Ada kaitan yang erat antara tingginya angka kejahatan, kerusuhan sosial, dan juga derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah dengan tingkat kesenjangan sosial di wilayah tersebut. Semakin rendah kesenjangan sosial, semakin rendah angka kriminalitas. Begitu pula dengan tingkat kerusuhan sosial. Dilain pihak, semakin rendah kesenjangan sosial semakin tinggi derajat kesehatan masyarakatnya.
Kerusuha yang terjadi di Tarakan belum lama ini, salah satu akar masalahnya adalah adanya kesenjangan sosial. Pemalakan terhadap warga perumahan di sekitar BSD dan Pamulang yang mengangkut barang (furniture, bahan bangunan) juga terjadi karena tingginya kesenjangan sosial antara pendatang dengan penduduk lokal. Kita bisa mencari kambing hitamnya pada pembangunan ekonmi yang tidak memihak pada orang miskin, budaya masyarakat lokal, pendidikan rendah, dan lain lain. Semua itu memang berkontribusi terhadap timbulnya kesenjangan sosial. Namun, kita sering lupa bahwa kurangnya kepedulian dari pendatang terhadap pendudk lokal juga ikut berkontribusi terhadap terjadinya kriminalitas maupun kerusuhan sosial tersebut. Pada tingkat lokal, saya kira, kurang kepedulian tersebut malah merupakan faktor paling dominan bagi timbulnya pemalakan ataupun kerusushan.
Coba perhatikan. Di komplek perumahan dimana masyarakatnya membantu masyarakat sekitar, pemalakan dan gesekan sosial antara mereka jarang terjadi. Penduduk perumahan elite Vila Cinere Mas memberi bantuan (bea siswa) dan santunan bagi guru 7 sekolah dasar di sekitar komplek perumahannya. Panti Asuhan di komplek perumahan Reni Jaya , Pamulang menyantuni anak anak kurang mampu dari perkampungan sekitarnya.
Pada tingkat indidvidu atau keluarga, banyak hal hal kecil yang bisa dilakukan untuk membantu individu atau keluarga kurang mampu yang ada di sekitarnya. Mulai dari membantu biaya sekolah (meskipun sekolah gartis, ada saja biaya tambahan yang diperlukan baik oleh sang anak maupun sekolah), menyediakan koran/bacaan bermanfaat di pangkalan tukang ojek (agar mereka dapat memanfaatkan waktu luangnya secara lebih positif), membuka rumah baca, mengajari mereka bahasa Inggris atau komputer, mengundang mereka ketika anak kita ulang tahun, hingga ke hal hal yang lebih institusional dan berkelanjutan. Warren Buffett dan Bill Gates telah berhasil mengajak 40 orang terkaya Amerika untuk menyumbangkan minimal 50% kekayaan mereka untuk kegiatan sosial.
Sebenarnya setiap kebaikan yang kita tanam, kita akan mendapatkan balasan kebaikan juga. Biasanya dari arah yang tidak kita duga sebelumnya. Bahkan kebanyak balasan tersebut berlipat ganda. Seperti kalau kita menanam biji mangga, setelah tumbuh besar, kita bisa memetik mangga berlipat ganda dari biji mangga yang kita tanam.
Sebagai ilustrasi saya kutipkan pengalaman seorang keluarga muda yang mengajari anak yatim belajar komputer yang dimuat di Wisata Hati Online.
"alhamdullilah syukur ku ucapkan pada allah, setelah satu tahun kami menikah, kami belum juga mendapat keturunan, sempat terpikir apakah ada masalah dengan kesuburan kami, dan sudah banyak tetangga yang mencibir bahwa istri saya mandul, setiap istri saya mengalami datang bulan, dia selalu menangis, akhirnya saya mencoba memutuskan untuk bersedekah kepada anak yatim bulan ramadhan, kami mengundang anak yatim untuk buka puasa bersama, alangkah senangnya hati kami melihat anak anak itu makan dengan lahap, dan selama bulan ramadhan kemarin saya mengundang anak yatim dan dhuafa untuk les bahasa inggris dan komputer di rumah saya, dan kami pilih anak yang paling pintar untuk kami beri hadiah sebuah komputer kesayangan kami, dan setelah 1bulan setelah ramadhan alhamdulilah istri saya hamil dan dalam masa kehamilan istri saya ini luar biasa rezeki yang saya terima hampir setiap hari penghailan dari jual & servis komputer saya 200rb-500rb perhari ( LUAR BIASA )"
Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment