Tuesday, March 15, 2011

Kekikiran dan keimanan

Saya baru saja menerima pesan lewat Yahoo Messenger dari Dompet Dhuafa. Sebuah pesan berupa hadits Nabi Muhammad SAW tentang kekikiran dan keimanan. Saya kutipkan dibawah ini:

Rasulullah  sholallahu ‘alaihi wasalam bersabda: “Dalam tubuh seorang hamba tidak akan pernah bercampur debu bekas jihad di jalan Allah dengan asap api neraka, dan dalam hati seorang hamba tidak akan pernah bercampur kekikiran dengan keimanan”. (HR. Tirmidzi, Nasa’I, dan Ibnu Majah)

Berikut ini beberapa kisah yang moga moga mampu mengispirasi kita untuk tidak jadi kikir:
  • Saat Rasulullah memerintahkan para shahabat bersedekah Abu Bakar menyumbangkan seluruh hartanya, Umar menyumbangkan 1/2 hartanya. Sedangkan Ustman menyerahkan 300 ekor unta dengan perlengkapannya, kemudian datang lagi dan memberi 1000 dinar, dan tak pernah berhenti memberika sumbangan. Semua itu diserahkan tanpa banyak pertimbangan ataupun ragu. 
  • Abdurrahman bin Auf pernah menyerahkan setengah hartanya, dalam kesempatan lain menyumbang 40.000 dirham, juga mendanai pasukan dengan 500 ekor kuda dan 500 ekor unta. Semua harta itu merupakan hasil perdagangannya.  
  • Jihad harta juga dilakukan oleh para shahabat dari kalangan orang miskin dan para wanita. Pada saat perang Tabuk, mereka menyumbangkan perhiasan yang dimilikinya. Bahkan dalam perang melawan tentara Tartar, para muslimah memotong dan mengumpulkan rambutnya untuk dibuat tali kekang kuda bagi mujahidin, sehingga terbuatlah 300 tali kekang kuda dari rambut mereka.  
  • Seorang dokter di Syiria memberi bantuan yang cukup besar, kemudian berkata,"Harta ini asalnya dari keinginan saya untuk membelikan tempat tidur untuk anakku. Saya mampu untuk membeli barang kelas satu, tapi saya dan istri sepakat untuk memilih barang kelas dua. Apalagi perbedaannya hanya pada bentuk dan penampilan luar, sedang dari sisi kegunaan barang kelas dua sudah memenuhi tujuan. Lalu selisih harganya kami infakkan, ternyata jumlahnya setara dengan 500 USD." 
  • Seorang anak yatim berumur 10 tahun di Damaskus datang membawa bantuan sederhana lebih dari sekali. Lain kali ia datang menyumbang dan meminta dibuatkan kuitansi atas nama temannya. Alasannya,"Temanku patah kakinya, saya ingin sekali menjenguknya dan memberikannya hadiah. Dan saya berfikir hadiah yang terbaik adalah kuitansi sumbangan sehingga ia mendapatkan pahala darinya.  
  • Seorang ibu yang baru melahirkan seorang putra memutuskan semua hadiah uang atas kelahiran bayinya akan disumbangkan untuk mujahidin. Hal itu ternyata diikuti oleh ibu dan saudara-saudaranya sehingga terkumpul harta yang cukup banyak untuk disumbangkan.  
  • Seorang wanita tua di Gaza menyumbangkan harta yang akan digunakan untuk menunaikan ibadah haji untuk membantu para mujahidin. Padahal uang itu telah dikumpulkan sepanjang hidupnya.  
  • Selain membayar zakat, sebagian muslim Indonesia menyisihkan penghasilannya minimal 1% untuk infak dunia Islam (termasuk Palestina). Ini mereka lakukan setiap bulan sepanjang tahun. Ini hal yang patut kita teladani. Meski jumlahnya relatif sedikit tapi dilakukan secara rutin, sehingga pada akhirnya akan menjadi banyak. 
  • Terinspirasi dari ummul Mukminin Zainab Ra, yang rajin menenun dan menginfakkan hasil kerjanya, seorang muslimah yang mempunyai hobby membuat kerajinan tangan mengkhususkan hasil kreatifitasnya itu untuk diinfakkan.  
  • Seorang ibu rumah tangga menyediakan sebuah kotak infak di rumahnya. Tiap kali menemukan uang tercecer, apakah itu di meja, di lantai, di kantong baju yang sudah masuk keranjang cucian atau dimana saja di dalam rumahnya, maka uang tersebut akan dimasukkan ke dalam kotak infak, berapapun jumlahnya. Kadang-kadang ia juga memasukkan uang sisa belanjaan ke dalam kotak infak. Dengan demikian setiap ada musibah/bencana ia membuka kotak tersebut dan menginfakkan seluruh isinya.
Cerita diatas adalah kisah tentang orang orang yang tidak kikir yang saya kutip dari sebuah website di http://murnii.multiply.com/journal/item/338/Kisah_Heroik_tentang_jihad_harta.



Semoga kita semua bisa menirunya

No comments:

Post a Comment