Alhamdulillah, karena pekerjaan, saya bisa mengenal Nepal. Nepal merupakan salah satu negara miskin. Istimewanya, Nepal termasuk disenangi oleh negara negara maju. Banyak bantuan asing masuk ke Nepal. Sebagai ilustrasi, sekitar 50% anggaran pemerintah Nepal di bidang kesehatan berasal dari bantuan asing. Bandingkan dengan Indonesia yang jumlah bantuan asingnya kurang dari 5% dari total anggaran Depkes. Begitu pula, Nepal termasuk disenangi oleh lembaga swadaya masyarakat. Banyak bantuan atau donasi swasta masuk ke Nepal. Salah satu diantaranya ke RS Dulikhel. Sesuai namanya, RS Dulikhel terletak di kota Dulikhel, ibukota Kabupaten Kavre, sekitar 30 km dari Kathmandu, ibu kota Nepal. RS Dulikhel adalah RS independen, organisasi non pemerintah dan bersifat nir laba.
RS Dulikhel dibangun mulai tahun 1994 oleh Dewan Pengelola yang terdiri dari Dulikhel Health Service Association, Pemerintah Daerah (municipality) Dulikhel dan NepaliMed Vorarlberg, Austria. Pada tahun 1996, RS Dulikhel mulai melayani pasien rawat inap. Saat ini, RS Dulikhel telah menjadi RS Pendidikan, berafiliasi dengan Fakultas Kedokteran Universitas Kathmandu. Perkembangan yang pesat tersebut tidak mungkin terlaksana tanpa dukungan dari besarnya donasi swasta melalui Nepali Med, sebuah organisasi nirlaba yang menggalang dana untuk pembangunan RS Dulikhel. Saat ini ada 4 Nepali Med, yaitu di Swiss, Jerman, Belanda, dan Luxemburg. Pembangunan RS Dulikhel juga didukung oleh Namaste Stifftung (http://www.namastestifftung.de/).
Setidaknya ada ratusan international NGO yang bergerak di Nepal, sebagian bergabung dalam organisasi payung Association of International NGOs of Nepal (AIN). Room To Read termasuk salah satu diantaranya. Beberapa diantaranya yang bergerak di bidang kesehatan adalah Save the Children, Helen Keller International, Marie Stopes, dan lain lain. Banyak international NGO yang bergerak di bidang kesehatan yang tidak menjadi anggota AIN. Salah satunya adalah Nick Simon Institute (NSI), sebuah organisasi swadaya masyarakat yang memberikan pelatihan kepada para profesional di bidang kesehatan dan memotivasi mereka untuk bekerja di daerah pedesaan Nepal. Nick Simon Institute didirikan oleh dermawan Jim dan Marilyn Simon untuk mengenang putranya Nick Simon yang ingin menjadi dokter dan bekerja di Nepal. Sayangnya, sebelum cita cita anaknya tersebut terlaksana, Nick Simon meninggal ketika liburan di Bali. Kedua orang tuanya kemudian datang ke Nepal dan membangun sebuah bangsal kebidan di RS Patan, Kathmandu. Pada tahun 2006, mereka kemudian menantang profesional di Nepal untuk mendirikan organisasi swadaya dengan misi meningkatkan ketrampilan dan dedikasi tenaga kesehatan. lahirlah kemudian apa yang kini dikenal sebagai Nick Simon Institute. Seluruh pembiayaan NSI didanai oleh Nick Simon Foundation di Amerika Serikat.
Jumlah donasi asing di Indonesia, menurut pengamatan saya, jauh dibawah apa yang diterima Nepal. Meskipun demikian, hal tersebut bukannya halangan, malahan sebuah kesempatan emas bagi kita untuk menyumbang pada kesejahteraan masyarakat Indonesia. Menurut pengamatan saya, bila kita mau melangkah duluan, setelah perjalanan kita cukup jauh dan pengorbanan kita sudah memadai, uluran tangan akan datang dari arah yang tidak terduga. Banyak pengalaman menunjukkan hal tersebut.
No comments:
Post a Comment