Sunday, January 29, 2012

Adab berdebat

Di suatu padepokan  pernah hidup seorang GURU yg  sangat dihormati karna tegas dan jujur.

Suatu hari, 2 murid menghadap GURU.  Mereka bertengkar hebat dan nyaris beradu fisik. Keduanya berdebat tentang hitungan 3x7.  Murid pandai mengatakan hasilnya 21,  murid bodoh bersikukuh mengatakan hasilnya 27.

Murid bodoh menantang murid pandai untuk meminta GURU sbg Jurinya untuk mengetahui siapa yg benar di antara mereka, sambil si bodoh mengatakan :
"Jika saya yg benar 3 x 7 = 27 maka engkau harus mau di cambuk 10 kali oleh GURU , tetapi kamu yg benar ( 3 x 7 = 21 ) maka saya bersedia untuk memenggal kepala saya sendiri ha ha ha ....." demikian si bodoh menantang dgn sangat yakin dgn pendapatnya .

"Katakan GURU mana yg benar ?"  tanya murid bodoh.

Ternyata GURU memvonis cambuk 10x bagi murid yg pandai  (orang yg menjawab 21).  Si murid pandai protes .  Sang GURU menjawab:  "Hukuman ini bukan untuk hasil hitunganmu, tapi untuk KETIDAK ARIFANmu yg  mau-maunya berdebat dgn orang bodoh yg tidak tau kalo 3x7 adalah 21!!"

Guru melanjutkan : lebih baik melihatmu dicambuk dan menjadi ARIF daripada GURU harus melihat 1 nyawa terbuang sia sia !

Pesan Moral,

Jika kita sibuk memperdebatkan sesuatu yg tak berguna,  berarti kita juga sama salahnya atau bahkan lebih salah daripada orang yg memulai perdebatan,  sebab dgn sadar kita membuang waktu & energi untuk hal yg tidak perlu.

Bukankah kita sering mengalaminya?

Bisa terjadi dgn pasangan hidup, tetangga, kolega.  Berdebat atau Bertengkar untuk hal yg tidak ada gunanya,  hanya akan menguras energi percuma.  Ada saatnya untuk kita diam untuk menghindari perdebatan atau pertengkaran yg sia-sia.  Diam bukan berarti kalah, bukan?  Memang bukan hal yg mudah,  tapi janganlah sekali-kali berdebat dgn orang bodoh yg tidak menguasai permasalahan.
 
ADAB BERBICARA
1. Dalam hadis Nabi Muhammad S.A.W disebutkan: “Barangsiapa yang beriman pada ALLAH SWT dan hari akhir, maka hendaklah berkata baik atau lebih baik diam.”
- (HR Bukhari Muslim)

2. Berbicara harus jelas dan benar, sebagaimana dalam hadis Aisyah r.a. : “Bahawasanya perkataan Rasulullah S.A.W. itu selalu jelas sehingga boleh difahami oleh semua yang mendengar.”
- (HR Abu Daud)

3. Seimbang dan menjauhi berlarut-larutan, berdasarkan sabda Nabi Muhammad S.A.W: “Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku nanti di hari Kiamat ialah orang yang banyak bercakap dan berlagak dalam berbicara.” Maka dikatakan: "Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui erti ats-tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa makna al-mutafayhiqun?" Maka jawab Nabi S.A.W: “Orang-orang yang sombong.”
- (HR Tirmidzi dan dihasankannya)

4. Menghindari banyak berbicara, kerana khuatir membosankan yang mendengar, sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Wa’il: “Adalah Ibnu Mas’ud ra senantiasa mengajari kami pada setiap hari Khamis. Maka berkata seorang lelaki: "Wahai Abu Abdurrahman (gelaran Ibnu Mas’ud), seandainya mahu anda mengajari kami setiap hari?". Maka jawab Ibnu Mas’ud : "Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku memenuhi keinginanmu, hanya aku khuatir membosankan kalian, kerana akupun pernah meminta yang demikian pada Rasulullah S.A.W dan beliau menjawab khuatir membosankan kami”
-(HR Muttafaq ‘alaih)

5. Mengulangi kata-kata yang penting jika diperlukan. Dari Anas r.a. bahwa Nabi Muhammad S.A.W. jika berbicara, maka baginda mengulanginya 3 kali sehingga semua yang mendengarkannya menjadi faham, dan apabila baginda mendatangi rumah seseorang, maka baginda pun mengucapkan salam 3 kali.
- (HR Bukhari)

6. Menghindari mengucapkan yang bathil. Berdasarkan hadis Nabi Muhammad S.A.W. : “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diredhai ALLAH SWT yang ia tidak mengira yang akan mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh ALLAH SWT keredhaan-NYA bagi orang tersebut sampai nanti hari Kiamat. Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai ALLAH SWT yang tidak dikiranya akan demikian, maka ALLAH SWT mencatatnya yang demikian itu sampai hari Kiamat.”
- (HR Tirmidzi dan ia berkata hadis hasan shahih; juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah)

7. Menjauhi perdebatan sengit. Berdasarkan hadis Nabi Muhammad S.A.W.: “Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapatkan hidayah untuk mereka, melainkan kerana terlalu banyak berdebat.”
- (HR Ahmad dan Tirmidzi)

Dan dalam hadis lain disebutkan sabda Nabi Muhammad S.A.W: “Aku jamin rumah di dasar syurga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah di tengah syurga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bergurau, dan aku jamin rumah di puncak syurga bagi yang baik akhlaknya.”
- (HR Abu Daud)

8. Menjauhi kata-kata keji, mencela, melaknat, berdasarkan hadis Nabi Muhammad S.A.W: “Bukanlah seorang mukmin jika suka mencela, melaknat dan berkata-kata keji.”
- (HR Tirmidzi dengan sanad shahih)

9. Menghindari banyak bergurau yang keterlaluan. Berdasarkan hadis Nabi Muhammad S.A.W: “Sesungguhnya seburuk-buruk orang disisi ALLAH SWT di hari Kiamat kelak ialah orang yang suka membuat manusia tertawa.”
- (HR Bukhari)

10. Menghindari menceritakan aib orang dan saling memanggil dengan gelaran yang buruk. Berdasarkan ayat al-Quran, Surah Al-Hujjurat:11, juga dalam hadis Nabi Muhammad S.A.W: “Jika seorang menceritakan suatu hal padamu lalu ia pergi, maka ceritanya itu menjadi amanah bagimu untuk menjaganya.”
- (HR Abu Daud dan Tirmidzi dan ia menghasankannya)

Adab dan Sopan, Rabbani

11. Menghindari dusta. Berdasarkan hadis Nabi Muhammad S.A.W: “Tanda-tanda munafik itu ada tiga, jika ia berbicara ia berdusta, jika ia berjanji ia mengingkari dan jika ia diberi amanah ia khianat.”
- (HR Bukhari)

12. Menghindari ghibah(mengutuk) dan mengadu domba. Berdasarkan hadis Nabi Muhammad S.A.W: “Janganlah kamu saling mendengki, dan janganlah kamu saling membenci, dan janganlah kamu saling berkata-kata keji, dan janganlah kamu saling menghindari, dan janganlah kamu saling mengghibbah satu dengan yang lain, dan jadilah hamba-hamba ALLAH yang bersaudara.”
- (HR Muttafaq ‘alaih)

13. Berhati-hati dan adil dalam memuji. Berdasarkan hadis Nabi Muhammad S.A.W dari Abdurrahman bin Abi Bakrah dari bapanya berkata: Ada seorang yang memuji orang lain di depan orang tersebut, maka berkata Nabi SAW: “Celaka kamu, kamu telah mencelakakan saudaramu! Kamu telah mencelakakan saudaramu!” (dua kali), lalu kata baginda SAW: “Jika ada seseorang ingin memuji orang lain di depannya, maka katakanlah: MAASYAA-ALLAHU LAA QUWWATA ILLAA BILLLAH (Sungguh atas kehendak Allah-lah semua ini terwujud), lalu barulah katakan apa-apa pujian sesuai kenyataannya.”
- (HR Muttafaq ‘alaih dan ini adalah lafzh Muslim)
Dari Mujahid dari Abu Ma’mar berkata: "Berdiri seseorang memuji seorang pejabat di depan Miqdad bin Aswad secara berlebih-lebihan, maka Miqdad mengambil pasir dan menaburkannya di wajah orang itu, lalu berkata: Nabi Muhammad SAW memerintahkan kami untuk menaburkan pasir di wajah orang yang gemar memuji."
- (HR Muslim)

ADAB MENDENGAR

1. Diam dan memperhatikan (ayat al-quran, Qaf:37).

2. Tidak memotong/memutus pembicaraan.

3. Menghadapkan wajah pada pembicara dan tidak memalingkan wajah darinya sepanjang sesuai dengan syariat (bukan berbicara dengan berlawanan jenis).

4. Tidak menyela perbicaraan saudaranya walaupun ia sudah tahu, sepanjang bukan perkataan dosa.

5. Tidak merasa dalam hatinya bahwa ia lebih tahu dari yang berbicara.

ADAB MENOLAK / TIDAK SETUJU

1. Ikhlas dan menghindari sifat senang menjadi pusat perhatian.

2. Menjauhi ingin tersohor dan terkenal.

3. Penolakan harus tetap menghormati dan lembut serta tidak meninggikan suara.

4. Penolakan harus penuh dengan dalil dan taujih.

5. Menghindari terjadinya perdebatan sengit.

6. Hendaknya dimulai dengan menyampaikan isi benarnya terlebih dulu sebelum memberi komen yang salah.

7. Penolakan tidak bertentangan dengan syariat.

8. Hal yang dibicarakan hendaknya merupakan hal yang penting dan dapat dilaksanakan dan bukan sesuatu yang belum terjadi.

9. Ketika menolak hendaknya dengan memperhatikan tingkat ilmu lawan bicara, tidak berbicara di luar kemampuan lawan bicara yang dikhuatirkan menjadi fitnah bagi diri dan agamanya.

10. Saat menolak hendaknya menjaga hati dalam keadaan bersih, dan menghindari kebencian serta penyakit hati.

Dipetik dari: www.iluvislam.com

No comments:

Post a Comment