Saya kira hampir semua perokok tahu bahaya merokok. Namun mereka masih saja terus merokok. Mengapa?
Menurut Chip dan Dan Heath dalam bukunya Switch karena diotak manusia ada otak rasional dan otak emosional. Otak rasional bilang bahwa rokok itu merusak kesehatan. Dilain pihak otak emosional masih ingin menikmati asap rokok. Tergantung mana yang lebih kuat, otak rasional atau otak emosional.
Pada sebagian besar orang, otak rasional lebih kuat dibandingkan otak emosional. Sayangnya, otak rasional kalah stamina dibandingkan otak emosional. Otak rasional, dalam jangka panjang sering kalah oleh otak emosional. Dalam kasus rokok misalnya, banyak perokok yang sudah pernah mencoba berhenti merokok. Mereka tahan tidak merokok dalam beberapa jam atau hari. Setelah itu, otak emosionalnya menang dibandingkan otak rasionalnya. Mereka kembali merokok.
Merokok terkait erat dengan otak emosional. Oleh karena itu, semua iklan rokok tidak pernah berusaha menggarap wilayah rasional. Iklan rokok selalu menggarap wilayah otak emosional. Iklan rokok biasanya mengasosiasikan merokok dengan kehidupan modern, gaya hidup jantan, merokok dapat mendorong munculnya ide segar dan keberanian, dan lain lain.
Kalau begitu, apa yang harus dilakukan agar orang lebih mudah berubah? Rubah lingkungannya!.
Dalam lingkungan yang berbeda, orang akan berperilaku berbeda. Dalam sebuah penelitian, kepada para penonton bisokop diberikan popocorn dalam jumlah yang berbeda secara gratis. Ternyata, penonton yang mendapat popocorn dalam jumlah besar cenderung lebih banyak memakan popocorn dibandingkan penonton yang mendapat popocorn dalam jumlah sedikit.
Dalam kasus merokok, maka strategi yang dipakai oleh WHO adalah dengan mengubah lingkungan para perokok. Misalnya: melarang merokok di tempat umum, menaikkan cukai rokok sehingga rokok jadi lebih mahal, melarang iklan/sponsor rokok, menyediakan klinik berhenti merokok, kampanye anti rokok dengan menggarap otak rasionalnya, dll.
Kalau begitu, strategi apa yang perlu diterapkan untuk mendorong orang Indonesia gemar sedekah?
No comments:
Post a Comment