Mercy Charitable Foundation merupakan sebuah LSM di negara Ukraina, bekas Uni Soviet yang memberikan pelayanan berupa makan gratis, rehabilitasi kecanduan alkohol dan obat bius, bantuan hukum, perlindungan hak azasi manusia, paket makan dan baju, dan koseling (bimbingan). Kelompok sasarannya adalah para tuna wisma, anak yatim, orang tua, pencandu alkohol dan obat bius.
Awalnya, mereka mendapat dukungan dana dari berbagai sumber, baik dari dalam maupun luar negeri. Namun kemudian, mereka ingin mengembangkan bisnis agar bisa mandiri dan tidak tergantung sumbangan dari luar. Berbagai usaha telah mereka coba, mulai dari perusahaan catering hingga usaha koran. Namun semuanya tidak jalan. Mereka kekurangan modal awal dan tidak ada investor yang mau menanamkan modalnya bagi NGO yang ingin berbisnis.
Akhirnya, mereka mendapat ide untuk membuka sebuah cafe yang mereka beri nama Kovcheg Cafe. Kebetulan letak kantor Mercy Charitable Foundation sangat strategis, dekat universitas dan perkantoran bisnis. Mereka juga sudah mempunyai dapur yang besar, karena mereka setiap harinya memasak makanan untuk sekitar 100an tunawisma. Selain itu, tidak diperlukan modal awal yang besar untuk mendirikan sebuah cafe. Dilema timbul ketika akan menentukan apakah Kovcheg Cafe apakah akan menjual alkohol dan rokok. Mengingat sebagai LSM mereka berkampanye anti alkohol dan rokok, akhirnya mereka memutuskan untuk membuat Cafe Kovcheg sebagai restaurant keluarga yang bebas rokok dan alkohol. Ternyata Cafe Kovcheg sukses besar.
Cafe Kovcheg menyediakan makanan yang segar dan enak dengan harga murah. Harga makanan termahal di Cafe Kovcheg hanya sekitar Rp 9000. Padahal di restaurant lain harga makanannya antara Rp25000 hingga Rp 60,000 per porsi. Cafe Kovcheg juga memberikan lingkungan bebas rokok dan alkohol yang cocok untuk keluarga. Cafe Kovcheg juga dipakai sebagai tempat latihan memasak dan memberikan makan gratis sekitar 100a orang per hari.
Kini Mercy Charitable Foundation juga telah membuka 3 toko barang bekas. Barang bekas tersebut merupakan sumbangan lewat gereja dan dijual oleh Toko Barang Bekas. Dana yang terkumpul untuk membiayai kegiatan amal. Ternyata, Toko Barang Bekas ini lebih dapat berfungsi sebagai sumber dana dibandingkan dengan Cafe Kovcheg. Dari seluruh dana masuk dari bisnis, ternyata 90% berasal dari Toko Barang Bekas dan 10% berasal dari Cafe.
Saat ini sudah ada toko barang bekas di Indonesia. Namun saya kira, bila hasilnya mau dipakai untuk kegiatan amal, pasar bagi barang bekas masih terbuka. Kita bisa memanfaatkan jaringan masjid di Indonesia sebagai tempat penampungan sumbangan barang bekas dan tinggal membuka toko dan pemasarannya. Hasilnya bisa kita kembalikan ke masyarakat berupa kegiatan amal.
Kini Mercy Charitable Foundation juga telah membuka 3 toko barang bekas. Barang bekas tersebut merupakan sumbangan lewat gereja dan dijual oleh Toko Barang Bekas. Dana yang terkumpul untuk membiayai kegiatan amal. Ternyata, Toko Barang Bekas ini lebih dapat berfungsi sebagai sumber dana dibandingkan dengan Cafe Kovcheg. Dari seluruh dana masuk dari bisnis, ternyata 90% berasal dari Toko Barang Bekas dan 10% berasal dari Cafe.
Saat ini sudah ada toko barang bekas di Indonesia. Namun saya kira, bila hasilnya mau dipakai untuk kegiatan amal, pasar bagi barang bekas masih terbuka. Kita bisa memanfaatkan jaringan masjid di Indonesia sebagai tempat penampungan sumbangan barang bekas dan tinggal membuka toko dan pemasarannya. Hasilnya bisa kita kembalikan ke masyarakat berupa kegiatan amal.
No comments:
Post a Comment