Matrika Devkota |
Kebanyakan orang tahu bahaya merokok, namun masih saja banyak orang yang kecanduan rokok. Begitu juga dengan sedekah. Kebanyakan orang juga sudah tahu manfaat dan pernah mendengar anjuran untuk sedekah, namun sebagian besar orang masih bersedekah dalam jumlah yang relatif kecil.
Bagaimana caranya agar kita juga tergerak untuk mulai atau lebih banyak memberikan sedekah ?
Ada beberapa langkah praktis yang bisa kita lakukan, misalnya:
Amati dermawan atau ahli sedekah yang mempunyai latar belakang ekonomi yang setingkat dengan kita. Kita bisa belajar dari mereka tentang cara mereka mengelola uang sehingga tersedia dana untuk sedekah. Bila perlu, kita bisa belajar kepada ahli sedekah yang lebih miskin dari kita. Kita bisa juga belajar kepada ahli sedekah yang secara keuangan lebih mampu dari kita, utamanya bila ahli sedekah tersebut sudah memulai pemberian sedekah rutinnya sejak lama. Mungkin saja, ahli sedekah tersebut mulai memberi sedekah secara rutin sejak kemampuan keuangannya setingkat dengan keuangan kita sekarang. Siapa tahu cara mereka bisa anda terapkan atau tiru.
Dana untuk sedekah bisa disisihkan dengan menyisihkan sebagian gaji (misalnya mulai dengan 2,5% gaji) untuk sedekah. Sebaiknya, pemotongan dana gaji untuk sedekah dilakukan diawal bulan (segera setelah kita terima gaji). Istri saya langsung memotong dana untuk sedekah setiap kali terima uang dari saya (uang gaji, sisa perjalanan dinas, honor mengajar, dll). Dana tersebut dikumpulkannya dalam sebuah amplop/ dompet khusus untuk sedekah. Semua keperluan sedekah (untuk: pengemis, saudara yang membutuhkan, dll) kita ambilkan dari amplop/ dompet tersebut.
Dana sedekah bisa juga dikumpulkan dari setiap uang ribuan (uang receh) yang kita punya. Setiap kita ketemu uang ribuan, kita singkirkan dan kita masukkan kedalam amplop/dompet khusus sedekah. Kita siapkan sebagian dana sedekah tersebut di dompet kita sehingga kita bisa memberikan sedekah setiap kita ketemu seseorang yang memerlukan bantuan.
Saya pernah baca artikel orang yang hidup hemat dan menyumbangkan semua (sebagian) sisa gaji di akhir bulan. Cara ini bagus untuk orang yang bisa hidup hemat, namun kurang cocok untuk orang yang agak boros hidupnya. Bagi para pemboros, sering tidak ada lagi uang tersisa di akhir bulan.
Dana sedekah juga bisa dikumpulkan dengan menjual barang barang yang masih bagus, namun sudah tidak atau kurang diperlukan. Banyak ibu ibu yang mempunyai sepatu lebih dari 10 buah, sepertinya, sebagian bisa disedekahkan karena sudah jarang dipakai. Kita bisa jual koran atau majalah, sepatu, perabotan rumah tangga hingga baju bekas dan hasilnya kita sedekahkan.
Sedekah juga bisa kita berikan dalam bentuk makanan. Misalnya, kita sedekahkan sebagian nasi dan lauk pauk yang kita masak untuk kita kirimkan kepada keluarga yang tidak mampu yang tinggal disekitar kita. Bisa juga kita sedekahkan sebagian hasil kebun atau kolam ikan yang kita punya.
Sedekah juga bisa dalam bentuk waktu dan tenaga. Kita bisa menyedekahkan sebagian keahlian kita (sebagai dokter, guru, tukang ojek, dll) kepada keluarga miskin yang membutuhkan. Kita juga bisa mengunjungi bangsal rumah sakit dan menengok pasien kurang mampu yang dirawat. Hal yang hampir sama bisa kita lakukan di panti jompo, panti asuhan, dll.
Di Nepal saya punya kenalan bernama Matrika Devkota. Dia pernah dirawat karena gangguan jiwa. Sekarang dia mendirikan sebuah organisasi sosial bernama Koshish yang bertujuan melakukan advokasi dan bimbingan bagi penderita gangguan jiwa. Dia mencurahkan waktu dan tenaganya sebagai sedekah kepada para penderita gangguan jiwa.
Banyak jalan menuju Roma. Banyak cara untuk bersedekah.
No comments:
Post a Comment