Perusahaan rokok mencoba mengasosiasikan merokok dengan kejantanan, hidup modern dan lain lain. Mereka menggarap sisi emosional agar orang mau mengkonsumsi rokok. Dilain pihak, pemerintah di banyak negara mencoba mengurangi konsumsi rokok dengan menaikkan pajak rokok, tidak boleh merokok ditempat umum, dll. Dengan kata lain, pemerintah mencoba mengurangi konsumsi rokok dengan mengubah lingkungan sehingga menjadi kurang nyaman bagi perokok.
Bagaimana caranya agar kita terdorong untuk berprestasi? Rubahlah lingkungan kerja anda!.
Lingkungan kerja seperti apa yang membuat seseorang terpacu berprestasi? Bila ada imbalannya (naik pangkat/jabatan/gaji), bila didukung dengan peralatan dan dukungan teknis lainnya (pedoman), dan bila teman sekerja saling mendukung.
Perkara imbalan, kita sebaiknya percaya bahwa Tuhan adalah Maha Adil dan tidak pernah salah. Bila kita sudah bekerja dengan baik dan pantas digaji Rp 10 juta, namun gaji kita saat ini hanya Rp 5 juta, maka lambat atau cepat, Tuhan akan mengatur agar kita bisa mendapatkan penghasilan Rp 10 juta tersebut. Caranya? Bisa dengan dipindahkan kerja ke perusahaan lain, dinaikkan jabatan, atau dapat rezeki dari tempat yang tidak kita sangka-sangka. Kita harus menanam dulu, baru bisa memanen.
Dalam soal gaji, banyak karyawan yang berpikir salah. Karena gajinya hanya Rp 750 ribu (sesuai UMR), maka dia sesuaikan kerjanya (dengan malas-malasan, atau kerja seadanya) sehingga nilai kerjanya hanya sebesar gajinya tersebut. Akibatnya, seumur umur gajinya ya hanya segitu saja.
Dengan mengubah pola pikir kita soal gaji tersebut, maka kita sudah mengubah lingkungan kerja menjadi kondusif bagi kita untuk berprestasi.
Tentunya kerja keras saja tidak cukup. Kita perlu terus meningkatkan kualitas dan nilai dari hasil kerja kita. Untuk itu, belajar dan terus mengembangkan diri menjadi sesuatu keharusan. Saya amati, orang orang yang sukses adalah orang orang yang mau belajar dan terus mengembangkan diri. Mereka adalah self learner.
Karena kita produk dari sistem pendidikan dimana guru yang memberi ilmu, maka kita tidak terbiasa untuk belajar mandiri. Tanpa guru, kita tidak bisa belajar. Padahal, kalau hanya soal ilmu, sangat banyak ilmu tersedia gratis di internet. Mari kita manfaatkan internet untuk pengembangan diri juga, tidak hanya untuk bersosialisasi.
Lingkungan kerja seperti apa yang membuat seseorang terpacu berprestasi? Bila ada imbalannya (naik pangkat/jabatan/gaji), bila didukung dengan peralatan dan dukungan teknis lainnya (pedoman), dan bila teman sekerja saling mendukung.
Perkara imbalan, kita sebaiknya percaya bahwa Tuhan adalah Maha Adil dan tidak pernah salah. Bila kita sudah bekerja dengan baik dan pantas digaji Rp 10 juta, namun gaji kita saat ini hanya Rp 5 juta, maka lambat atau cepat, Tuhan akan mengatur agar kita bisa mendapatkan penghasilan Rp 10 juta tersebut. Caranya? Bisa dengan dipindahkan kerja ke perusahaan lain, dinaikkan jabatan, atau dapat rezeki dari tempat yang tidak kita sangka-sangka. Kita harus menanam dulu, baru bisa memanen.
Dalam soal gaji, banyak karyawan yang berpikir salah. Karena gajinya hanya Rp 750 ribu (sesuai UMR), maka dia sesuaikan kerjanya (dengan malas-malasan, atau kerja seadanya) sehingga nilai kerjanya hanya sebesar gajinya tersebut. Akibatnya, seumur umur gajinya ya hanya segitu saja.
Dengan mengubah pola pikir kita soal gaji tersebut, maka kita sudah mengubah lingkungan kerja menjadi kondusif bagi kita untuk berprestasi.
Tentunya kerja keras saja tidak cukup. Kita perlu terus meningkatkan kualitas dan nilai dari hasil kerja kita. Untuk itu, belajar dan terus mengembangkan diri menjadi sesuatu keharusan. Saya amati, orang orang yang sukses adalah orang orang yang mau belajar dan terus mengembangkan diri. Mereka adalah self learner.
Karena kita produk dari sistem pendidikan dimana guru yang memberi ilmu, maka kita tidak terbiasa untuk belajar mandiri. Tanpa guru, kita tidak bisa belajar. Padahal, kalau hanya soal ilmu, sangat banyak ilmu tersedia gratis di internet. Mari kita manfaatkan internet untuk pengembangan diri juga, tidak hanya untuk bersosialisasi.
No comments:
Post a Comment