Dr Sunitha Krishnan |
Dr Sunitha Krishnan lahir di tahun 1969 adalah seorang aktivis sosial, pendiri dan pengelola Prajwala , sebuah LSM yang bergerak dalam bidang perdagangan perempuan dan penyediaan tempat tinggal bagi anak perempuan. LSM Prajwala membiayai sekolah 5000 anak dengan HIV positif di kota Hyderabad. Strategi utama LSM Prajwala adalah menjauhkan anak anak dari para pekerja seks komersial dengan memberikan pendidikan dan ketrampilan kerja agar terbuka lapangan kerja bagi mereka.
Salah satu korban perdagangan perempuan adalah Bhavani dari desa Pileru, Kabupaten Chitoor di negara bagian Andhra Pradesh, India. Bhavani adalah salah anak satu dari 9 bersaudara (6 perempuan dan 3 laki laki). Orang tuanya adalah seorang buruh tani. Di usianya yang masih 12 tahun, Bhavani tidak bersekolah. Dia membantu orang tuanya bekerja sebagai buruh tani. Karena itu, dia tidak menolak ketika Amar, seorang laki laki yang bekerja di New Delhi, bersedia mengawininya dan memberi banyak uang ke orang tuanya. Setelah menikah, Bhavani dan suaminya, ditemani oleh sepupunya pergi ke New Delhi. Di New Delhi, sambil mencari rumah bagi tempat tinggalnya, Bhavani diminta tinggal sementara di rumah sepupunya, yang ternyata adalah sebuah kompleks pelacuran. Ternyata, Bhavani sudah dijual seharga US$ 1000 kepada mucikari. Setelah berjuang selama 7 hari tanpa hasil, dengan siksaan, akhirnya Bhavani terpaksa melayani para tamu hidung belang. Setelah 5 kali aborsi, di usianya yang ke 17, kini Bhavani terkena HIV.
Bhavani adalah salah satu dari ratusan ribu perempuan korban perdagangan perempuan di India. Untuk mencegah perdagangan perempuan, LSM Prajwala melakukan berbagai intervensi seperti: pencegahan (pencegahan pada tingkat masyarakat agar tidak terjadi perdagangan perempuan dan pencegahan tingkat kedua, yaitu dengan mencegah agar anak dari para pekerja seks komersial tidak terjebak menjadi pelacur); pertolongan dari jebakan para pedagang perempuan, rehabilitasi bagi para korban perdagangan perempuan, dan intervensi untuk meng-integrasikan mereka kembali kepada masyarakat.
Dr Sunitha Krishnan yang mendapat gelar doktor dibidang kerja sosial bekerja secara penuh di LSM Prajwala. Hingga kini, Dr Sunitha Krishnan telah banyak menerima penghargaan, baik di tingkat nasional maupun penghargaan internasional.
Salah satu korban perdagangan perempuan adalah Bhavani dari desa Pileru, Kabupaten Chitoor di negara bagian Andhra Pradesh, India. Bhavani adalah salah anak satu dari 9 bersaudara (6 perempuan dan 3 laki laki). Orang tuanya adalah seorang buruh tani. Di usianya yang masih 12 tahun, Bhavani tidak bersekolah. Dia membantu orang tuanya bekerja sebagai buruh tani. Karena itu, dia tidak menolak ketika Amar, seorang laki laki yang bekerja di New Delhi, bersedia mengawininya dan memberi banyak uang ke orang tuanya. Setelah menikah, Bhavani dan suaminya, ditemani oleh sepupunya pergi ke New Delhi. Di New Delhi, sambil mencari rumah bagi tempat tinggalnya, Bhavani diminta tinggal sementara di rumah sepupunya, yang ternyata adalah sebuah kompleks pelacuran. Ternyata, Bhavani sudah dijual seharga US$ 1000 kepada mucikari. Setelah berjuang selama 7 hari tanpa hasil, dengan siksaan, akhirnya Bhavani terpaksa melayani para tamu hidung belang. Setelah 5 kali aborsi, di usianya yang ke 17, kini Bhavani terkena HIV.
Bhavani adalah salah satu dari ratusan ribu perempuan korban perdagangan perempuan di India. Untuk mencegah perdagangan perempuan, LSM Prajwala melakukan berbagai intervensi seperti: pencegahan (pencegahan pada tingkat masyarakat agar tidak terjadi perdagangan perempuan dan pencegahan tingkat kedua, yaitu dengan mencegah agar anak dari para pekerja seks komersial tidak terjebak menjadi pelacur); pertolongan dari jebakan para pedagang perempuan, rehabilitasi bagi para korban perdagangan perempuan, dan intervensi untuk meng-integrasikan mereka kembali kepada masyarakat.
Dr Sunitha Krishnan yang mendapat gelar doktor dibidang kerja sosial bekerja secara penuh di LSM Prajwala. Hingga kini, Dr Sunitha Krishnan telah banyak menerima penghargaan, baik di tingkat nasional maupun penghargaan internasional.
No comments:
Post a Comment