Friday, February 17, 2012

Tingkat-tingkatan ikhlas.

Saya kira hampir semua orang tahu bahwa bila seseorang berbuat baik karena riya atau karena ingin mendapat popularitas, maka kebaikan tersebut tidak ada nilainya dimata Allah. Semua kebaikan harus diniatkan karena Allah semata. Bila seseorang berbuat baik karena riya, maka hanya pujian dan popularitas didunia yang didapat. Diakhirat mereka tidak mendapat apa apa.
Keikhlasan seorang ahli ibadah
Bagaimana dengan seseorang yang berbuat kebaikan karena ingin mendapat balasan kebaikan didunia dan diakhirat dari Allah? 
Sebagai contoh. Ada seseorang yang bersedekah kepada anak yatim tetangga rumahnya sebesar Rp. 200.000 dengan keinginan agar Allah berkenan melapangkan rezekinya. Tidak ada niat sedikitpun dihati orang tersebut untuk mendapat pujian, bahkan ucapan terima kasih dari si anak yatim (keluarganya). Orang tersebut sudah bebas dari riya, ujub dan sum'ah. Orang tersebut paham betul bahwa Allah yang melapangkan dan menyempitkan rezeki. Orang tersebut juga paham adanya ayat ayat Al Quran dimana Allah berfirman bahwa Allah akan memberi balasan berlipat ganda atas kebaikan yang dia lakukan. Dengan berbuat baik (bersedekah), orang tersebut menginginkan agar Allah berkenan mengabulkan doanya (agar diberi keluasan rezeki). Dia hanya mengharapkan Allah membalasnya sesuai dengan firman-Nya dalam Al Quran.

“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya.” (Q.s. al-An’am: 160).
“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar dzarrah, dan jika ada kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.” (Q.s. an-Nisa’: 40).
Kerana itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Q.s. Ali ‘Imran: 148).
“Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat itu lebih baik, dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa.” (Q.s. an-Nahl: 30).
“Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki mahupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.s. an-Nahl: 97).
Menurut saya pribadi yang awam, berbuat baik dengan mengharap balasan kebaikan di dunia itu sah sah saja. Itu adalah tingkat keikhlasan seorang abrar.
Lebih baik lagi bila berbuat baik dengan mengharapkan pahala di akhirat. Di zaman nabi, banyak yang berjihad dan kemudian mati syahid. Mereka berjihad dengan mengharapkan surga sesuai dengan firman Allah dalam Al Quran
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman akan jiwa mereka dan harta benda mereka dengan (balasan) bahawa mereka akan beroleh Syurga, (disebabkan) mereka berjihad dijalan Allah maka (di antara) mereka ada yang membunuh dan terbunuh. (Balasan Syurga yang demikian ialah) sebagai janji yang benar yang ditetapkan oleh Allah di dalam (Kitab-kitab) Taurat dan Injil serta Al-Quran; dan siapakah lagi yang lebih menyempurnakan janjinya daripada Allah? Oleh itu, bergembiralah dengan jualan yang kamu jalankan jual-belinya itu, dan (ketahuilah bahawa) jual-beli (yang seperti itu) ialah kemenangan yang besar" (At Taubah ayat 111).
Apakah kita berani bilang bahwa mereka berjihad secara tidak ikhlas?

Bagi orang awam seperti saya, bila kita sedekah tanpa mengharapkan apa apa (ikhlas 100% menurut istilah kita), paling banyak kita bersedekah Rp 1000  kepada pengemis. Namun bila kita mengharapkan balasan dari Allah, maka kita akan berani bersedekah sebuah rumah atau mobil. Bahkan banyak orang berani bersedekah jiwanya (berjihad) dengan mengharapkan surga.

Tingkat ikhlas orang muhibbin.

Ikhlas yg kedua adalah beramal karena Allah dengan maksud mengagungkan-Nya. Jadi amal yang bukan karena mengharap pahala dan bukan karena takut akan siksaNya. sebagai mana pernah diungkapkan oleh rabi’atul al-addawiyah “saya tidak menyembah kepada-Mu karena takut neraka dan tidak pula mengharapkan surga. akan tetapi saya menyembah kepada-Mu semata – mata untuk mengagungkan-Mu”.
Kedua tingkatan iklas diatas itu merupakan amal perbuatan yg masih disandarkan kepada dirinya sendiri.

Tingkat ikhlas orang makrifat.

Ikhlas yg ketiga adalah mengerti bahwasannya Allah-lah yg menggerakkan dan mendiamkan dirinya. sebab pada haqiqatnya manusia sama sekali tiada mempunyai daya kekuatan melainkan karena izin Nya semata (la khaula Wala Quata Ila Billah).sehingga terciptalah kepasrahan yang mutlak tanpa alasan pribadi dan diri ego yang terlintas. nafasnya untukNya, detak jantung, desir pikiran yang mebisik, tiap langkah, tiap kata, tak ada yang mengikuti hawa nafsu, sebuah kepasrahan total yang menciptakan cahaya kehidupan.

Tingkat ikhlas seorang makrifat tahu bahwa niatnya berbuat baik adalah diilhamkan oleh Allah, dengan harta yang diberikan Allah, dan terlaksana karena Allah.

Mari kita mulai berbuat baik secara bertahap. Kita coba dengan bersedekah 10% penghasilan sesuai dengan tingkat ikhlas ahli ibadah. setelah 1-2 tahun, kemudian kita tingkatan sedekah menjadi 20% penghasilan hingga 30% penghasilan. Setelah itu, kita tingkatkan keikhlasan kita ke tingkat orang muhibbin dan akhirnya ke tingkat orang makrifat.

No comments:

Post a Comment