Saya terkesan dengan kisah hidup Iie Rachma di http://yusufmansyur.blogspot.com/2010/08/judul-100-juta-menjadi-1-milyar.html. Saya kutipkan disini supaya kita semua dapat mengambil hikmahnya.
Saya dan suami menikah 08 Februari 2004. Kami sama-sama bekerja di perusahaan yang berbeda sehingga masing-masing memiliki penghasilan sendiri.
Pada awal pernikahan kami masih tinggal di rumah kontrakan. Kami sudah beberapa kali survei mencari rumah untuk dibeli secara kredit, tapi beberapa kali pula tidak cocok. Cocok harga tapi tidak cocok lokasi atau bangunan, cocok lokasi dan bangunan tapi tidak cocok harga atau saya sudah cocok tapi suami tidak mau dan begitu pula sebaliknya. Pernah pula mencoba membangun sendiri kecil-kecilan di tanah kami, tapi lalu ribut soal denah. Capek deh... Jadilah rumah itu gak jadi-jadi, hehe... Selain dipusingkan soal rumah, kami juga dibuat pusing dengan belum hadirnya si buah hati. Sampai pernikahan 1,5 tahun belum juga ada tanda-tanda kehamilan saya.
Sekitar Agustus 2005 suami saya merenovasi rumah orangtuanya dari pondasi sampai atap menjadi rumah permanen yang layak huni. Beberapa bulan kemudian saya juga mengirimkan sejumlah uang kepada orang tua untuk merenovasi rumah orang tua saya. Total biaya renovasi kedua rumah sekitar 100 jutaan, padahal waktu itu kami masih jadi kontraktor rumah alias tinggal di rumah kontrakan, hehe...
Keikhlasan saya beberapa kali "tergoda" bila melihat teman-teman seangkatan yang sudah memiliki rumah sendiri walaupun kredit. Apalagi bila ada yang nanya "tinggal dimana?" "Masih ngontrak?" Duuuhhh,... Seandainya uang itu tidak untuk renovasi... Astaghfirullah... Kenapa saya jadi kurang ikhlas gini?
Hanya berselang beberapa minggu setelah rumah mertua selesai direnovasi dan uang saya transfer ke orang tua, subhanallah... saya hamil... Tak terkira bahagianya saya dan suami setelah 20 bulan penantian... Saya cipika cipiki suami masing-masing 10x saking senangnya, hehe...
Anak kami akhirnya lahir 11 September 2006, perempuan...cantik kayak ibunya, hehe.. Waktu itu kami masih juga kontraktor rumah.
Pada awal tahun 2007 ada iklan penjualan rumah. Lalu kami melihat rumah itu. Kali ini saya dan suami sama-sama cocok dengan lokasi, bangunan, dan denahnya..Rumah itu tampak masih baru dibangun. Lalu kami ketemu pemilik rumah. Dari pembicaraan pemilik rumah dan tetangga sekitarnya, rumah itu baru dihuni 1,5 tahun setelah dibangun. Pemiliknya terpaksa menjual karena kepepet uang. Setelah nego akhirnya disepakati harga 190 juta melalui KPR. Jadilah kami menempati rumah sendiri walaupun kredit sebagian tanpa menjual tanah kami.
Beberapa teman yang berkunjung ke rumah kami sempat menanyakan harga rumah itu. Saya mulanya enggan menjawab pasti dan saya katakan kalau dibeli murah karena orangnya kepepet kebutuhan uang. Lalu teman-teman saya menebak-nebak, dilihat dari luas bangunan, kualitas bangunan dan luas tanah harganya 300juta! Dan itu bukan satu dua orang saja yang mengatakannya.. Subhanallah... uang kami yang 100juta dulu sudah kembali...
Pada tahun 2007 juga kami alhamdulillah bisa memiliki mobil baru... Alhamdulillah...
Kemudahan-kemudahan yang diberikan Allah terus saja kami rasakan. Pada awal tahun 2009, kami mendapat fasilitas rumah bersubsidi dari perusahaan tempat suami bekerja. Tanpa DP dan cicilannya sangat ringan jika dibandingkan dengan kredit sendiri melalui bank. Nilai jual rumah itu bisa mencapai 250 juta! Rumah itu kami sewakan sekaligus 2 tahun dengan nilai sewa yang cukup untuk mencicil selama 2 tahun!!!
Setelah memiliki 2 buah rumah dan mobil, pada akhir tahun 2009 dan awal tahun 2010 kami membeli beberapa hektar kebun kelapa sawit. Bila dihitung-hitung, total aset mencapai sekitar 1 milyar...
Alhamdulillah... Terima kasih ya Allah... Walaupun sebagian aset kami beli dengan kredit, tapi selalu dimudahkan untuk membayar cicilannya... Tidak hanya itu, kini kami sudah memiliki 3 buah hati putra putri yang kami dambakan.
Kesimpulannya.... SEDEKAHLAH, MAKA REJEKIMU AKAN BERTAMBAH... Wallahu A'lam
No comments:
Post a Comment