Saya kira kita biasa dan bisa menerima adanya barang barang bermerk yang palsu. Saya kira semua orang pernah ketemu atau memakai barang bajakan: software, baju, tas wanita, CD, dll. Secara pribadi, sebagai konsumer, kita jarang mengeluh. Lebih jarang lagi kita sampai melaporkannya kepada polisi. Bahkan sebagian konsumen sengaja memilih barang bajakan, karena harganya yang lebih murah.
Namun, bagaimana dengan obat? Apakah kita mau menerima dan meminum obat palsu yang tidak ketahuan apa isinya? Bila isinya benar benar obat, bagaimana bila kadarnya lebih rendah dari yang semestinya?
Saya kira, kita semua setuju bahwa untuk obat kita ingin benar benar meminum obat asli, yang terjamin khasiatnya. Kita tidak ingin minum obat yang isinya hanya tepung, tanpa zat obat yang aktif. Padahal pemalsuan obat sangat marak di banyak negara berkembang. Diperkirakan nilai bisnis obat palsu di dunia mencapai 200 milyar dollar per hari.
Di Afrika, sebuah LSM bernama mPedigree, bekerja sama dengan asosiasi perusahaan obat dan perusahaan telephone seluler membuat sebuah sistem dimana seseorang dapat mengecek asli tidaknya sebuah obat. Cukup dengan mengetik sederet kode yang tertera di kemasan obat dan mengirimkannya lewat sms ke sebuah nomer tertentu, dalam hitungan menit mereka akan mendapat jawaban tentang keaslian obat yang mereka beli.
Sebuah cara mudah dan efektif. Apalagi saat sekarang, dimana HP tersebar sampai ke desa desa. Dengan cara tersebut, kita sebagai konsumen akan dengan mudah mendapat kepastian tentang keaslian obat yang kita minum.
Saya tidak tahu apakah sistem ini sudah diterapkan juga di Indonesia. Saya kira, asosiasi pabrik obat akan dengan senang hati bekerjasama. Dengan dukungan dana dari mereka, penyedia jasa layanan telepon sesluler juga tidak akan sulit untuk diajak bekerja sama. Tinggal tunggu seorang yang mau bergerak, dan itu mungkin anda.
No comments:
Post a Comment