"Pantas saja orang tersebut memberikan sedekah dalam jumlah banyak, dia kan orang kaya" kata teman saya. "kalau aku kaya, aku juga bisa", tambahnya lagi. Begitu komentar yang sering saya dengar ketika saya menyinggung atau cerita tentang sedekah.
Banyak orang lupa, sebenarnya kita jauh lebih beruntung dibandingkan dengan sebagian besar penduduk Indonesia. 80% penduduk Indonesia hanya berpendapatan sekitar Rp 6 juta per orang per tahun. 80% penduduk kabupaten Purworejo hanya berpenghasilan sekitar Rp 5 juta per orang per tahun.
Kita juga sering lupa bahwa orang tidak bisa tiba tiba bersedekah dalam jumlah besar. Banyak dermawan yang sudah terbiasa bersedekah sejak muda. John D Rockefeller sudah bersedekah sebesar 10% penghasilannya sejak dia bekerja sebagai clerk. Dengan semakin besar penghasilannya, semakin besar pula jumlah dana yang dia sumbangkan.
Sedekah adalah sebuah kebaikan. Tidak ada balasan dari sebuah kebaikan kecuali kebaikan juga. Bila kita menanam mangga, maka mangga juga yang akan kita panen. Bahkan, dengan hanya menanam satu biji mangga, kita bisa memetik banyak buah mangga nantinya. Begitu juga dengan sedekah. Sedekah akan mendatangkan kebaikan, bahkan dalam jumlah berlipat ganda. Tuhan Yang Maha Kaya yang akan mengatur balasan dari sedekah kita.
Berikut ini saya kutipkan sebuah pengalaman sedekah "kisah sedekah rumah tinggal" yang saya kutip dari http://pantiasuhan.net/kisah-sedekah-rumah-tinggal/
Kisah ini terjadi dan dialami oleh seseorang yang bernama Mahmud, awalnya dia membeli rumah RSS (Ruma Sangat Sederhana) denagn tanah seluas 92 meter persegi. Setelah penyerahan kunci dari pengembangnya dia ingin segera menempatinya. Akan tetapi kamar tidur hanya satu ruang. Sedangkan anak-anaknya sudah besar dan lebih dari dua. Karena kondisi demikian, dia harus bersabar. Dia mengumpulkan dana untuk membangun tanah yang tersisa sekedar untuk tambahan ruangan kamar. Dengan gaji yang pas-pasan dan juga harus membayar cicilan rumah di bank, keinginan itu hanya sebatas rencana.
Setiap kali Mahmud menengok rumah RSSnya, hatinya menjadi risau. Dia melihat rumah tetangga kiri dan kanannya sudah mulai ditempati dan sudah terlihat anak-anak kecil ramai bermain dijalanan perumahan. Pada saat-saat risau hatinya itu, tiba-tiba ada seorang yang datang menyapa.”Kapan mau ditempati Pak?”"Entahlah. Menunggu setelah saya menambah ruangan di tanah yang masih tersisa. Kebetulan anak saya banyak, Pak” Jawab Mahmud. Orang itu yang tidak lain adalah seorang guru, berkata lagi.”Jika memang masih lama Bapak Menempatinya sebaiknya dimanfaatkan saja pak.”"Dimanfaatkan untuk apa?” Tanya Mahmud.”Dikontrakkan saja. Saya juga mau kok untuk menyewannya.”"Bukankah Bapak sudah punya rumah, lagi pula untuk apa Pak?”Orang tersebut kemudian menceritakan keinginannya menyewa rumah Mahmud. Tujuannya untuk menampung anak-anak di sekitar perumahan untuk di ajari mengaji. Mendengar uraian tersebut, dengan senang hati Mahmud menyetujui. Bahkan untuk keperluan itu tidak perlu disewa. “Dipakai saja Pak Guru. Tidak perlu disewa. Tapi jika nanti saya punya dana untuk merenovasi dan saya tempati, tentunya anak-anak harus dcarikan tempat lain.”
Akhirnya rumah Mahmud itu dipakai untuk kegiatan mengaji. Bahkan untuk shalat berjamaah warga disekitar tempat itu. Suatu ketika Mahmud menyambangi rumahnya kembali. Ia bertemu dengan beberapa orang, para guru ngaji. Dia berkata.”Doakan saya dapat membeli rumah Pak. Insya Alloh rumah ini nantinya akan saya sedekahkan untuk keperluan mengaji dan musholla.” Ujar Mahmud.
Rupanya ucapan itu dikabulkan oleh Alloh SWT. Dalam waktu tiga bulan, Mahmud mampu membeli rumah di tempat lain yang ukurannya dua kali rumah RSS dan lebih mewah. Dia kemudian mendatangi para guru dan seketika itu juga dia mewakafkan rumah RSSnya. Orang-orang disekitar rumahnya kemudia membentuk takmir musholla. Dari tahun ke tahun kapling di kanan dan kiri musholla berhasil dibeli pengurus Musholla dan sekarang musholla tersebut sudah menjadi masjid yang berdiri megah. Takmir di masjid sepakat untuk memberi nama mesjid itu dengan nama Baitul Mahmud. Kondisi perekonomian Mahmud semakin maju, Dia semakin kaya, Akan-anaknya sukses menjalani karir di tempat kerjanya, Anak pertama menjadi pejabat penting di Amerika Serikat.
Setiap kali Mahmud menengok rumah RSSnya, hatinya menjadi risau. Dia melihat rumah tetangga kiri dan kanannya sudah mulai ditempati dan sudah terlihat anak-anak kecil ramai bermain dijalanan perumahan. Pada saat-saat risau hatinya itu, tiba-tiba ada seorang yang datang menyapa.”Kapan mau ditempati Pak?”"Entahlah. Menunggu setelah saya menambah ruangan di tanah yang masih tersisa. Kebetulan anak saya banyak, Pak” Jawab Mahmud. Orang itu yang tidak lain adalah seorang guru, berkata lagi.”Jika memang masih lama Bapak Menempatinya sebaiknya dimanfaatkan saja pak.”"Dimanfaatkan untuk apa?” Tanya Mahmud.”Dikontrakkan saja. Saya juga mau kok untuk menyewannya.”"Bukankah Bapak sudah punya rumah, lagi pula untuk apa Pak?”Orang tersebut kemudian menceritakan keinginannya menyewa rumah Mahmud. Tujuannya untuk menampung anak-anak di sekitar perumahan untuk di ajari mengaji. Mendengar uraian tersebut, dengan senang hati Mahmud menyetujui. Bahkan untuk keperluan itu tidak perlu disewa. “Dipakai saja Pak Guru. Tidak perlu disewa. Tapi jika nanti saya punya dana untuk merenovasi dan saya tempati, tentunya anak-anak harus dcarikan tempat lain.”
Akhirnya rumah Mahmud itu dipakai untuk kegiatan mengaji. Bahkan untuk shalat berjamaah warga disekitar tempat itu. Suatu ketika Mahmud menyambangi rumahnya kembali. Ia bertemu dengan beberapa orang, para guru ngaji. Dia berkata.”Doakan saya dapat membeli rumah Pak. Insya Alloh rumah ini nantinya akan saya sedekahkan untuk keperluan mengaji dan musholla.” Ujar Mahmud.
Rupanya ucapan itu dikabulkan oleh Alloh SWT. Dalam waktu tiga bulan, Mahmud mampu membeli rumah di tempat lain yang ukurannya dua kali rumah RSS dan lebih mewah. Dia kemudian mendatangi para guru dan seketika itu juga dia mewakafkan rumah RSSnya. Orang-orang disekitar rumahnya kemudia membentuk takmir musholla. Dari tahun ke tahun kapling di kanan dan kiri musholla berhasil dibeli pengurus Musholla dan sekarang musholla tersebut sudah menjadi masjid yang berdiri megah. Takmir di masjid sepakat untuk memberi nama mesjid itu dengan nama Baitul Mahmud. Kondisi perekonomian Mahmud semakin maju, Dia semakin kaya, Akan-anaknya sukses menjalani karir di tempat kerjanya, Anak pertama menjadi pejabat penting di Amerika Serikat.
Sekelumit kisah sedekah yang dilakukan Mahmud, orang sederhana yang mempunyai hati bersih dan berani mengambil keputusan yang tepat yaitu mengikhlaskan rumahnya sebagai tempat beramal dan jarang sekali orang yang sedang susah berani mengamil keputusan seperti itu. Subhanalloh
Saya tahu ada seseorang punya pengalaman yang hampir sama. Dia sedekahkan rumahnya (rumah BTN tipe 70)untuk panti asuhan. Kini dia punya rumah yang nilainya sekitar 10 kali lipat nilai rumah yang dia sedekahkan.
Nah tunggu apalagi? Mari kita sedekah dalam jumlah yang banyak
No comments:
Post a Comment