Mengantar dan menjemput anak-anak adalah rutinitas Priskilla Smith Jully di pagi hari. Meski tak bisa melihat, dengan sigap ia menuntun anak-anaknya masuk ke mobil. Sejak lahir, wanita berusia 33 tahun ini memang tak bisa melihat. "Dulunya saya memang akan digugurkan oleh orangtua saya, karena mereka belum siap untuk punya anak lagi. Jadinya saya lahir seperti ini," ujar Priska.
Tapi Priska tak menyimpan dendam. Bahkan, kasih sayang mengantarkan ibu dua anak ini membuka pintu hati siapa saja yang membutuhkan uluran tangan. Karena tak lulus sekolah dasar, beragam profesi pernah dijalani Priska untuk menyambung hidup di perantauan. Mulai dari kondektur bus, penyanyi kafe, penjual kue, sampai penyiar radio di Semarang, Jawa Tengah, pada tahun 2005.
Kini, dibantu sang suami yang dinikahinya pada 2006 lalu, Priska membangun shelter bagi siapa saja yang disisihkan oleh keluarga. Panti belajar ini dinamakan School of Life. Kini School of Life menampung 82 orang, termasuk 15 relawan. Salah satunya adalah ferry, seorang tunanetra yang kehilangan penglihatannya akibat tumor.
Untuk menghidupi anak-anak angkatnya, paling sedikit Priska harus menyediakan uang Rp 70 juta per bulan. Karena tak ada donatur tetap, tiap sore Priska dan para relawan turun langsung untuk berjualan apa saja. Mulai dari sembako, minuman, hingga baju bekas.
Priska tak pernah punya kuota bagi orang-orang yang ia rawat. Ia berharap untuk bisa merangkul lebih banyak lagi orang-orang tersisih agar mereka bisa menemukan makna kehidupan yang sebenarnya.(ADO)
dikutip dari: http://berita.liputan6.com/read/360468/kasih-sayang-priska-di-school-of-life
Tapi Priska tak menyimpan dendam. Bahkan, kasih sayang mengantarkan ibu dua anak ini membuka pintu hati siapa saja yang membutuhkan uluran tangan. Karena tak lulus sekolah dasar, beragam profesi pernah dijalani Priska untuk menyambung hidup di perantauan. Mulai dari kondektur bus, penyanyi kafe, penjual kue, sampai penyiar radio di Semarang, Jawa Tengah, pada tahun 2005.
Kini, dibantu sang suami yang dinikahinya pada 2006 lalu, Priska membangun shelter bagi siapa saja yang disisihkan oleh keluarga. Panti belajar ini dinamakan School of Life. Kini School of Life menampung 82 orang, termasuk 15 relawan. Salah satunya adalah ferry, seorang tunanetra yang kehilangan penglihatannya akibat tumor.
Untuk menghidupi anak-anak angkatnya, paling sedikit Priska harus menyediakan uang Rp 70 juta per bulan. Karena tak ada donatur tetap, tiap sore Priska dan para relawan turun langsung untuk berjualan apa saja. Mulai dari sembako, minuman, hingga baju bekas.
Priska tak pernah punya kuota bagi orang-orang yang ia rawat. Ia berharap untuk bisa merangkul lebih banyak lagi orang-orang tersisih agar mereka bisa menemukan makna kehidupan yang sebenarnya.(ADO)
dikutip dari: http://berita.liputan6.com/read/360468/kasih-sayang-priska-di-school-of-life
No comments:
Post a Comment