalan terbuka. Usaha kerajinan berlabel Rumah Sulam Rachmi yang ditekuninya justru menjadi maju pesat. Pesanan mengalir dari berbagai daerah, bahkan luar negeri. Omzet usahanya kini berlipat. Bila niat untuk memberi, tak usah berpikir nanti akan bagaimana, ujarnya, yang mengaku tak masalah bila para murid kursus gratisnya membuat usaha sejenis. Menurut Mimin, rezeki adalah hak prerogatif Allah untuk mengaturnya. Kewajiban manusia adalah berbagi dengan sesamanya. Allah tak akan mengurangi sedikitpun apa yang sudah menjadi hak kita, ujarnya.
Semoga tulisan ini bisa menginspirasi kita semua untuk semakin rajin berbagi.Berbagi tak pernah rugi.

No comments:

Post a Comment