Saya kira kita semua mengetahui kisah tentang nabi Ibrahim a.s. Di usia yang sudah tidak muda lagi, nabi Ibrahim berdoa agar dikarunia seorang anak yang saleh. Tidak berapa lama, Allah SWT mengabulkan doanya. Nabi Ibrahim dikarunia anak yang soleh bernama Ismail.
Setelah dewasa, Allah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim agar mengorbankan anak satu satunya tersebut. Anak yang didapatnya ketika sudah berusia tidak muda lagi harus dikembalikan kepada Yang Maha Memberi. Nabi Ibrahim dan nabi Ismail taat melaksanakan perintah Tuhannya.
Kita semua tahu akhir kisahnya. Nabi Ismail kemudian diganti dengan domba. Tidak hanya itu, nabi Ibrahim juga dikaruniai lagi anak yang bernama Ishak. Keduanya menjadi nabi. Nama nabi Ibrahim selalu disebut dalam setiap sholat. Nabi Ibrahim mendapat kemuliaan didunia dan diakhirat.
Dalam konteks yang sekarang, mungkin ceritanya begini.
Ketika kita muda, kita berdoa kepada Allah SWT agar dikaruniai rumah, perusahaan, mobil, motor, dan lain lain. Setelah anak anak kita dewasa dan mulai bekerja, bukankah ini saatnya kita mengembalikan semua, kecuali sedikit, kepada Allah Yang Maha Kaya. Kita wakafkan rumah, mobil atau perusahaan tersebut untuk membiayai anak yatim atau kegiatan amal sholeh lainnya.
Ketika memberikan wakaf tersebut, selain memohon surga, kita juga 'menitipkan" anak keturunan kita kepada Allah Yang Maha Kaya, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Bukankah Allah sebaik-baik penjaga anak keturunan kita? Tidak ada jaminan bahwa kalau kita memberikan harta warisan yang banyak, anak kita akan bisa menjaga dan mengembangkannya. Banyak anak yang jatuh miskin setelah bapaknya meninggal karena tidak bisa mengelola harta.
Di Solo, ada seorang bapak yang mewakafkan tanahnya untuk masjid. Beliau ingin agar bisa meninggal di masjid tersebut. Subhanallah, beliau meninggal ketika sedang sujud di masjid di tanah wakafnya.Insya Allah sang bapak tersebut khusnul khotimah.
Mari kita berdoa agar kita semua bisa meniru jejak bapak di Solo tersebut. Insya Allah
Setelah dewasa, Allah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim agar mengorbankan anak satu satunya tersebut. Anak yang didapatnya ketika sudah berusia tidak muda lagi harus dikembalikan kepada Yang Maha Memberi. Nabi Ibrahim dan nabi Ismail taat melaksanakan perintah Tuhannya.
Kita semua tahu akhir kisahnya. Nabi Ismail kemudian diganti dengan domba. Tidak hanya itu, nabi Ibrahim juga dikaruniai lagi anak yang bernama Ishak. Keduanya menjadi nabi. Nama nabi Ibrahim selalu disebut dalam setiap sholat. Nabi Ibrahim mendapat kemuliaan didunia dan diakhirat.
Dalam konteks yang sekarang, mungkin ceritanya begini.
Ketika kita muda, kita berdoa kepada Allah SWT agar dikaruniai rumah, perusahaan, mobil, motor, dan lain lain. Setelah anak anak kita dewasa dan mulai bekerja, bukankah ini saatnya kita mengembalikan semua, kecuali sedikit, kepada Allah Yang Maha Kaya. Kita wakafkan rumah, mobil atau perusahaan tersebut untuk membiayai anak yatim atau kegiatan amal sholeh lainnya.
Ketika memberikan wakaf tersebut, selain memohon surga, kita juga 'menitipkan" anak keturunan kita kepada Allah Yang Maha Kaya, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Bukankah Allah sebaik-baik penjaga anak keturunan kita? Tidak ada jaminan bahwa kalau kita memberikan harta warisan yang banyak, anak kita akan bisa menjaga dan mengembangkannya. Banyak anak yang jatuh miskin setelah bapaknya meninggal karena tidak bisa mengelola harta.
Di Solo, ada seorang bapak yang mewakafkan tanahnya untuk masjid. Beliau ingin agar bisa meninggal di masjid tersebut. Subhanallah, beliau meninggal ketika sedang sujud di masjid di tanah wakafnya.Insya Allah sang bapak tersebut khusnul khotimah.
Mari kita berdoa agar kita semua bisa meniru jejak bapak di Solo tersebut. Insya Allah
No comments:
Post a Comment