Wednesday, March 9, 2011

9 cara agar kita tidak jadi orang kebanyakan (1)

Apa itu orang kebanyakan? Orang yang keberadaannya dan ketiadaannya tidak menimbulkan perbedaan, kecuali bagi keluarga dekatnya. Dengan kata lain, bila keberadaan hidup kita hanya bermanfaat bagi keluarga kita sendiri, maka kita bisa disebut sebagai orang kebanyakan.

Apakah ini berarti kita harus jadi pejabat? Pejabat yang bekerja dengan baik dan membuat kebijakan yang memihak orang kecil, maka dia bukan lagi orang kebanyakan. Dilain pihak, pejabat yang mementingkan diri dan keluarganya dengan korupsi, maka dia telah menjadi penjahat. Seorang tukang pijat yang membangun panti asuhan, maka dia bukan orang kebanyakan. Di blog ini banyak contoh tentang kehidupan orang orang hebat. Silahkan baca di arsip blog ini.

Bagaimana agar kita bisa bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya orang?

Tentunya, pertama kita harus mau berubah. Bila kita tidak mau berubah, jangan berharap kita bisa Dan dan saudaranya Heath menyarankan 9 cara agar kita bisa berubah, tentunya agar menjadi orang yang bermanfaat bagi banyak orang. Saran dibawah ini dapat dikelompokkan kedalam 3 kategori: kelompok pertama berkaitan dengan otak, pengetahuan tentang langkah langkah menuju perubahan: kelompok kedua berkaitan dengan emosi, agar kita termotivasi untuk berubah ; dan kelompok ketiga tentang lingkungan yang akan memudahkan kita berubah.

1. Pelajari dan ikuti kehidupan orang orang hebat yang anda kagumi, khususnya yang berasal dari kalangan anda sendiri. Bila ada seseorang dengan latar belakang yang serupa atau hampir sama dengan kita, namun bisa mencapai sesuatu yang kita kagumi, kita perlu belajar darinya. Misalnya, bagi alumni SMA negeri 1 Purworejo yang ingin sukses bekerja di pemerintahan, maka dia perlu berguru ke mas Dwi Wahyu Atmaji, yang bisa jadi direktur di Bappenas atau mas Agus Sartono, yang bisa jadi deputi di kantor Menkokesra. Bila anda ingin jadi pelukis yang hebat, orang Purworejo bisa belajar dari Hanafi. Harga sebuah lukisan Hanafi mencapai ratusan juta rupiah. Tabungan kita setahun saja nggak mampu untuk membeli sebuah lukisannya. Jangan cuman lihat betapa senangnya jadi orang hebat, kita harus tahu perjuangannya juga. Bisakah kita belajar sesuatu dari langkah langkah mereka?

2. Ikuti langkah langkah kunci. Agar kita bisa mencapai prestasi luar biasa, kita harus berani melakukan hal hal yang luar biasa juga. Langkah langkah biasa hanya akan menghasilkan prestasi biasa biasa saja. Ada seorang cucu pahlawan nasional yang berani dan mau berjualan es di terminal bus di kota Tangerang. Sebenarnya, kalau mau menganggur, orang tuanya juga pasti akan mengasih makan, namun dia memilih berjualan es. Ketika jualannya kurang laku, sebelum mulai jualan dia sedekahkan sebagian es jualannya kepada orang orang miskin yang ada di terminal. Kemudian, dia juga mendatangi sekolah dan membayari biaya sekolah anak anak berprestasi yang tidak mampu. Agar bisa lebih berhasil lagi, dia tidak hanya membayari anak yang berprestasi, namun sasasarannya adalah membayari anak yang paling membutuhkan bantuan. Anda tahu siapa orang yang saya maksudkan? Beliau adalah ustadz Yusuf Mansyur, dai kondang yang selalu menganjurkan kita untuk bersedekah. Saya berani pastikan, sebagian besar dari kita lebih senang menganggur dirumah daripada harus jualan es di terminal bus. Itu salah satu sebabnya mengapa ustadz Yusuf Mansyur jadi dai hebat.

3. Tentukan tujuan dan sasaran. Saya kira ini sesuatu yang sudah banyak dikupas. Bila kita tidak mempunyai tujuan, maka kegiatan kita tidak terfokus. Ada pengalaman Darryl Sims dari Amerika yang tidak punya tujuan hidup. Ketika lagi naik mobil bersama ayahnya dan melewati seorang gelandangan ayahnya berkata:” Apa rencana hidupmu? Bila kita tidak punya rencana hidup, kita bisa tergelincir dan menjadi gelandangan”. Pada waktu itu, setelah lulus SMU, Darryl Sims tidak punya rencana hidup. Akhirnya dia terjerumus menjadi pecandu narkoba. Untuk membiayai kecanduan tersebut dia menipu keluarga dan kenalan kenalannya. Akhirnya, dia terlibat kegiatan criminal dan menjadi gelandangan.

Lanjutannya, tunggu di artikel berikutnya

No comments:

Post a Comment