oleh: Edi Sutisna, Club Pecinta Alquran
"KALAU mau bertambah, cobalah Karta berbagi...." Suara Haji Muhidin
itu terngiang terus di telinga Karta, seorang penjual ikan di Pasar
Jembatan Lima, Kota, Jakarta.
Karta mengadu pada Haji Muhidin bahwa penghasilannya tidak pernah
cukup. Dagangan dia bukannya tidak laku. Tapi dia terbentur pada
modalnya yang kecil, sehingga perolehan keuntungan pun sedikit. Itu
sebabnya, Karta mendatangi Haji Muhidin untuk meminta nasihat agar ada
yang memberi tambahan modal.
"Karta, perkara nambah modal mah gampang. Asal Karta bersyukur,
penghasilan pasti ditambah. Bahkan kadang enggak perlu modal tambahan.
Kan, perkara rezeki bertambah, perkara syukur. Kata Allah, kalau kita
bersyukur, maka akan ditambahi dengan segala nikmat."
"Pak Haji, gimana rezeki mau nambah, wong modalnya udah ketaker.
Segitu-gitunya. Dagangan habis ampe pol juga, ya, hanya sekian yang saya
bawa pulang...," kata Karta dengan nada rada putus asa.
"Allah Maha Memberi Rezeki, Karta. Kalau Allah sudah mau menambah
rezeki bagi kita, dari mana saja jalannya, pasti ada. Ini juga perkara
tauhid, Karta. Rezeki Karta tuh bukan dari dagangan ikan, tapi dari
Allah," ujar Haji Muhidin.
Lama Karta berbicara dengan Haji Muhidin tentang peruntungan dagangan
dia, hingga ada satu nasihat Haji Muhidin yang tetap melekat di otak,
"Kalau mau bertambah, cobalah berbagi...".
Sejujurnya, Karta tidak terlalu paham. Tidak berbagi saja sudah
kurang, apalagi harus berbagi? "Apa tidak makin kurang...?" Sungguhpun
Haji Muhidin meyakinkan dengan firman Allah bahwa siapa yang berbuat
satu kebaikan, Allah akan mengganti 10 kali lipat lebih banyak, Karta
masih belum tergugah.
Pagi itu, anaknya bercerita pada Karta, sebelum dia berjualan ke
pasar. "Pak, ada temen saya yang enggak bisa bayaran sekolah. Bapaknya
udah enggak ada. Katanya, dia mau berhenti."
Di saat itulah Karta teringat nasihat Haji Muhidin yang lain, yang
mengatakan, "Kalau mau ditolong Allah, tolonglah hamba-Nya yang sedang
kesusahan."
Seketika itu pula Karta seperti diingatkan, lalu bilang pada anaknya,
"Bilangin sama kawan kamu itu, Bapak aja yang jadi bapaknya." Anaknya
girang. "Oke, Pak. Saya akan bilangin dia. Dia pasti senang, tuh!"
Sambil memberi uang saku pada anaknya, Karta juga memberi tambahan Rp
5.000 pada si anak. "Buat saya nih, Pak? Tambahan?" "Bukan. Itu buat
kawan kamu. Kan kamu udah, sepuluh ribu." "Oh, kirain buat saya," ujar
anaknya sembari tertawa kecil. "Baik Pak, akan saya berikan pada dia."
Karta beristigfar. Bersyukur, itulah yang dia lakukan. Anaknya masih
punya diri dia sebagai bapak. Dan ia masih memiliki anak sebagai
anaknya. Hari ini ia bisa membahagiakan orang. Inilah yang ia syukuri.
Benar juga Haji Muhidin, jika mau bertambah rezeki, harus bisa bersyukur
dulu. "Berbagi dan bersedekah adalah salah satu wujud dari bersyukur,"
kata Haji Muhidin, waktu itu.
Karta tersenyum. Lalu ia berharap, "Mudah-mudahan ada yang memodali
saya. Buat memperbesar dagangan." Menjelang lohor, dagangan Karta sudah
habis. Selama ini ia berdagang memang hanya sampai siang, dan setelah
itu pulang.
Nah, hari itu, menjelang pulang, ada kawan Karta yang menghampiri.
"Karta, saya pinjam motormu dulu, ya...." Karta meminjamkan motornya,
sambil berpesan, "Jangan lama-lama, ya. Saya udah mau pulang."
Sekitar 15 menit, kawan itu kembali dan memulangkan motor Karta.
"Karta, makasih, ya. Ini kuncinya, ini STNK-nya, dan ini buat ganti
bensin," ujar si teman. Karta tertegun. Dia diberi uang Rp 100.000, yang
katanya buat ganti bensin. "Allah Mahabenar Janji-Nya".
Karta ingat, tadi pagi ia berniat menanggung biaya pendidikan kawan
anaknya, dan memberi uang saku pada dia Rp 5.000. Siang ini Allah
membalas dengan Rp 100.000. Bagi Karta, rezeki ini bukan dari si
peminjam motor, melainkan dari Allah.
Akhirnya Karta memahami bahwa cara Allah memberi tambahan rezeki dari banyak jalan. Dan,
ternyata
pula, rezeki itu tidak harus dicari-cari dengan menambahi modal dulu.
Cukup dengan diawali bersyukur, berbagi, bersedekah, maka rezeki bisa
bertambah.
Kejadian siang itu memberi pelajaran baru pada Karta. Memang, otak
terkadang dipenjarakan dengan hitung-hitungan kita sendiri bahwa kalau
mau untung harus begini harus begitu. Termasuk dengan menambah jumlah
modal. Banyak manusia yang lupa atau tidak tahu --termasuk Karta- untuk
menemukan jalan bersyukur lebih dahulu, supaya Allah, Yang Maha Memberi
Nikmat, menambah perbendaharaan rezeki buat kita.
Sumber dikutip dari : http://club-pecinta-alquran.com/index.php?option=com_content&view=article&id=77&Itemid=82