Sunday, March 18, 2012

Strategi Menolong Alif dan Rendi: Penghubung sumber daya (resources integrator)

Alif Oktaviansyah
Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, Sedekah Rombongan dan berbagai lembaga amal lain bisa menggalang dana cukup banyak. Omzet bisnis mereka dengan Allah mencapai angka 9 digit (milyaran rupiah). Oleh karena itu, kemampuan mereka menolong dhuafa juga cukup besar. Bahkan Dompet Dhuafa saat ini sedang membangun sebuah rumah sakit di daerah Sawangan, Kabupaten Bogor.

Alhamdulillah, saat ini Klinik Umiyah sudah mampu menggalang dana dalam hitungan puluhan juta. Itu juga sudah suatu keajaiban mengingat berbagai keterbatasan yang ada. Dengan kemampuan penggalanagn sumber dana yang terbatas, maka strategi Klinik Umiyah dalam menolong dhuafa yang sakit juga harus berbeda dengan lembaga amal yang mempunyai dana lebih. Salah satu strategi yang dipakai adalah sebagai "penghubung sumber daya (resource integrator)".

Rendi Setiawan
Contoh kongkritnya sebagai berikut. Dalam kasus adik Alif Oktaviansyah yang menderita meningoencephalocele, maka saat ini (19 Maret 2012) salah seorang staff Yayasan Ummy sedang ke RS Sarjito dengan membawa segala dokumen (dokumen rekam medis dan surat lainnya) untuk menemui dokter ahli bedah syaraf di RS Sarjito. Pertanyaan utamanya adalah: Kapan adik Alif Oktaviansyah bisa dioperasi? Selama ini, Alif Oktaviansyah sudah beberapa kali dibawa ke Yogya, namun karena berbagai hambatan, pihak keluarga belum tahu kapan Alif akan bisa dioperasi. Soal biaya, bila tidak terlalu besar, pihak keluarga akan mencoba menggalangnya dari berbagai sumber. Selain itu, dengan adanya SKTM (surat keterangan tidak mampu, ada kemungkinan jamkesda bisa membantu hingga maksimal Rp 3 juta). Bila dana banyak diperlukan, Klinik Umiyah akan mengkontak berbagai lembaga amal yang ada di Yogya (misalnya: Sedekah Rombongan, Dompet Dhuafa, dll) untuk membantu pembiayaannya.

Staff Klinik Umiyah yang konsultasi ke RS Sarjito memberi kabar bahwa alat yang diperlukan untuk memeriksa Alif Oktaviansyah sudah sebulan ini rusak. Di Yogyakarta tidak ada rumah sakit lain selain RS Sarjito yang punya alat tersebut. Di Jawa Tengah hanya RS Telogorejo (RS Swasta) yang punya alat tersebut. Tentunya, konsekwensi biaya akan melambung bila pasien dibawa ke RS Telogorejo, Semarang.

Dalam hal adik Rendi Setiawan yang menderita kelainan jantung bawaan tetralogy Fallot, maka salah seorang dermawan telah membawanya ke RS Sarjito, Yogyakarta. Dermawan tersebut juga telah memberi uang saku kepada penunggu Rendi Setiawan. Biaya operasi akan ditanggung pemerintah. Saat ini, adik Rendi Setiawan sudah boleh pulang dari RS Sarjito. Segala urusan administrasi sudah beres, namun nenek penunggu Rendi Setiawan hanya punya uang Rp 5000 disakunya.

No comments:

Post a Comment