Pada suatu masa hiduplah seorang alim yang tinggal seorang diri disebuah desa yang asri. Dia pergunakan sebagian besar waktunya untuk berdoa, berpuasa dan mengagungkan asma Allah SWT. Dia manfaatkan hampir seluruh waktunya setelah bangun tidur untuk berdzikir dan sembahyang. Dia sangat gembira dengan kemurnian hati dan pikirannya. Tidak pernah ada pikiran jahat atau hal hal yang haram masuk kedalam hati dan pikirannya.
Pada suatu malam dia bermimpi sesuatu yang membuat hatinya gundah gulana. Dalam mimpinya tersebut dia melihat ada seorang penjaga toko yang tingkatan keimananya jauh diatas dirinya. Dia diminta untuk menemui sang penjaga toko dan belajar keimanan darinya. Penjaga toko tersebut tinggal dikota yang tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Di pagi harinya, orang alim tersebut pergi kekota mencari sang penjaga toko. Ketika ketemu, ternyata sang penjaga toko tersebut sedang sibuk melayani para pembeli. Sang penjaga toko terlihat biasa saja, hanya memang dia melayani para pembeli dengan ramah, sopan dan jujur. Tidak terlihat sesuatu yang istimewa yang bisa menunjukkan bahwa tingkat keimanan sang penjaga toko memang jauh lebih tinggi dari dirinya yang menghabiskan seluruh waktunya untuk beribadah. Orang alim tersebut berpikir bahwa mungkin mimpinya tidaklah benar. Tak berapa lama kemudian, sang penjaga toko terlihat pergi keluar untuk melaksanakan sholat. Sekembalinya dari sholat, sang penjaga toko kembali terlihat sibuk dengan urusan uang lagi.
Akhirnya sang penjaga toko melihat orang alim tersebut yang sedari tadi duduk memperhatikan dirinya dari tempat duduk di pojok toko. Sang penjaga toko kemudian mendekati si orang alim tersebut dan menyapa:" Assalamu alaikum bapak, ada yang bisa saya bantu?"
"Saya tidak akan membeli apapun disini. Saya hanya ingin kamu menjawab pertanyaan saya" kata si orang alim kepada sang penjaga toko. Si orang alim kemudian secara singkat menjelaskan mimpinya.
"Baik bapak. Sebelum menjawab pertanyaan bapak, saya minta bapak melakukan sesuatu. Bila bapak bersedia melakukannya, saya akan menjawab pertanyaan bapak yang terkait dengan mimpi bapak tadi malam. Namun bila bapak tidak bersedia melakukan permintaan saya, saya tidak akan mau menjawab pertanyaan bapak", kata sang penjaga toko.
"Baik. Akan saya lakukan apapun permintaan anda. Asalkan anda mau menjelaskan arti dari mimpi saya tersebut" kata si alim dengan sigapnya
"Ini ada cawan datar yang berisi air raksa. Bawa cawan ini sampai keujung jalan dan balik lagi kesini. Bapak harus kembali lagi kesini dalam waktu kurang dari 30 menit dan tidak boleh ada air raksa yang tumpah. Bila waktunya lebih dari 30 menit atau ada air raksa yang tumpah, saya tidak akan mau menjawab pertanyaan bapak" kata sang penjaga toko. "Nah sekarang bapak pergi dan kembali kesini dalam waktu kurang dari 30 menit" kata sang penjaga toko melanjutkan.
Si orang alim kemudian mulai berlari dengan sigap, namun hampir saja air raksa tumpah dari cawan. Si orang alim kemudian berjalan lebih berhati hati dan penuh konsentrasi. Dia tidak ingin ada air raksa yang tumpah dari cawan yang dipegangnya. Akhirnya, sampailah dia diujung jalan dengan selamat. Dia bernapas lega. Namun kemudian dia ingat bahwa dia masih harus kembali ke toko dengan membawa cawan berisi air raksa tanpa boleh tumpah setetespun. Setelah menguras banyak keringat karena harus konsentrasi, akhirnya si orang alim bisa sampai ke toko tersebut.
"Nih ini cawan beserta isinya. Sekarang anda harus bisa menjelaskan apa arti dari mimpi saya tersebut. Mengapa saya harus belajar keimanan dari anda" kata si orang alim.
Sang penjaga toko sambil menatap wajah si orang alim kemudian bertanya: "Selama membawa cawan berisi air raksa ini dari sini ke ujung jalan kemudian balik lagi, berapa kali bapak mengingat Allah?"
"Mengingat Allah? Saya tidak ingat Allah sama sekali. Bagaimana saya bisa mengingat Allah, saya kan harus konsentrasi agar air raksa ini tidak tumpah dari cawannya" : jawab si orang alim.
"Saya selalu mengingat Allah sepanjang waktu": kata sang penjaga toko. "Ketika saya menjalankan toko saya, keadaannya sama saja dengan ketika bapak membawa air raksa didalam cawan yang datar. Namun saya tetap mengingat Allah. Saya perlakukan pembeli dengan jujur, ramah, adil sesuai ajaran agama": Sang penjaga toko melanjutkan.
" Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas." (Al Quran Surat An Nur 24: 37-38)
Sumber: http://www.islamcan.com/islamic-stories/the-pious-man-and-the-shopkeeper.shtml
No comments:
Post a Comment