Di Indonesia, seperti juga dikebanyakan negara berkembang, gaji pegawai negeri sipil tidak mencukupi. Setidaknya itu yang saya alami beberapa puluh tahun yang lalu. Hal yang sama juga dialami oleh PNS dari Vietnam dan beberapa negara Afrika yang pernah saya temui.
Ketika masih di puskesmas, meskipun tidak banyak, saya mendapatkan tambahan penghasilan dari praktek sore. Banyak kenangan saya tentang praktek sore di Puskesmas. Saat itu, di kecamatan tempat saya ditugaskan belum ada listrik. Pernah suatu malam saya dipanggil untuk mengobati seorang pasien di desa tetangga yang cukup jauh. Jalan masih tanah, sebagian becek dan melewati kuburan. Selesai mengobati pasien, sudah hampir tengah malam. Saya harus kembali ke rumah. Keluarga pasien menawarkan diri untuk mengantar, namun saya gengsi untuk menerimanya. Masak laki-laki kok pulang sendiri tidak berani. Jadilah saya kemakan gengsi, harus pulang sendiri, di tengah malam sepi dan harus melewati kuburan. Saya ingat, bila hanya karena uang, pasti sudah saya tolak panggilan tersebut.
Di Jakarta, saya tidak lagi buka praktek dokter. Saya mendapat tambahan penghasilan dari mengajar di program S2 di salah satu universitas swasta. Pernah juga membantu seorang konsultan, gaji dia sebagai konsultan dibagi dua dengan saya. Lumayan, saya dapat bagian Rp 12,5 jt per bulan, yang masih ingat sampai sekarang. Koran Kompas juga pernah beberapa kali memuat tulisan saya. Saya juga cukup banyak mendapat tambahan penghasilan dari perjalanan ke luar negeri untuk menghadiri pertemuan internasional yang dibiayai oleh salah satu organisasi internasional. Waktu itu kita boleh menginap dirumah teman, tidak harus tidur di hotel. Alhamdulillah, sisa dolar yang saya terima dari mengikuti pertemuan internasional bisa lebih besar dari sebulan gaji PNS. Tambahan penghasilan bisa kita dapatkan dari berbagai sumber, sebagian besar malah dari sumber yang terkait dengan profesi atau keahlian kita. Saya tidak harus tanam modal diluar bidang keahlian saya.
Melihat kebelakang pengalaman dalam mendapatkan tambahan penghasilan tersebut, saya ingin berbagi beberapa hal yang mudah mudahan bermanfaat untuk anda sekalian, khususnya bagi anda yang masih muda dan memerlukan tambahan rezeki.
Benahi pola pikir.
Saya pikir sebelum melangkah lebih lanjut, pertama yang perlu kita benahi adalah pola pikir kita dulu. Tanpa pola pikir yang benar, kita bisa mengambil jalan yang salah. Pola pikir pertama yang perlu kita tanamkan adalah adalah bahwa rezeki itu dari Allah semata dan Dia juga yang melapangkan dan menyempitkan rezeki. Salah satu kesalahan yang banyak ditemui adalah menganggap bahwa rezeki itu hanya terkait dan ditentukan oleh kemampuan kita. Memang ada keterkaitan antara penghasilan dengan kemampuan seseorang, namun korelasi tersebut tidak linier (tidak selalu berbanding lurus). Jarang sekali orang bodoh bisa kaya, namun tidak semua orang kaya raya mempunyai otak jenius. Selain itu, jenis kemampuan yang bagaimana yang terkait dengan rezeki, masih belum benar benar diketahui sampai sekarang.
Besar kecilnya rezeki dipengaruhi oleh banyak variabel yang komplek. Tidak ada seorangpun yang dapat memberikan "formula rezeki" tanpa pernah salah dan yang berlaku untuk semua orang dalam segala situasi. Meskipun demikian, bila kita penuhi "syarat-syarat dan kondisi", insya Allah rezeki akan datang juga. Besi saja yang sangat berat, bila dipenuhi "syarat syarat dan kondisiinya" bisa terbang ke angkasa. Bukankah pesawat terbang terbuat dari besi? Saya tidak tahu, saya kira tidak ada orang yang tahu, "syarat dan kondisi apa yang harus dipenuhi" agar rezeki datang dalam jumlah tertentu pada waktu tertentu kepada orang tertentu. Meskipun demikian, kita bisa tahu sebagian syarat dan kondisi agar rezeki datang ke kita. Kita juga tahu bahwa tidak ada kaitan antar rezeki dan kemuliaan disi Tuhan. Ada nabi yang jadi raja dan kaya raya, namun juga ada nabi yang hidup sederhana. Tapi tidak ada nabi yang jadi peminta-minta, bahkan nabi Muhammad SAW tidak mau menerima sedekah. Artinya, kita tidak akan jadi kaya dan mulia dengan meminta-minta.
Pola pikir bagaimana yang akan menjamin bahwa rezeki akan datang kepada kita? Ada beberapa pola pikir yang saya tahu akan dapat bermanfaat dalam mencari rezeki tambahan:
- Rezeki sebanding dengan kontribusi kita kepada masyarakat. Bila kita mampu menghasilkan sesuatu yang bernilai, maka cepat atau lambat, kita akan mendapatkan balasan atas kontribusi kita tersebut sesuai dengan nilai yang kita kontribusikan. Kita bisa memanfaatkan facebook secara gratis, meskipun demikian Mark Zukerberg pendiri facebook malah menjadi kaya raya. Facebook mempunyai nilai tinggi karena telah membantu orang membuat/ menghidupkan kembali jaringan sosialnya. Dilain pihak, hampir tidak ada penjual koran eceran yang menjadi kaya karena kontribusi mereka pada kesejahteraan masyarakat juga tidak terlalu besar. Bila sebagai pegawai kita telah bekerja keras sehingga memberikan kontribusi positif pada masyarakat, maka cepat atau lambat, kita akan mendapat kenaikan gaj/pangkat atau mendapatkan pekerjaan ditempat lain dengan gaji lebih besar. Saya belum pernah dengar ada boss yang berkata begini: " Kamu kerja kok malas-malasan, saya naikkan gaji /jabatan kamu ya supaya kamu jadi rajin". Kontribusi dulu, rezeki menyusul. Tingkatkan diri terus agar nilai kontribusi kita meningkat.
- Rezeki tidak ditentukan oleh pemerintah atau pemilik perusahaan. Besarnya gaji memang ditentukan oleh pemerintah atau pemilik perusahaan, tapi besarnya rezeki bukan mereka yang menentukan. Saya banyak menemui petugas cleaning service dengan tambahan penghasilan lebih besar dari gajinya karena telah membantu membelikan makanan atau keperluan lain dari karyawan tempatnya bekerja. Bahkan ada office boy yang mempunyai penghasilan Rp 8 jt perbulan. Coba perhatikan saja teman teman disekeliling anda yang banyak mendapatkan penghasilan tambahan (lembur, bonus, dll), hal hal positif apa yang bisa kita petik dari teman anda tersebut.
- Bila gaji kita lebih besar dari kontribusi kita kepada masyarakat maka kelebihan tersebut akan ditarik kembali. Bila kita dapat tambahan secara tidak halal, maka banyak hal bisa terjadi yang menyebabkan uang yang ada ditangan melayang (anak sakit, kecelakaan, dicuri, dll).
- Saya kutipkan beberapa hal yang menyebabkan rezeki yang kita terima menjadi berkah:
- Bersyukur atas apa yang diberikan oleh Allah.
- Belanjakan harta pada jalan yang diredhai oleh Allah.
- .Berusaha untuk mendapatkan rezeki yang halal.
- Keluarkan sedekah wajib (zakat) jika sampai nisab dan berikan sedekah sunat kepada orang miskin dan anak yatim.
- Bersedekah kepada anak yatim atau miskin kalau boleh setiap hari. Carilah anak-anak yatim untuk diberikan. Insyallah akan diganti oleh Allah tanpa kita sedari.
- Ikhlaskan pemberian atau sedekah hanya kepada Allah bukan mengharapkan pujian dan sebagainya. (Pemberian tangan kanan tanpa diketahui tangan kiri). Sedekah mulakan dengan keluarga sendiri dahulu selepas itu barulah kepada jiran dan orang-orang yang lebih jauh. Jangan anggap pemberian itu hak kita sebenarnya dalam harta kita ada hak mereka.
- Hulurkan pemberian sunat secara rahsia – tetapi pemberian wajib (zakat) perlu diberi secara terangan sebagai menegakkan syiar Islam.
- Konsep sedekah: berikan sesuatu yang kita sayangi. Ini jelas dalam ayat Quran Ali Imran ayat 92.
- Cari harta dunia untuk dijadikan bekalan akhirat (Dunia untuk akhirat – bukan dunia untuk dunia).
- Amalan yang diberkati ialah hasil peluh sendiri dan juga melalui jualbeli (perniagaan). Menurut Nabi 9/10 (90%) daripada sumber rezeki ialah berpunca daripada perniagaan. Makan gaji mungkin 1/10 sahaja (10%). Nabi Muhammad sendiri sebelum diutus menjadi rasul adalah seorang ahli perniagaan yang jujur, cekap dan amanah. Peniaga yang amanah akan dibangkitkan bersama para Nabi dan Rasul di akhirat kelak. Perniagaan merupakan amalan fardu kifayah. Barang makanan orang Islam sepatutnya dikeluarkan sendiri oleh orang Islam. Kalau tidak ada menjalankan aktiviti ini, seluruh umat Islam berdosa.
- Hulurkan bantuan kepada janda yang ketiadaan suami.Jangan meminta (uang, dll) kepada manusia, mintalah (rezeki, pekerjaan, dll) kepada Tuhan.
No comments:
Post a Comment