Wednesday, February 15, 2012

8 Prinsip penggunaan uang agar bisa membuat bahagia (2)

Dr Lalin Anik
Punya banyak uang memang tidak otomatis membuat seseorang bahagia. Salah salah, banyak uang bisa membuat anak kita jadi pecandu narkoba atau keluarga jadi berantakan. Namun, bila dipakai secara benar, uang dapat meningkatkan kebahagiaan seseorang. Seorang pakar psikologi, Dr Elizabeth W. Dunn dari University British Columbia menyarankan 8 prinsip dalam memakai uang agar dapat membuat seseorang lebih berbahagia.

Prinsip kedua, gunakan uang untuk memberi manfaat kepada orang lain. Ternyata, menurut berbagai penelitian ilmiah, memberikan sedekah membuat sang pemberi merasa berbahagia. Dengan sedekah, tidak hanya si penerima yang mendapatkan manfaatnya, si pemberi juga mendapatkan manfaatnya.
Menurut Dr Lalin Anik dari Harvard University (waktu itu mahasiswa doctoral dari Harvard University, sekarang post doctoral fellow di Fuqua School of Business, Duke University), dalam sebuah artikelnya yang berjudul The Feeling Good about Giving: The Benefits (and costs) of Self-interested Charitable Behavior[i], menyimpulkan bahwa seseorang yang sedang merasa bahagia atau senang lebih besar kemungkinannya untuk memberikan sumbangan dibandingkan orang yang sedang sedih. Dilain pihak, kegiatan memberikan sumbangan ternyata membuat sang pemberi merasa bahagia. Hubungan antara bahagia dengan pemberian sedekah ternyata juga saling memperkuat. Pemberian sedekah membuat sang dermawan merasa bahagia dan karena bahagia maka sang dermawan juga lebih mudah memberi sumbangan.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Harbaugh, Mayr dan Burghart (2007) menunjukkan bahwa gambaran functional magnetic resonance imaging (fMRI) dari orang yang memberikan sedekah memperlihatkan gambaran yang sama dengan gambaran ventral striatrum ketika seseorang menerima rangsangan berupa cocaine atau wajah yang menarik. Ini berarti bahwa melakukan sedekah menyebabkan timbulnya perasaan bahagia atau senang.
Pada tahun 2008, Dunn, Aknin dan Norton melakukan study dengan meminta orang Amerika untuk menilai tingkat kebahagiaan masing masing. Mereka juga diminta untuk mencatat pengeluaran mereka bulan tersebut. Peneliti kemudian melakukan uji korelasi antara pengeluaran pro-social (sedekah, hadiah untuk orang lain, dll) dan pengeluaran untuk kepentingan pribadi (bayar listrik, dll) dengan tingkat kebahagiaanya. Terbukti bahwa pengeluaran pro-sosial terkait secara signifikan dengan tingkat kebahagiaan, bahkan setelah dilakukan kontrol terhadap pendapatan mereka.
Sebuah experiment yang dilakukan oleh Dunn, Aknin dan Norton (2008) juga menunjukkan hasil yang serupa. Peneliti tersebut mengumpulkan mahasiswa University of British Columbia dan memberikan uang kepada mereka dengan besaran $5 dan $20. Pada hari itu, para mahasiswa secara random ditugaskan untuk memakai uang tersebut bagi keperluannya sendiri atau menyedekahkan uang tersebut kepada orang lain yang membutuhkan. Pada sore harinya, para mahasiswa tersebut dikontak kembali. Ternyata para mahasiswa yang memakai uang yang dia terima untuk kebutuhan orang lain merasa lebih berbahagia dibandingkan dengan mahasiswa yang ditugaskan untuk memakai uang yang dia terima untuk dirinya sendiri. Dengan bersedekah $5 per hari, mahasiswa Unibersity of British Columbiabisa merasa berbahagia.
Dalam ajaran Islam, sebagaimana dijelaskan oleh Ali bin Muhammad Ad-Dahhami dalam buku Sedekahlah, Maka Kau Akan Kaya (Daar An-Naba’:2007), keutamaan sedekah itu antara lain: sedekah dapat memadamkan kemarahan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dapat menghapus kesalahan, perisai dari api neraka, mengobati penyakit hati, menolak berbagai macam bala’, dan melipatgandakan pahala.
Mari kita buat hidup ini jadi lebih berbahagia dengan menyedekahkan minimal 5% dari penghasilan.

[i] Anik, L., Aknin, L., Norton, M., Dunn, E., Feeling Good about Giving: The Benefits (and costs) of Self-Interested Charitable Behavior, Working paper 10-012,HarvardBusinessSchool, 2009.

No comments:

Post a Comment