Selama ini banyak orang menyedekahkan uang receh (Rp 100 -Rp 1000) kepada para pengemis. Sedekah, asal ikhlas, memang ada pahalanya. Hanya saja, sedekah uang kecil kepada para pengemis ada kelemahannya juga.
Pertama, sedekah tersebut sedikit dampak positifnya. Sangat kecil kemungkinananya para pengemis tersebut akan berubah kehidupannya. Memang masuk akal. Bagaimana mungkin dengan uang Rp 1000 kita berharap seseorang akan berubah kehidupannya. Ketika kita bersedekah uang receh, memang jarang ada niat dihati kita agar sipenerima sedekah tersebut akan berubah kehidupannya.
Kelemahan kedua, kita sebagai pemberi sedekah sering sudah merasa terbebas kewajibannya dari menolong seseorang yang membutuhkan. Memang, lebih baik bersedekah Rp 1000 dengan ikhlas dari pada tidak bersedekah sama sekali, atau bersedekah dengan uang yang lebih besar tapi dengan niat pamer. Sedekah uang receh jarang memberi dampak positif (diduinia) kepada si pemberi sedekah juga.
Mungkinkah sedekah kita berdampak positif terhadap kehidupan seseorang? Bisa, asal kita mau sedikit bersusah payah, yaitu dengan mengamalkan Surat Al Baqarah ayat 177:
"Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (al-Baqarah [2]: 177)
Pertama, sedekah tersebut harus lebih dari Rp 1000. Dalam Al Quran disebutkan sebagai harta yang dicintai. Artinya, ketika mengeluarkan pemberian tersebut, terasa agak berat bagi si pemberi. Dengan pemberian harta yang dicintainya, dampaknya akan bisa terlihat bagi si penerima maupun si pemberi.
Saya kenal dengan seseorang yang memperbaiki rumah orang tuanya, meskipun rumahnya sendiri masih rumah BTN asli. Akhirnya, anak tersebut malah bisa mempunyai 4 buah rumah. Saya juga pernah membaca sebuah riwayat seorang anak yang memberi rumah satu-satunya kepada orang tuanya yang saat itu belum punya rumah. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, sang anak bisa membeli rumah lain yang lebih baik.
Sedekah tersebut juga harus tepat sasaran. Urutan pertama yang paling berhak menerima sedekah kita adalah para kerabat. Coba perhatikan surat Al Baqarah diatas, peminta-minta ada di urutan akhir dari penerima sedekah kita.
Bila orang tua kita masih kekurangan, kita mulai dengan membantu mereka. Ajaklah saudara sekandung untuk bersama-sama menyokong kehidupan orang tua. Tentunya dukungan tersebut pasti lebih besar dari Rp 1000 per bulan. Berbakti kepada orang tua ternyata tidak hanya memberi dampak positif kepada mereka. Sang anak yang berbakti kepada orang tuanya juga mendapat balasannya di dunia juga. Anak yang berbakti jarang kesulitan hidupnya.
Setelah orang tua, sedekah sebaiknya diberikan kepada kaum kerabat. Misalnya, kita bisa membantu keponakan yang ingin kuliah, namun orang tuanya kurang mampu. Atau anak kita masih kecil, sedangkan keponakan sudah waktunya untuk kuliah, padahal orang tuanya belum cukup dananya. Bila kita bisa membantu keponakan untuk kuliah, dampak terhadap kehidupannya kelak akan terlihat bermakna nantinya. Di Indonesia, rata rata penghasilan seorang sarjana lebih besar dibandingkan dengan penghasilan lulusan SMU. Kita bisa ajak sesama saudara untuk ber-ramai ramai membuat dana bea siswa bagi saudara yang membutuhkan.