Kemungkinan seseorang terkena gangguan jiwa berat kira kira sebesar 1%. Bila ada keluarga dekatnya yang menderita gangguan jiwa, maka kemungkinannya menjadi lebih besar. Lihat grafik di tulisan saya sebelumnya.
Ternyata menurut para ahli, agar anak kita secara kejiwaan tahan banting, langkah langkahnya sudah perlu mulai dilakukan sebelum kita punya anak. Bahkan, sebelum kita menikah. Langkah langkah agar anak kita punya jiwa yang tahan banting adalah sebagai berikut:
1. Menikahlah dengan seseorang yang tidak akan banyak menimbulkan stress, bisa saling menyayangi dan membentuk keluarga yang sehat jiwanya.
Menurut Dr D Reiss, ciri ciri keluarga sehat jiwanya adalah sebagai berikut:
- Keluarga yang sehat berbicara dengan jelas. Mereka tidak kaku dalam diskusi mereka, atau mereka tidak membingungungkan dan tidak kacau, mudah dimengerti.
- Mereka cenderung lebih sering setuju dari pada tidak setuju dan dapat menyatakan pendapat mereka sendiri tanpa menyinggung orang lain.
- Mereka bersikap ramah, dan bila tidak setuju bersikap tanpa menyakiti anggota keluarga lain.
- Mereka dapat mengekspresikan kebahagiaan atau kesedihan satu sama lain.
- Mereka memiliki rasa humor yang baik dan memiliki kemampuan untuk menertawakan diri sendiri.
- Mereka menghormati kebutuhan untuk privasi dan tidak berpikir bahwa mereka dapat mengetahui persis apa yang ada dikepala orang lain.
- Mereka bernegosiasi dan kompromi.
- Dalam keluarga yang sehat dan efektif, gerundelan atau omelan hanya berlangsung sebentar. Argumen berlangsung singkat dan diikuti oleh interaksi yang lebih ramah.
Penelitian di bidang sosial neurscience telah menunjukkan bahwa otak anak-anak sangat sensitif terhadap stres yang berkelanjutan dalam lingkungan sosial mereka (rumah, sekolah, lingkungan dan teman-teman). Karena anak-anak menghabiskan sebagian besar waktu mereka selama awal perkembangan mereka dengan orangtua mereka, diyakini oleh kebanyakan peneliti bahwa lingkungan sosial orang tua di rumah umumnya memiliki damapk sangat besar pada perkembangan anak. Oleh karena itu, salah satu hal yang paling penting yang dapat lakukan orang tua untuk meningkatkan kesehatan mental anak-anak mereka, adalah dengan menyehatkan kesehatan mental mereka sendiri, dan dengan menciptakan lingkungan keluarga yang positif dan kurang menimbulkan stres.
Penelitian juga menunjukkan bahwa jika orang tua menderita stress tingkat menengah hingga tinggi secara berkelanjutan , kecemasan (khawatir yang berlebihan atau takut) atau depresi, maka interaksi dengan anak akan berpengaruh negatif, mengakibatkan stres ditularkan ke anak. Anak anak belajar dari tindakan orang tua mereka, dan juga dari cara komunikasi orang tua mereka - orang tua mengajarkan anak-anak bagaimana berfungsi di dunia, dan juga bagaimana untuk menafsirkan peristiwa dalam hidup mereka. Dampak langsung interaksi stres dengan orangtua, jika orangtua telah negatif, stress atau mempunyai pola pikir yang berorientasi kecemasan, dalam jangka panjang anak lebih mungkin untuk belajar untuk berpikir dengan cara yang sama dan penelitian menunjukkan bahwa ini memiliki dampak pada pengembangan potensi otak karena hormon stres (disebut kortisol dan Glukokortikoid) dikelaurkan secara berkelanjutan. Lebih lanjut, penelitian juga menunjukkan bahwa jika seorang anak memiliki kecenderungan genetik atau biologis terhadap penyakit mental (berkat gen, prenatal gizi, dll) kemudian tekanan psiko-sosial ini dapat meningkatkan risiko terkena skizofrenia atau penyakit mental lainnya.
Oleh karena semua itu sangat penting bagi kesehatan jiwa anak, maka orangtua perlu untuk belajar bagaimana untuk menurunkan tingkat stres mereka, dan untuk meminimalkan setiap kecenderungan menuju depresi atau kecemasan.
Selain itu, jika salah satu orang tua (bapak atau ibu) memiliki salah satu jenis penyakit mental, seperti depresi, kecemasan (khawatir yang berlebihan atau ketakutan), Obsessive-Compulsive Disorder (OCD), Post Traumatic Stress Disorder, dll.) sangat penting bahwa mereka mendapatkan perawatan dan sembuh sebelum hamil dan memiliki anak (hal ini berlaku untuk wanita dan laki-laki). Depresi ibu selama kehamilan sangat berbahaya dan berhubungan dengan sekitar 200% peningkatan risiko bagi anak untuk terkena skizofrenia dan juga banyak penyakit mental dan masalah perkembangan kognitif.
No comments:
Post a Comment