Andrea Ivory |
Bersenjatakan papan clipboard, selebaran dan semangat tinggi, Andrea Ivory (50 tahun) yang energetic membawa timnya mengunjungi perkampungan masyarakat miskin di negar bagian Florida, Amerika Serikat. Meskipun mereka bekerja secara santai, namun misinya serius: mencegah ibu ibu dari kematian akibat kanker payu dara dengan mendeteksi kanker payu dara sedini mungkin. Mereka menyediakan pemeriksaan mammografi gratis bagi ibu ibu dari keluarga miskin berusia 35 tahun keatas yang tidak mempunyai asuransi kesehatan.
Pada tahun 2006, Andrea Ivory yang pernah terkena kanker payu dara, mendirikan Florida Breast Health Initiative (FBHI). Setiap akhir pekan di musim semi dan musim gugur, Andrea Ivory dan beberapa sukarelawan (mahasiswa dan ibu ibu) mengunjungi perkampungan miskin di wilayah selatan negara bagian Florida. Mereka, dengan memakai kaos seragam, mendatangi rumah satu persatu untuk memberikan penyuluhan tentang kanker payu dara.
Cara kerjanya cukup sistimatik. Pada 3 minggu pertama setiap bulannya, Andrea Ivory bersama timnya mengunjungi ibu ibu di suatu perkampungan. Mereka mengetok setiap pintu, satu demi satu dan memberikan penyuluhan tentang kanker payu dara. Pada minggu terakhir setiap bulannya, dengan bekerja sama dengan rumah sakit setempat, sebuah kendaraan yang membawa alat mammografi datang ke perkampungan tersebut dan melakukan pemeriksaan mamografi. Sejak tahun 2006, telah lebih dari 29.000 rumah dikunjungi dan 500 ibu mendapatkan pemeriksaan mammografi secara gratis. Andrea percaya bahwa deteksi dini kanker payu dara adalah cara paling efefktif memerangi kanker payu dara.
Sebagai bekas penderita kanker payu dara, Andrea Ivory tahu bahaya kanker payu dara dan tahu bahwa deteksi kanker dini merupakan cara paling jitu mencegah kematian akibat kanker payu dara. Keprihatinanannya akan banyaknya wanita yang tidak tahu atau tidak mampu membayar beaya pemeriksaan mammografi mendorongnya untuk mendirikan Flrorida Breast Health Initiative.
Di Indonesia, kita punya Bapak Ruswandi, pendiri Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalasemia. Sebagai orang tua penderita thalasemia, Bapak Ruswandi merasakan benar kesulitan yang dialami orang tua dalam hal penyediaan dana untuk memperpanjang umur sang buah hati. Hampir tiap bulan, bahkan ada yang kurang dari satu bulan, para orang tua harus bolak-balik rumah sakit untuk menemani anaknya memperoleh transfusi darah. Sentuhan tulus dari seorang ayah yang pernah merasakan apa yang dirasa para orang tua penderita mampu menggalang mereka untuk mendirikan suatu perhimpunan. Namanya, Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalasemia yang berdiri tahun 1984. Sejak tahun 1987, perhimpunan itu berubah menjadi yayasan. Ibu Hartati menambahkan perubahan ini dikarenakan ruang gerak suatu perhimpunan dirasa terlalu sempit.
Yayasan yang dipusatkan di RSCM ini bertujuan untuk mengurangi permasalahan yang dihadapi penderita dan orang tua penderita thalasemia. Untuk mempertahankan hidup, penderita harus mendapat transfusi darah hampir tiap bulan bahkan kurang dari itu. Mereka juga membutuhkan obat bernama desferal. Kesemuanya membutuhkan biaya yang tidak kecil. Yayasan Thalassemia Indonesia berusaha membantu penderita dari keluarga tidak mampu, serta memberikan penyuluhan tentang penyakit thalassemia dan cara pencegahannya.
Adakah kita atau keluarga kita yang pernah atau sedang menderita penyakit berat? Mungkin hal tersebut merupakan cara Tuhan mengajak kita meniru jejak bapak Ruswandi atau Andrea Ivory. Mari kita ikuti jejak orang orang biaya yang mampu melakukan hal hal luar biasa.
No comments:
Post a Comment