Terus terang, saya bukan atau belum jadi orang zuhud. Saya masih dalam tingkatan "kepingin" jadi orang zuhud. Semoga dengan tulisan ini, saya bisa tergerak untuk menjadi lebih zuhud.
Menurut para ulama, ada beberapa ciri orang zuhud:
- Apa yang ada di sisi Allah lebih dia percayai daripada apa yang ada di tangannya sendiri. Disini akal dan ilmu hitung-hitungan linier tidak lagi berlaku. Nabi Muhammad tidak pernah menyimpan uang. Semua uang yang ada segera beliau sedekahkan tanpa menunggu hari berganti. Kalau kita sudah berani menyedekahkan semua yang kita punyai, maka kita sudah mencapai tatatan zuhud tertinggi. Ada sebuah keluarga di kota Malang yang menampung dan menyekolahkan anak anak yatim tanpa takut kalau anak anaknya akan terlantar dan tidak bisa sekolah. Namun apa yang terjadi, anak anak keluarga tersebut malahan bisa bersekolah di luar negeri.
- Tidak mengharapkan apa yang ada ditangan manusia. Bila kita masih ingin mobil , baju, rumah yang bagus bagus, maka kita belum bisa masuk kriteria sebagai orang zuhud. Bila kita belum bisa memakai barang sesuai fungsinya saja, bukan untuk gengsi atau bermewah mewah, maka kita belum jadi orang zuhud. Orang zuhud bukan berarti tidak boleh punya rumah, tapi rumah orang zuhud haruslah bersifat fungsional. Begitu pula, kita masih pingin naik pangkat atau jabatan, kita belum bisa dibilang zuhud. Bukan berarti orang zuhud tidak boleh naik jabatan atau naik gaji, tapi orang zuhud tidak pernah meminta jabatan atau kenaikan gaji. Dengan atau tanpa jabatan, orang zuhud akan bekerja dengan sebaik-baiknya.
Tidak merisaukan rusaknya urusan dunia. Orang yang zuhud adalah orang yang lebih merisaukan rusaknya pahala.- Menganggap bahwa pujian dan cacian adalah sama. Hati orang yang zuhud akan sama ketika menghadapi pujian dan cacian karena sesungguhnya penilaian orang adalah semu. Orang zuhud tidak diperbudak oleh penilaian orang.
No comments:
Post a Comment