Dari penelusuran tentang masalah growol di Purworejo ternyata memang Desa dadirejo, Bagelen adalah produsen growol. Berikut ini berita dengan judul Growol Tak Lagi Makanan 'Kelas Dua' , Sabtu, 10 Juli 2010 06:45:00
Pembuat growol dari Dadirejo |
PURWOREJO(KRjogja.com) - Mendengar kata growol yang terlintas adalah jenis makanan yang hanya dikonsumsi orang-orang dipelosok pedesaan. Dugaan anda tidak sepenuhnya benar, karena makanan mirip nasi dari bahan umbi ketela pohon ini ternyata selain dikonsumsi masyarakat menengah kebawah, pangan tersebut juga dimakan oleh kalangan atas.?
Menurut pembuatnya di Desa Dadirejo Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo, growol dimakan sebagian warga kalangan atas yang tengah menjalani diet. Juga dikonsumsi oleh mereka yang menderita sakit diabetes melitus atau penyakit gula. "Banyak juga warga yang datang ke Desa Dadirejo untuk membeli growol, mereka biasanya kalangan mampu yang sedang diet atau kena penyakit gula," tutur Aminatun (39), perajin di Dadirejo kepada KRjogja.com, Jumat (18/6).?
Bahkan, sejumlah akademisi memiliki keinginan untuk meneliti kandungan gizi dalam growol buatan warga Desa Dadirejo. Berdasar informasi yang ia peroleh, beberapa pakar dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mempunyai keinginan untuk meneliti kandungan growol.?
Selain dikonsumsi masyarakat atas untuk menjaga kesehatan, growol banyak dimakan oleh petani. Terutama saat musim panen tiba, growol dimakan petani sebagai pengganti nasi saat mereka memanen padi di sawah. Hal itu lantaran growol masi bisa disimpan selama tiga atau empat hari. "Berbeda dengan nasi, pagi dimasak, kadang sore sudah basi. Growol bisa tahan hingga empat hari," paparnya.?
Aminatun dan perajin lainnya menjual growol kepada pedagang di Kabupaten Kulonprogo dan Bantul. "Pedagang itu yang kemudian mengedarkannya ke berbagai pasar di wilayah mereka," ujarnya.?
Dalam sehari Aminatun mampu membuat 24 keranjang growol. Setiap keranjang memiliki berat sekitar tiga kilogram. Ia menjual growol buatannya kepada pedagang Rp 5.000 - 5.500 setiap keranjang. Setiap hari, pedagang growol selalu datang membeli produk buatan perajin di Dadirejo.?
Pembuatan growol diawali dengan mengupas ketela pohon. Setelah itu, ketela direndam selama tiga hari tiga malam berturut-turut. Ketela kemudian dicuci dan digiling. Setelah halus gilingan umbi ketela pohon dikukus dan dikemas dalam keranjang bambu.?
Perajin lain, Sri Wartini (50) menambahkan, sekitar 60 warga Desa Dadirejo menjadi perajin growol. Kebanyakan perajin merupakan perempuan. Menurutnya, meski membuat growol, perajin jarang mengonsumsi panganan tersebut. Makanan pokok warga Desa Dadirejo tetap nasi. Mereka membuat growol dari ketela pohon bukan berarti tengah kekurangan bahan makanan.?
Warga memakan growol hanya jika mereka menginginkannya. "Mungkin karena sudah bosan, kami tidak memakan growol, kecuali sedang ingin mencicip makanan tersebut. Seluruh perajin menjual growol yang mereka hasilkan kepada pedagang untuk dijual di pasar," bebernya.?
Perajin lain, Sudir (49) mengutarakan, kesulitan perajin adalah tidak stabilnya pasokan bahan baku ketela. Beberapa bulan terakhir, pasokan ketela pohon dari petani kepada perajin tidak lancar. Saat pasokan lancar, pasokan ketela pohon datang setiap tiga kali seminggu. Namun, saat sepi, tidak ada pasokan yang datang dalam seminggu.?
Setiap perajin dengan kapasitas produksi rata-rata sekitar 30 keranjang membutuhkan sekitar 100 kilogram ketela pohon. "Saat tidak ada pasokan, ada perajin yang mencari di sekitar Purworejo. Namun, ada sebagian yang istirahat membuat growol untuk sementara waktu," ucapnya.
Sedangkan menurut pengamatan adik saya yang menemui Pak Daromi dari Plethuk, Dadirejo, kecamatan Bagelen terlihat bahwa keadaan perekonmian mereka tidak terlalu parah. Masih cukup banyak penduduk Purworejo yang lebih miskin dari mereka. Hanya mungkin karena akhir akhir ini harga beras melonjak, mereka kemudian memakan growol produksinya sendiri sebagai pengganti beras.
Ketika saya kotak adik saya yang lain, dia malah menginformasikan bahwa banyak pengungsi korban lahar dingin Merapi yang kesulitan untuk makan. Mereka banyak yang kehilangan seluruh hartanya. Mungkin mereka itulah yang lebih memerlukan bantuan.
Hanya Tuhan yang tahu mana yang lebih benar.
No comments:
Post a Comment