Wednesday, October 6, 2010

Kesediaan membayar (willingness to pay)

Apakah masyarakat dhuafa tidak mau membayar pelayanan kesehatan? Berapa rupiah sih kesediaan masyarakat kurang mampu dalam membayar pelayanan kesehatan?

Di tingkat nasional dan di tingkat global, pertanyaan pertanyaan tersebut sering dilontarkan oleh para pengambil kebijakan dan para ahli ekononomi kesehatan. Bahkan, telah ada kesepakatan diantara para ahli tentang bagaimana mengukur kemampuan membayar pelayanan kesehatan di suatu wilayah/masyarakat tertentu. Metode yang sering dipakai akhir akhir ini memerlukan penggunaan analisa statistik yang canggih (contingent valuation method-CVM).
Di RB Umiyah, karena pasien tidak harus membayar pelayanan dalam jumlah tertentu, tetapi mereka diminta secara suka rela mengisi kotak amal, maka kita bisa memperkirakan kesediaan mereka dalam membayar pelayanan kesehatan, termasuk obatnya. Kalau kita analisa data kunjungan dan pemasukan kotak amal RB dan Poli Umum Umiyah selama 3 bulan sejak beroperasional, ternyata para pasien yang berasal dari masyarakat kurang mampu tersebut bersedia mengisi kotak amal. Pada bulan September2010, total kunjungan (pasien umum, periksa hamil dan KB) mencapai 101 kunjungan dengan total pemasukan kotak amal sebesar Rp. 425,000. Rata rata setiap kunjungan, mereka bersedia menyumbang Rp 4,207.
Pada bulan Agustus tahun yang sama, total pemasukan melalui kotak amal mencapai Rp.325,000 sedangkan jumlah total kunjungan mencapai 103 kunjungan dan 1 pertolongan persalinan. Berarti rata rata kesediaan membayar mencapai Rp 3,155 per kunjungan (meski agak kurang tepat karena ada satu persalinan).
Pada bulan Juli kemarin, total jumlah kunjungan mencapai 63 kunjungan dan 1 pertolongan persalinan dengan total pemasukan kotak amal mencapai Rp 315,000. Pada bulan tersebut rata rata pemasukan per kunjungan mencapai Rp 5000.

No comments:

Post a Comment