Friday, March 30, 2012

Mbah Ambyah memanfaatkan Klinik Umiyah

Mbah Ambyah, 72 tahun














mbah Ambyah
Mbah Ambyah (72 tahun), tinggal di Gintungan rt 01/rw 04, buruh tani dengan 8 anak, datang ke Klinik Umiyah dengan keluhan kaki tertusuk paku berkarat di sawah. Saat diukur tekanan darahnya 200/100, sudah tergolong hipertensi stage II. Oleh dokter jaga diberi obat untuk menurunkan tekanan darah terlebih dahulu sebelum dilakukan tindakan terhadap lukanya serta diberi suntikan anti tetanus (ATS)



Semoga Klinik Umiyah membawa keberkahan kepada pasien dhuafa, petugas kesehatan Klinik Umiyah dan segenap dermawan pendukung. amin

Tuesday, March 27, 2012

Mencegah penderita gangguan jiwa agar tidak kambuh


Penderita gangguan jiwa bisa pulih selamanya tanpa pernah kambuh. Meskipun demikian, kebanyakan penderita gangguan jiwa yang sudah pulih masih bisa kambuh kembali. Walaupun sedang dalam pengobatan, penderita gangguan jiwa bisa kambuh kembali. 
Untungnya, kambuh biasanya tidak terjadi secara mendadak. Oleh karena mengenal tanda tanda awal kambuhnya seorang penderita sangat penting agar kambuh bisa dicegah, dihindari atau segera ditangani.
Ada dua faktor yang mengakibatkan kambuh, yaitu: faktor kerentanan seperti berhenti minum obat, meminum alkohol atau narkoba, kurangnya dukungan sosial dan kesehatan fisik yang rendah. Faktor kedua adalah faktor yang melindungi seseorang dari kambuh, yaitu: tubuh yang sehat, minum obat teratur, kemampuan mengatasi masalah dan adanya dukungan sosial.
Beberapa tanda awal bila seseorang penderita akan kambuh adalah:
Perubahan perasaan, seperti: cemas, takut, mudah tersinggung dan menjadi agresif, merasa sangat sedih atau tidak bahagia, merasa terancam atau tidak aman, dan paranoid (merasa orang lain ngomongin anda)
Perubahan pikiran, seperti: kesulitan konsentrasi atau berfikir, sulit membuat keputusan, banyak pikiran atau bingung, berpikiran negatif atau pesimis, mendengan suara suara dari dalam dirinya sendiri, berpikir tentang menganiaya diri sendiri, memikirkan kejadian masa lalu.
Perubahan perilaku, seperti: menyendiri atau tidak ingin pergi keluar, nafsu makan naik atau turun, kebanyakan atau susah tidur, banyak minum alkohol atau narkoba, gampang marah/menangis atau tertawa, tidak bertenaga, malas mandi atau membersihkan lingkungan.
Selain tanda tanda awal, penderita gangguan jiwa perlu mengenal (berdasar pengalaman sebelumnya) hal hal yang menyebabkan atau mencetuskan kambuh tersebut. Misalnya: kebanyakan begadang, tidak minum obat, minum alkhol, berdebat dengan atasan, bertengkar dengan teman atau anggauta keluarga, dll. Dengan mengenal faktor pencetus, maka faktor tersebut bisa dihindari atau dikurangi intensitasnya.
Hal berikutnya yang perlu diketahui adalah hal hal apa yang dapat mengurangi dan memperbaiki situasi, bila tanda tanda awal akan kambuh telah muncul. Misalnya: tidur lebih banyak (ekstra), berbicara dengan orang dekat yang dipercaya, menulis dalam buku harian, mendatangi kelompok penderita gangguan jiwa (self-help support group), berjalan jalan ditaman, mengurangi beban kerja, melakukan hobi, dll.
Selain itu, penderita perlu memperkuat dirinya sehingga tidak mudah kambuh. Misalnya dengan melakukan hal hal positif sebagai berikut: makan yang teratur dan sehat, olah raga secara teratur, tidur yang cukup (jangan suka bergadang), belajar ketrampilan agar bisa santai (relaxation skills seperti: bernapas panjang, progressive muscle relaxation, meditasi, dll), serta melatih ketrampilan berpikir sehat. Biasanya penderita gangguan jiwa sering terjebak dalam pola pikir: hitam-putih (100% benar atau 100% salah, tidak ada salah sedikit), hanya percaya hal hal negatif dan menolak hal hal yang positif, dramatisasi- smasalah kecil dikira akan berakibat besar, dan overgeneralization.
Penderita gangguan jiwa juga perlu belajar mengendalikan suara suara yang muncul dari dalam dirinya. Cara cara yang bisa dilakukan antara lain: (a) Ingatkan pada diri sendiri bahwa andalah yang mengendalikan situasi, suara tersebut tidak berbahaya selama anda tidak mendengarkan atau mengabaikan suara tersebut. Suara tersebut sangat mengenal anda karena berasal dari dalam diri anda sendiri. (b) Pelajari kapan dan dimana suara tersebut mulai muncul. Hindari hal hal yang menyebabkan munculnya suara tersebut. (c) lakukan hal hal yang menyenangkan yang membuat anda tidak tertuju kepada suara tersebut, misalnya dengan mendengarkan musik. (d). Tentukan batasan batasan, misalnya katakan kepada suara tersebut agar berhenti sekarang atau anda akan mendengarkan suara tersebut nanti. (e) cari orang orang atau kelompok yang mau mendukung (support group). 
Hal hal yang tidak bermanfaat dalam mengatasi suara adalah sebagai berikut: duduk pasif melihat TV, berdebat dengan suara tersebut, minum alkohol untuk melawan suara tersebut dan mengisolasi diri.
Hal hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi munculnya delusi (kepercayaan yang tidak berdasar) dan pemikiran yang menyimpang adalah: (a) berpikir adanya bukti nyata yang terkait dengan pemikiran atau kepercayaan yang muncul (b) tulislah semua alasan yang bisa menjelaskan kepercayaan atau pemikiran tersebut, (c) berbicara dengan teman atau petugas kesehatan.


Monday, March 26, 2012

Ambiguous Genitalia


Kelamin ganda (ambiguous genitalia) adalah suatu kejadian langka dimana alat kelamin bayi tidak jelas sebagai alat kelamin laki laki atau perempuan. Pada penderita kelamin ganda, alat kelamin tidak tumbuh sempurna atau bayi tersebut mempunyai dua buah alat kelamin, yaitu alat kelamin laki laki dan perempuan. Pada penderita kelamin ganda, alat kelamin yang ada di luar tubuh mungkin tidak sama dengan jenis alat kelamin yang ada di dalam tubuh. Misalnya, meskipun diluar seperti alat kelamin perempuan, namun tubuh bagian dalam tidak punya rahim atau indung telur.
Kelamin ganda bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan suatu gangguan pertumbuhan dari alat kelamin seseorang ketika masih janin (bayi).  Kelamin ganda biasanya segera diketahui setelah bayi lahir. Kondisi tersebut sering membuat cemas kedua orang tua si bayi.
Gejala dari kelamin ganda (ambigous genitalia), pada bayi yang secara genetika seorang perempuan (kedua chromosome XX), maka terlihat clitoris yang membesar yang sering dikira sebagai penis, bibir bawah yang tertutup atau seperti lipatan hingga dikira sebagai scrotum, benjolan dibawah kelamin yang dikira sebagai testis.
Pada bayi yang secara genetis adalah laki laki, maka gejalanya adalah: saluran kencing tidak sampai ke depan penis (berhenti dan keluar ditengah atau dipangkal penis), penis sangat kecil dengan lubang saluran kencing dekat dari scrotum, testis tidak ada atau hanya ada satu buah.
Penyebab dari ambiguous genitalia adalah karena terjadinya gangguan pertumbuhan alat kelamin ketika masih didalam rahim ibu. Pada bayi yang secara genetika berkelamin perempuan, ketika dalam pertumbuhannya mendapat banyak hormon laki laki sehingga pertumbuhan alat kelamin menjadi melenceng. Begitu pula dengan bayi yang secara genetika adalah laki laki, bila ketika sedang dalam masa pertumbuhan alat kelamin mendapat banyak hormon perempuan maka pertumbuhan alat kelamin laki lakinya menjadi tidak sempurna atau melenceng ke alat kelamin laki laki.
Ambiguous genitalia perlu ditangani oleh dokter spesialis dalam suatu tim, yang antara lain terdiri dari ahli penyakit anak, ahli urologi, ahli genetika, ahli bedah dan psikolog. Dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan, seperti: pemeriksaan darah untuk memeriksa tingkat hormon dan genetika (XX atau XY), pemeriksaan USG di pinggang untuk melihat organ dalam seperti adanya rahim atau vagina dan testis yang tidak turun. Berdasar pemeriksaan tersebut dokter akan bisa menentukan jenis kelamin sang anak dengan melihat potensi kedepannya.
Pengobatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pemberian hormon segera setelah bayi lahir untuk mengatasi ketidak seimbangan hormonal yang ada. Pada bayi dengan clitoris yang membesar, pemberian hormon akan dapat mengurangi dan mengecilkan clitoris ke ukuran normal.
2. Pembedahan mungkin perlu dilakukan untuk memperbaiki fungsi alat kelamin dan memperbaiki tampilan luarnya. Pembedahan ulangan mungkin diperlukan ketika anak telah dewasa.
Disarikan dari artikel Ambiguous Genitalia oleh Staff Mayo Clinic yang dapat diakses di  http://www.mayoclinic.com/health/ambiguous-genitalia/DS00668

Saturday, March 24, 2012

Klinik Umiyah melayani pasien dhuafa tanpa administrasi berbelit

Pasien dhuafa tanpa jamkesmas di Klinik Umiyah
Di Klinik Umiyah pasien tidak pernah ditolak hanya karena masalah biaya. Berobat ke Klinik Umiyah juga tidak perlu prosedur administrasi berbelit. Pasien cukup mengisi kotak infaq seikhlasnya.

Klinik Umiyah bisa berjalan karena dukungan para dermawan. Salurkan zakat, infaq dan sedekah anda ke Klinik Umiyah melalui:

1.  Rekening Britama BRI Cabang Purworejo 0078-01-029420-50-3 atas nama Yaysan Islam Ummy.

2. Rekening Bank Mandiri KCP Purworejo 136-00-1075666-3 atas nama Yayasan Islam UmmyRekening Bank Mandiri

Thursday, March 22, 2012

Perkembangan penanganan adik Alif Oktaviansyah, penderita meningocele

Adik Alif Oktaviansyah menderita kelainan yang terjadi kira kira pada satu diantara 5000-10.000 kelahiran. Pada penderita meningocele maka tulang kepala tidak menutup sempurna sehingga selaput otak (atau kadang sebagian jaringan otak) ikut keluar dari tengkorak. Meningocele bisa terjadi pada tulang belakang, bisa juga dikepala bagian depan, belakang atau samping. Adik Alif menderita meningocele di bagian hidung atau wajah.
Bila meningocele terjadi di bagian depan, seperti pada kasus adik Alif Oktaviansyah maka reparasinya menjadi lebih sulit karena bisa menyebabkan kerusakan pada wajah atau mata.
Sebagai tindak lanjut dari konsultasi oleh Bapak Wibowo, pengurus Yayasan Ummy, ke RS Sarjito, alhamdulillah tadi siang adik Alif Oktaviansyah telah diperiksa oleh dokter di Klinik Bedah Saraf, RS Sarjito. Minggu depan masih harus datang lagi untuk pemeriksaan radiologis. Berdasar hasil pemeriksaan tersebut, maka dokter bedah saraf akan menyusun tindakan operasi yang harus dilakukan. Tindakan operasi untuk menolong adik Alif Oktaviansyah pasti bukan pekerjaan gampang.

Marilah kita doakan agar adik Alif Oktaviansyah bisa lekas sembuh.

Wednesday, March 21, 2012

Perkembangan Rendi Setiawan, pasien dengan jantung cacat bawaan Tetralogy Fallot

Alhamdulillah, setelah pulang dari RS Sarjito kemarin, adik Rendi Setiawan (9 tahun) yang menderita cacat jantung bawaan Tetralogy Fallot mendapat bantuan dari #Sedekah Rombongan sebesar Rp 2 juta. Berikut ini saya kutipkan laporan pemberian dari #Sedekah rombongan

Sudah keluar masuk RS Sardjito karena keadaan dek Rendi tidak selalu sehat dan membutuhkan bantuan oksigen, serta perlu perawatan dokterRendi Setiawan (9 tahun) alamat desa Baledono Purworejo. Mengalami sakit jantung bawaan (Tetralogy Fallot). Sudah keluar masuk RS Sardjito karena keadaan dek Rendi tidak selalu sehat dan membutuhkan bantuan oksigen, serta perlu perawatan dokter. Rendi tidak diasuh oleh orang tuanya, tapi ikut neneknya Ibu Semi dan kakeknya Pak Ngadiman yang bekerja sebagai pedagang kaki lima di pasar dan butuh biaya untuk perawatan Rendi kalau di Rumah Sakit. Pemeriksaan Echo dilakukan berkali-kali untuk mengetahui perkembangan jantungnya, dan menunggu keputusan dokter apakah bisa dioperasi atau tidak. Bantuan ini membaikkan …
Jumlah Bantuan : Rp.2.000.000,-
Kurir : @KarmanMove via @Tya_Nurulendah
Tanggal : 20/3/2012
Sudah keluar masuk RS Sardjito karena keadaan dek Rendi tidak selalu sehat dan membutuhkan bantuan oksigen, serta perlu perawatan dokter
____________________________

Klinik Umiyah juga mendapat  transfer dana dari para dermawan, misalnya sebesar Rp 1 juta dari ibu Tjatri Dwimunali, Bristol, Inggris dan dari dermawan lain. Karena sudah mendapat dana Rp 2 juta dari #Sedekah Rombongan, Dana di Klinik Umiyah tersebut masih kami simpan untuk keperluan biaya kesehatan lainnya karena hingga sekarang belum tahu kapan Dik Rendi akan bisa dioperasi.

Tuesday, March 20, 2012

Liputan Klinik Umiyah di Koran The Jakarta Post 20 Maret 2012

Gunawan Setiadi: From charity to free medical care

Slamet Susanto, The Jakarta Post, Purworejo, Central Java | Tue, 03/20/2012 8:13 PM
A | A | A |
JP/Slamet SusantoJP/Slamet Susanto
Fortune will come from God in the way men are willing to give part of their wealth to charity. Based on this principle, Umiyah Clinic in Purworejo, Central Java, is capable of operating on philanthropists’ donations by focusing on free medical care for poor people.

“We also use logic while maintaining the clinic with heart. As shown by history, literature and experience, good fortune comes along with charity and alms, or sodaqoh,” said Gunawan Setiadi, the Health Ministry’s former planning chief. He referred to business magnate Bill Gates, among many other figures, who annually contribute billions of dollars.

He related that when he occupied a modest mortgaged home in Pamulang, Banten, he owned Rp 10 million reserved for renovation. But at the same time his relatives were in great need of help. “Finally I just made minor changes and contributed most of my money as sodaqoh. Later I could even afford to buy another house,” added Gunawan, who eventually granted charity both to orphans and street children.

Sharing wealth with the poor, according to him, needs frequent practice to avoid greed. People who donate with sincerity win public confidence and it’s this trust that brings them good fortune. “That’s the logic of sharing with others for God’s blessing,” he pointed out.

To invite public donations to charity to help the ailing poor, the clinic was named after a very poor resident, Umiyati, who met with a tragic fate as she was beyond the reach of the government’s health insurance scheme. Coming from Krendetan village, Bagelen, Purworejo, the wife of a becak (pedicab) driver suffered from a type of hernia for 12 years.

Applying for public health insurance service, the poor family was rejected. Finally through a collective charity movement, Umiyati was taken to Yogyakarta for surgery. Though the operation was smooth, she could not survive. Inspired by the case, the clinic was set up and expected to be the meeting place of interested parties — poor patients, philanthropists, volunteers and professionals.

Now operating on a plot of 1,000 square meters donated by residents, the clinic virtually serves as a hospital with two inpatient rooms and a maternity ward. A house for mental patients is planned to be built on the site. “We call on people wishing to save for the hereafter and live a peaceful life, to sincerely contribute to our effort for the poor,” appealed Gunawan.

Needy people in Purworejo no longer have to be worried about medical expenses when they get sick today because on Jl. Ring Road Utara, Lugosobo, Purworejo, Umiyah Clinic has operated since 2010 to provide free medical care. Patients need only to leave some money as a gift (infaq) or nothing at all if they cannot spare.

Marsudi, a timber industrial worker who had an accident and was treated at Umiyah, claimed the clinic had rendered medical service hospitably and sincerely. “I feel calm without bothering about money for my treatment and I’m recovering,” said the father of one child.

“Patients are suggested to give some voluntary infaq because totally free service may be less educative, but if they can’t afford it it’s okay,” said Gunawan, the chief founder of Umiyah, which lists 700 to 1,000 patients monthly with their infaq totaling Rp 5 million to 6 million. At the operational cost of Rp 20 million to 30 million per month, the clinic relies on charity funds to cover the shortfall.

When it was founded in 2010, with a volunteer physician and several nurses, Umiyah focused on maternity care for its relatively lower operational cost. In the first three months, the number of general patients was swelling. The management even once considered limiting the number to 100 monthly.

“Some people scornfully said the clinic would close down in two years. But up to the present we’ve never been in deficit and have even recorded a balance of Rp 65 million,” said Gunawan. The balance is meant for the clinic’s development and the handling of unexpected cases requiring special treatment.

At present, Umiyah has four doctors, four senior nurses and an assistant pharmacist. To promote its service, it will open internal disease and surgery departments. A surgeon is now ready to cooperate and help poor people needing operations. The specialist will handle his patients at a referral hospital and the clinic and be in charge of their recuperation.

The clinic also cooperates with local family welfare associations (PKK) to help handle these patients’ procedural matters and reduce their charges. A senior doctor at Umiyah, Padmi Bekti Lestari, claimed to devote herself to the clinic not for money. “I work with private hospitals where money is first required for medical care. But what about poor families?” queried Padmi.

To share with the poor, Padmi has left one of the several hospitals to enable her to serve the clinic. “I earn my living from the other hospitals and I enjoy my happiness here, which can’t be valued by money,” she revealed.

All clinic finances are openly reported by announcing them on the website and notice board. Umiyah personnel also receive salaries above minimum rates. “But it’s not our main goal. If your media publish a report on this clinic, what we primarily expect is to make the poor informed of the place where money poses no problem to medical care,” she added.

dikutip dari http://www.thejakartapost.com/news/2012/03/20/gunawan-setiadi-from-charity-free-medical-care.html

Monday, March 19, 2012

Perkembangan Rendi Setiawan, pasien dengan cacat jantung bawaan

Rendi Setiawan dengan neneknya
Hari ini pasien Rendi Setiawan (8 tahun) penderita jantung bawaan Tetralogy Fallot sudah boleh pulang dari RS Sarjito. Semua urusan administrasi di rumah sakit sudah beres.Masalahnya cuman satu, sang nenek hanya tinggal punya uang Rp 5000. Rencananya, bila tidak ada pertolongan dari siapapun, Rendi akan dibawa pulang ke Purworejo dengan naik sepeda motor. Bila ini sampai terjadi, saya kira dik Rendi tidak akan kuat.

Kebetulan, Allah sudah mengatur segalanya, salah satu pengurus Yayasan Ummy, Wibowo Setiaji, sedang ada urusan di RS Sarjito mengurus pasien adik Alif Oktaviansyah (yang menderita meningocele). Maka, jadilah Rendi Setiawan beserta neneknya bisa punya uang untuk biaya pulang ke Purworejo.

Meskipun demikian permasalahan belum selesai. adik Rendi Setiawan dijadwalkan untuk operasi bulan April atau Mei 2012. Selain itu, Rendi juga masih harus diperiksa dengan alat echo cardiografi lagi sebelum jadwal operasi secara pasti ditentukan.
Biaya operasi, insya Allah akan ditanggung pemerintah. Kita “hanya” ditugasi oleh Sang Pemberi Rezeki” untuk menggalang dana pendukung yang tidak bisa tercakup oleh biaya pemerintah.
Mari kita jadikan penanganan adik Rendi Setiawan sebagai ladang amal bersama.

Perkembangan pasien Alif Oktaviansyah

Alif dan ortunya
Tadi pagi salah seorang pengurus Yayasan Islam Ummy Wibowo Setiaji pergi ke RS Sarjito untuk konsultasi soal pasien adik Alif Oktaviansyah. Di RS Sarjito, pak Wibowo dibantu oleh dr Wigati SpRad (istri dr Budi Yuli ahli penyakit jantung asal Purworejo). Kesimpulan akhirnya: saat ini alat multi slice CT Scan di RS Sarjito sedang rusak. Padahal, adik Alif Oktaviansyah harus diperiksa dengan alat tersebut sebelum dioperasi. Diperkirakan, paling cepat seminggu lagi baru selesai.

Ada dua laternatif yang bisa ditempuh. Pertama, menunggu perbaikan alat tersebut (sudah sebulan belum diperbaiki) atau periksa MS CT scan di RS Telogorejo dengan konsekuensi biaya yang lebih mahal.

Saya sudah kontak Ibu Komariyah, ibu adik Alif Oktaviansyah, lewat HP-nya. Saya sampaikan kedua alternatif tersebut untuk didiskusikan dengan keluarga. Insya Allah, selama periksa di Semarang, mereka bisa tinggal di rumah salah satu pengurus Yayasan Islam Ummy, Ir. Cahyati Setiani.
Perjalanan masih berliku. Mari kita jadikan penanganan adik Alif Oktaviansyah sebagai ladang amal bersama.

Sunday, March 18, 2012

Strategi Menolong Alif dan Rendi: Penghubung sumber daya (resources integrator)

Alif Oktaviansyah
Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, Sedekah Rombongan dan berbagai lembaga amal lain bisa menggalang dana cukup banyak. Omzet bisnis mereka dengan Allah mencapai angka 9 digit (milyaran rupiah). Oleh karena itu, kemampuan mereka menolong dhuafa juga cukup besar. Bahkan Dompet Dhuafa saat ini sedang membangun sebuah rumah sakit di daerah Sawangan, Kabupaten Bogor.

Alhamdulillah, saat ini Klinik Umiyah sudah mampu menggalang dana dalam hitungan puluhan juta. Itu juga sudah suatu keajaiban mengingat berbagai keterbatasan yang ada. Dengan kemampuan penggalanagn sumber dana yang terbatas, maka strategi Klinik Umiyah dalam menolong dhuafa yang sakit juga harus berbeda dengan lembaga amal yang mempunyai dana lebih. Salah satu strategi yang dipakai adalah sebagai "penghubung sumber daya (resource integrator)".

Rendi Setiawan
Contoh kongkritnya sebagai berikut. Dalam kasus adik Alif Oktaviansyah yang menderita meningoencephalocele, maka saat ini (19 Maret 2012) salah seorang staff Yayasan Ummy sedang ke RS Sarjito dengan membawa segala dokumen (dokumen rekam medis dan surat lainnya) untuk menemui dokter ahli bedah syaraf di RS Sarjito. Pertanyaan utamanya adalah: Kapan adik Alif Oktaviansyah bisa dioperasi? Selama ini, Alif Oktaviansyah sudah beberapa kali dibawa ke Yogya, namun karena berbagai hambatan, pihak keluarga belum tahu kapan Alif akan bisa dioperasi. Soal biaya, bila tidak terlalu besar, pihak keluarga akan mencoba menggalangnya dari berbagai sumber. Selain itu, dengan adanya SKTM (surat keterangan tidak mampu, ada kemungkinan jamkesda bisa membantu hingga maksimal Rp 3 juta). Bila dana banyak diperlukan, Klinik Umiyah akan mengkontak berbagai lembaga amal yang ada di Yogya (misalnya: Sedekah Rombongan, Dompet Dhuafa, dll) untuk membantu pembiayaannya.

Staff Klinik Umiyah yang konsultasi ke RS Sarjito memberi kabar bahwa alat yang diperlukan untuk memeriksa Alif Oktaviansyah sudah sebulan ini rusak. Di Yogyakarta tidak ada rumah sakit lain selain RS Sarjito yang punya alat tersebut. Di Jawa Tengah hanya RS Telogorejo (RS Swasta) yang punya alat tersebut. Tentunya, konsekwensi biaya akan melambung bila pasien dibawa ke RS Telogorejo, Semarang.

Dalam hal adik Rendi Setiawan yang menderita kelainan jantung bawaan tetralogy Fallot, maka salah seorang dermawan telah membawanya ke RS Sarjito, Yogyakarta. Dermawan tersebut juga telah memberi uang saku kepada penunggu Rendi Setiawan. Biaya operasi akan ditanggung pemerintah. Saat ini, adik Rendi Setiawan sudah boleh pulang dari RS Sarjito. Segala urusan administrasi sudah beres, namun nenek penunggu Rendi Setiawan hanya punya uang Rp 5000 disakunya.

Saturday, March 17, 2012

Ayo kita bantu Rendi Setiawan, anak terlantar dengan cacat jantung bawaan

Rendi Setiawan
Rendi Setiawan (8 tahun) merupakan anak terlantar yang ditinggal orang tuanya. Kini Rendi Setiawan tinggal di Baledono RT 03 RW 06, Purworejo.
Ternyata penderitaan Rendi Setiawan tidak hanya ditinggal orang tuanya. Dia juga menderita gangguan jantung Tetralogi Fallot, yaitu sebuah cacat bawaan jantung sejak lahir. Ada 4 kelainan atau cacat pada jantung Rendi setiawan, yaitu: (a) ada lobang di sekat bilik jantung kiri dan kanan sehingga darah yang mengandung banyak oksigen bercampur dengan darah yang berisi sedikit oksigen, (b) penyempitan pembuluh ke paru paru (pulmonary stenosis), (c) pembesaran otot jantung kanan yang terjadi karena jantung kanan harus bekerja ekstra keras memompa darah ke paru paru, (d) pembuluh aorta yang menempel di sekat diantara bilik kiri dan kana (seharusnya di bilik kiri) sehingga darah yang mengandung sedikit oksigen dipompa ke seluruh tubuh. darah dengan sedikit oksigen seharusnya dipompa ke paru paru.
Penyakit jantung Tetralogy Fallot hanya bisa disembuhkan melalui operasi jantung terbuka. Tentunya sebuah operasi yang tidak mudah dan memerlukan banyak dana. Alhamdulillah, adik Rendi memang sudah punya jaminan untuk operasi di RSUP Sardjito, tetapi kemarin (17 Maret 2012) Rendi mengalami cyanotic spell , badan menjadi biru, sesak napas, sedang nenek pengasuhnya sama sekali tidak punya uang untuk transport dan biaya menunggui dik Rendi apabila dirawat di RS Sardjito. Serangan seperti itu memang sering terjadi pada penderita Tetralogy Fallot.
Alhamdulillah kemarin ada dermawan yang bersedia membantu biaya transportasi ambulan ke Yogya dan uang saku bagi penunggu. Semoga adik Rendi membaik, dan jadwal operasi dapat diajukan.
Mari kita galang dana pendukung untuk penunggu dan lain lain biaya yang tidak bisa ditanggung pemerintah

Kini ada dokter spesialis penyakit dalam di Klinik Umiyah

Masyarakat dhuafa juga memerlukan pelayanan dokter spesialis. Berbagai penyakit seperti penyakit gula, darah tinggi, liver, sesak napas dan penyakit jantung tidak hanya menyerang orang kaya saja. Penyakit tersebut juga menyerang masyarakat miskin. Padahal, pelayanan spesialsitik di praktek swasta ataupun di rumah sakit swasta tidaklah murah. Belum lagi, biaya obat yang sering bisa membuat orang jatuh ke lembah kemiskinan.
Masyarakat dhuafa memerlukan pelayanan spesialistik yang murah dan tidak berbelit-belit. Mulai sekarang, setiap hari jumat sore, Klinik Umiyah memberikan pelayanan spesialistik penyakit dalam oleh dr. R. Triyono Edhi S. Semoga dengan adanya pelayanan oleh dokter ahli penyakit dalam, Klinik Umiyah menjadi semakin banyak memberi manfaat kepada masyarakat dhuafa. Insya Allah, pemberian pelayanan oleh dokter R. Triyono Edhie juga akan membawa berkah kepada para dermawan yang telah mendukung Klinik Umiyah.

Friday, March 16, 2012

Ayo kita bantu adik Alif Oktaviansyah agar lekas sembuh

Adik Alif Oktaviansyah (5 bulan) anak dari Bapak Danil dan Ibu Komariyah (telpon Bpk Danil 082134935885) dari Pituruh, Purworejo menderita meningoencephalocele. Meningoencephalocele adalah sebuah penyakit yang terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan dimana selaput pembungkus otak (kadang juga sebagian dari jaringan otak) keluar dari celah tengkorak kepala yang tidak menutup sempurna.
Meningoencephalocele adalah sebuah penyakit yang jarang ditemukan. Meskipun demikian, kasus ini cukup banyak ditemukan di negara negara Asia Tenggara, seperti India, Myanmar, Kamboja, dll. Diperkirakan penyakit tersebut terjadi pada 0,1-0,3 per 1000 bayi lahir hidup.
Adik Alif Oktaviansyah perlu menjalani operasi. Tentunya operasi memperbaiki meningoencephalocele bukanlah pekerjaan yang gampang. Dokter ahli bedah syaraf yang bisa melakukannya. Hal tersebut juga berarti biaya yang tidak sedikit. Menunggu informasi dana yang diperlukan untuk operasi, mari kita galang dana untuk membantu operasi bagi adik Alif Oktaviansyah.
Salurkan bantuan anda ke rekening BRI Purworejo 0078-01-029420-50-3 atas nama yayasan Ummmy. Klinik Umiyah akan memfasilitasi agar adik alif Oktaviansyah bisa segera dioperasi

Thursday, March 15, 2012

Laporan Keuangan Februari 2012

Pelayanan Klinik Umiyah tidak akan bisa terselenggara tanpa adanya sedekah dari para dermawan. Untuk itu, kepada para pembaca, kami mohon agar berkenan meng-amini doa kami sebagai berikut:

" Ya Allah ya Tuhan kami, Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana, Tuhan yang melapangkan dan menyempitkan rezeki. Kami mohon kepadaMu ya Allah agar Engkau berkenan mengampuni segala dosa para dermawan beserta keluarganya yang telah memberikan sedekah melalui Klinik Umiyah dan Tirto Jiwo. Ampunilah juga segala dosa ibu bapak mereka. Lapangkanlah rezeki mereka, mudahkanlah urusannya, dan kabulkanlah segala permohonan mereka. Ya Allah kami mohon kepadamu agar Engkau berkenan merahmati para dermawan dengan kebaikan yang mengalir sampai kepada anak cucu mereka. Amin"

P

Sehat itu tak ternilai


Akhir akhir ini, saya sering membuka website Sedekah Rombongan. Disitu saya temui berbagai kasus yang memilukan hati. Berbagai kasus penyakit yang menyerang orang miskin sehingga tidak tertangani dengan baik. Saya benar benar tersentuh melihat penderitaan mereka.
Kita semua yang sehat perlu bersyukur  karena bukan kita yang terserang penyakit tersebut. Untuk itu, mari kita wujudkan rasa syukur tersebut dengan berbagi kebahagiaan dengan menolong sesama yang sedang mendapat ujian dari Allah. Kita sisihkan sebagian penghasilan agar Allah berkenan menjaga kesehatan dan menghindarkan kita sekeluarga dari segala penyakit yang berat.

Wednesday, March 14, 2012

Liputan Klinik Umiyah di Jurnal Nasional, 10 Maret 2012.


Klinik Ummiyah, layanan kesehatan berbasis sedekah
Jurnal Nasional | Sabtu, 10 Mar 2012
   LAYANAN kesehatan murah, mudah diakses kelompok miskin, ternyata bukan sekadar mimpi. Di Purworejo, tepatnya Klinik Umiyah, siapa pun pasien tak repot berpikir soal biaya pengobatan untuk membayar layanan hanya perlu memberikan sedekah semampunya. Pendek kata, tak ada kata mahal dalam layanan kesehatan bagi pasien.
“Klinik ini awalnya rumah bersalin, memberikan pelayanan kepada kelompok masyarakat miskin yang tak punya biaya untuk berobat. Sekarang berkembang menjadi Klinik Umiyah,” kata Gunawan Setiadi, satu penggagas Klinik Umiyah.
Latar belakang layanan berbasis sedekah ini, terinspirasi dari banyak keluhan soal biaya pengobatan yang mahal, kesulitan mengakses layanan kesehatan hingga mengurus jaminan kesehatan repot. Klinik Umiyah, ingin menjawab masalah-masalah pasien terkait kesulitan biaya pengobatan. “Awalnya banyak pihak yang mencibir langkah kami, tapi hingga dua tahun berdiri ternyata operasional klinik terus berkembang,” ujar dia.
Berdiri sejak 2010, klinik ini siap melayani pasien datang. Mereka memiliki satu tenaga dokter spesialis, tiga dokter umum, empat perawat dan bidan senior. Lalu, dua tenaga medis dan satu asisten apoteker. Tiap hari rata-rata kunjungan pasien 20-30 orang per hari atau dalam satu bulan 700 pasien. “Rata-rata pasien dari sekitar klinik dan sekitar Purworejo. Banyak kelompok miskin tak masuk skema jaminan kesehatan masyarakat memanfaatkan layanan kami.”
Lokasi klinik di jalur lingkar utara Kota Purworejo. Sayangnya, untuk mengakses ke lokasi, jalanan provinsi rusak parah, penuh lubang. Bangunan berdiri di atas lahan 1.900 meter persegi itu terdiri dari dua ruang rawat inap, satu ruang bersalin, ruang periksa, dapur. Kini, pengelola membangun mushala dengan sumber dana dari sedekah dan amal jariyah. Siti Fatimah, salah satu keluarga pasien rawat inap menuturkan rasa bersyukur bisa mendapatkan pelayanan murah. Dia tengah menunggu suami, Marsudi yang mengeluh sakit kepala. “Ongkos lebih murah di sini daripada di rumah sakit lain, perawat ramah dan ruangan bersih. Tak pusing berpikir soal biaya.”
Marsudi, menuturkan pernah dirawat di rumah sakit akibat kecelakaan. Hal yang paling menjengkelkan ketika datang ke rumah sakit, pertanyaan pertama yang diajukan siapa yang menanggung biaya perawatan. “Kalau tidak pegang duit, hati tidak tentram, sakit malah tambah lama. Beda dengan di sini, ketika datang pelayanan jauh lebih ramah, melayani dengan lebih tulus,” tuturnya.
Begitu datang ke Klinik Umiyah, dia mendapatkan pelayanan ramah dan tulus. Sakit kepala dengan gejala pusing-yang dialami, dokter di klinik, menyarankan istirahat karena kemungkinan ada gejala vertigo. “Di sini saya tak berpikir soal biaya, semalam di sini saya merasa jauh lebih enak. Kalau di rawat rumah sakit masih berpikir besok berapa saya harus bayar.”
Padmi Bekti Lestari, dokter umum alumni Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Solo ini mengatakan, pengelolaan keuangan untuk membiayai pengobatan pasien secara terbuka. Seluruh pemasukan klinik dari kota sedekah dicatat dan dipublikasikan. “Saya bekerja juga di RS swasta, ini pengabdian ke masyarakat. Saya tahu bagaimana pelayanan rumah sakit yang selalu bergantung dengan uang. Besar sekali biaya yang harus dikeluarkan pasien bahkan untuk luka yang sederhana.”
Meski mendapatkan gaji dokter lumayan di RS swasta, dia merasa lebih bermakna melayani pasien-pasien miskin. “Bekerja itu tak sekadar mendapatkan gaji besar tapi kesungguhan melayani. Yang pasti, seluruh tenaga kesehatan mendapat gaji standar upah minimum regional.” Soal pelayanan memang jadi nilai utama pengelola klinik. Seluruh tenaga medis yang bekerja sudah memahami dan bersikap santun dalam pelayanan ke pasien. “Niat bekerja di sini bagian dari ibadah. Ikhlas melayani.” n Much Faturrochman

Strategi Perguruan Tinggi Mewujudkan Entrepreneurial Campus


UGM
Oleh: Dimas Wicaksana (dimaswicaksana326@gmail.com)

A. Pendahuluan

Peran entrepreneur dalam menentukan kemajuan suatu bangsa/negara telah dibuktikan oleh beberapa negara maju seperti amerika, jepang, plus tetangga terdekat kita yaitu singapura dan malaysia. Di amerika sampai saat ini sudah lebih dari 12 persen penduduknya menjadi entrepreneur, dalam setiap 11 detik lahir entrepreneur baru dan Data menunjukkan 1 dari 12 orang Amerika terlibat langsung dalam kegiatan entrepreneur. Itulah yang menjadikan amerika sebagai negara adi kuasa dan super power. Selanjutnya Jepang lebih dari 10 persen penduduknya sebagai wirausaha dan lebih dari 240 perusahaan jepang skala kecil, menengah dan besar bercokol dibumi kita ini. Padahal jepang mempunyai luas wilayah yang sangat kecil dan sumber daya alam yang kurang mendukung (kurang subur) namun dengan semangat dan jiwa entrepreneurshipnya menjadikan jepang sebagai negara terkaya di Asia.
Mengintip sedikit jumlah pengusaha tetangga terdekat yang satu rumpun dengan kita yaitu singapura dan malaysia, fakta menyebutkan lebih dari 7.2 persen pengusaha singapura dan lebih dari 3 persen pengusaha malaysia yang menjadikan pertumbuhan berbagai bidang terutama pertumbuhan ekonomi semakin jauh meninggalkan kita. Tahukah rekan-rekan ? kita hanya memiliki 0.18 persen pengusaha alias kurang dari 1 persen dari jumlah penduduk saat ini. Padahal untuk membangun ekonomi bangsa, menjadi bangsa yang maju, menurut sosiolog yaitu David McCleiland, sedikitnya dibutuhkan minimal 2 persen wirausaha dari populasi penduduknya, atau dibutuhkan sekitar 4,8 juta wirausaha di Indonesia saat ini. Begitupun menurut Ciputra setidaknya dibutuhkan minimal 2 persen pengusaha untuk menjadikan bangsa ini bangkit dari keterpurukan.
Penting sepertinya kita mencontoh salah satu perguruan tinggi di amerika yaitu MIT (Massachusette Institute Technology) dimana dalam kurun waktu tahun 1980-1996 ditengah pengangguran terdidik yang semakin meluas dan kondisi ekonomi, sosial politik yang kurang stabil, MIT merubah arah kebijakan perguruan tingginya dari high Learning Institute and Research University menjadi Entrepreneurial University. Meskipun banyak pro kontra terhadap kebijakan tersebut namun selama kurun waktu diatas (16 tahun) MIT mampu membuktikan lahirnya 4 ribu perusahaan dari tangan alumni-alumninya dengan menyedot 1.1 juta tenaga kerja dan omset sebesar 232 miliar dolar pertahun. Sungguh prestasi yang amat sangat spektakuler sehingga merubah kondisi amerika menjadi negara super power. Kebijakan inilah yang selanjutnya ditiru dan diikuti oleh banyak perguruan tinggi sukses didunia ini.

B. Usaha Peningkatan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi

Berkaca pada kesuksesan negara maju seperti amerika dan eropa yang hampir seluruh perguruan tingginya menyisipkan materi entrepreneurship dihampir setiap mata kuliahnya, negara-negara di asia seperti jepang, singapura dan malaysia juga menerapkan materi-materi entrepreneurship minimal di dua semester. Itulah yang menjadikan negara-negara tetangga kita tersebut menjadi negara maju dan melakukan lompatan panjang dalam meningkatkan pembangunan negaranya.
Di Indonesia, usaha-usaha untuk menanamkan jiwa dan semangat kewirausahaan diperguruan tinggi terus digalakan dan ditingkatkan, tentunya dengan berbagai metode dan strategi yang membuat mahasiswa tertarik untuk berwirausaha. Sedikitnya ada enam usaha/cara yang penulis temukan dalam meningkatkan gema kewirausahaan bagi mahasiswa.
  1. Pendirian Pusat kewirusahaan Kampus seperti BSI Entrepreneruship Center (BEC) di BSI, Pusat Inkubator Bisnis ITB, Koperasi kesejahteraan Mahasiswa (KOKESMA) ITB, Community Business and Entrepreneurship Development (CDED) di STMB Telkom, Community Entrepreneur Program (CEP) UGM, Center for Entrepreneurship Development and Studies (CEDS) di UI, UKM Center di FEUI, Center for Entrepreneurship, Change, and Third Sector (CECT) di Universitas Tri Sakti, Binus Entrepreneurship Center (BEC) di Binus, dan banyak lagi. Melalui pusat kewirausahaan kampus banyak kegiatan yang dilaksanakan seperti seminar, talkshow, short course, loka karya, workshop, praktek usaha, kerjasama usaha, Entrepreneurship Expo, Entrepreneurship Challange dll.
  2. Entrepreneurship Priority. Perguruan tinggi diIndonesia meskipun ketinggalan, sudah mulai sadar akan pentingnya kewirausahaan dikampus dan menjadikan mata kuliah kewirausahaan sebagai hal terpenting yang harus diberikan kepada mahasiswa. Perguruan tinggi seperti UI, UNDIP, ITB, UNPAD, IPB, UGM, STT dan STMB Telkom, President University, UKSW, Paramadina, UNPAR, Univ Semarang, BSI, BINUS, Tri Sakti dan yang lainnya memberikan materi kewirausahaan tidak sebatas formalitas belaka. Hal ini terlihat dari kesungguhan setiap perguruan tinggi tersebut dalam mendesign materi dan menyuguhkan metode pembelajarannya.
  3. Pengembangan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW). Program kewirausahaan yang digagas pendidikan tinggi (Dikti) melalui Direktur Kelembagaan Ditjen Dikti saat itu (juli 2009). Dimana implementasi dari program ini adalah Dikti memberikan alokasi dana (modal) dalam bentuk subsidi untuk mahasiswa yang mempunyai usaha atau rencana usaha. Namun mengingat keterbatasan dana, program dari pemerintah ini “dilombakan” melalui proposal yang harus dikirimkan oleh mahasiswa dan perguruan tinggi yang berminat, sehingga memang presentasinya sangat kecil untuk mengakomodir mayoritas perguruan tinggi swasta yang begitu banyak.
  4. Program Wirausaha Mandiri Untuk Mahasiswa. “Jakarta (ANTARA News) - Peserta kompetisi wirausaha mandiri yang diselenggarakan PT.Bank Mandiri Tbk pada 2010 hingga saat ini mencapai 3.395 mahasiswa dan jumlah ini meningkat dibandingkan 2009 yang hanya mencapai 1.706 peserta. Direktur Finance and Strategy Bank Mandiri Pahala N Mansury saat ditemui di Jakarta, Minggu, mengatakan, hal tersebut menunjukkan minat generasi muda untuk berwirausaha semakin meningkat. Pada penyelenggaraan 2010, pelatihan kewirausahaan tidak hanya diberikan kepada mahasiswa namun juga dosen untuk memperdalam pemahaman terhadap materi modul kewirausahaan sehingga menjadi referensi pengajaran mata kuliah di perguruan tinggi. Saat ini, modul kewirausahaan tersebut digunakan 264 perguruan tinggi di seluruh Indonesia, setelah dilakukan sosialisasi pada 13 kota dan diikuti oleh 1.265 dosen perguruan tinggi negeri dan swasta. Program Wirausaha Mandiri ini merupakan program tanggung jawab sosial perusahaan yang difokuskan pada bidang kewirausahaan dan pendidikan sejak 2007.(*) (T.S034/S006/R009) (judul berita : Peserta Wirausaha Mandiri 2010 Capai 3.395 Mahasisw,a Minggu, 9 Januari 2011 23:19 WIB | 1264 Views, terdapat pada situs : http://www.antaranews.com/berita, diakses pada 1 mei 2011)
  5. Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja dan Produktivitas bagi Mahasiswa. JAKARTA(SI). Pemerintah mulai menerapkan pelatihan kewirausahaan (entrepreneurship) kepada mahasiswa. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar mengatakan, mulai tahun ini, pihaknya menerapkan program Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja dan Produktivitas bagi Mahasiswa. “Saatnya mahasiswa memberikan gagasan dan sumbangsih sekaligus mempersiapkan diri untuk membuka lapangan kerja baru,”tegas Muhaimin di Jakarta kemarin. Menakertrans mengatakan, pihaknya sudah menjalin kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi di Indonesia.Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans), jelasnya, juga sudah membuka 208 balai latihan kerja (BLK) untuk keperluan ini. (Judul berita “Mahasiswa Dilatih Wirausaha, Written by Fine Resyalia Monday, 15 March 2010 14:08, terdapat pada situs : www.dikti.go.id, diakses pada 1 mei 2011)
  6. Program Pemberian Modal Usaha Untuk Mahasiswa. ”Metrotvnews.com, Surabaya: Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Sjarifuddin Hasan menyatakan siap memberikan modal bagi mahasiswa untuk berwirausaha dengan agunan ijazah. Ia mengaku pihaknya sudah berkeliling ke belasan kampus di Indonesia untuk menawarkan program permodalan untuk wirusahawan muda dari kalangan mahasiswa itu, dan kini tercatat 6.000 mahasiswa yang tertarik. "Tapi, hanya 3.500 mahasiswa yang tertarik melakukan aplikasi dari usahanya (usaha yang bersifat produksi), kemudian kami beri orientasi tentang manajemen dan tampaknya sekarang sudah ada 1.500 mahasiswa yang berkembang usahanya," paparnya.(Ant/DSY) (judul berita : Menkop Siap Modali Mahasiswa untuk Wirausaha, Sabtu, 19 Juni
Sayangnya dari lebih 2.679 PTS dan 82 PTN di Indonesia hanya sebagian kecil saja (segelintir perguruan tinggi) yang peduli dengan pentingnya kewirausahaan dikampus, padahal untuk merubah mindset masyarakat yang 350 tahun dijajah oleh ”kompeni” untuk bekerja pada company membutuhkan usaha keras dan kerja cerdas dari semua elemen bangsa terutama seluruh lembaga ilmiah dan komunitas intelektual kampus. Untuk itu bukan sesuatu yang salah jika sampai saat ini tujuan sekolah/kuliah dari hampir seluruh generasi muda kita hanya untuk menjadi pekerja (job seeker) pada sebuah institusi/company.


C. Strategi Perguruan Tinggi Mewujudkan Entrepreneurial Campus


Sebagai akademisi yang juga turut concern menangani entrepreneuship diperguruan tinggi, penulis mencoba memberikan gagasan yang mungkin sederhana dan bukan sesuatu yang baru, untuk coba diimplementasikan oleh perguruan tinggi dalam menumbuhkan ”geliat” entrepreneurship diperguruan tinggi, yaitu :
  1. Menyusun Kurikulum. Dalam merumuskan sistem/metode pembelajaran dan pelatihan kewirusahaan, perguruan tinggi harus dengan sungguh-sungguh mendesign mata kuliah/materi kewirausahaan untuk mahasiswanya, dimulai dari pembuatan silabus, satuan acara pengajaran (SAP), Slide Presentasi, modul teori, modul praktikum/praktek, pembuatan buku panduan, dll. Rumusan itu tentunya harus dikerjakan oleh sebuah tim yang benar-benar expert dan expereince diberbagai bidang keilmuan. Yang kurang diperhatikan oleh perguruan tinggi dalam merumuskan kurikulum ini adalah tidak/kurangnya mengikutsertakan akademisi non ekonomi dan praktisi/pelaku usaha serta motivator entrepreneurship didalam team penyusun, sehingga mata kuliah/materi yang diberikan tidak/kurang berkualitas. Hal ini penting dilakukan mengingat kolaborasi antara akademis, praktisi dan motivator akan menghasilkan konsep dan gagasan kewirausahaan yang tepat dan sesuai untuk mahasiswa dari berbagai disiplin keilmuan. Menyusun kurikulum entrepreneurship, tidak serta merta menjadikan entrepreneurship sebagai mata kuliah tersendiri, namun bisa saja muatan entrepreneurship ini dimasukan kedalam sebagian/seluruh mata kuliah.
  2. Peningkatan SDM Dosen. Setidaknya Perguruan tinggi harus mempersiapkan SDM Dosen yang mampu ”5M” sebagai berikut : (1) mampu memberikan paradigma baru tentang pentingnya kewirausahaan. (2) mampu merubah/mengarahkan mindset mahasiswa menjadi seorang yang berjiwa entrepreneurship. (3) mampu menginspirasi dan memotivasi mahasiswa menjadi SDM yang mandiri. (4) mampu memberikan contoh karya nyata kewirausahaan (barang/jasa) dan menyuguhkan succes story. (5) mampu menghasilkan SDM mahasiswa/alumni menjadi seorang intrapreneur atau entrepreneur sukses. Program peningkatan SDM Dosen ini dapat melalui berbagai cara diantaranya melalui ”5P” sebagai berikut (1). Program Short course entrepreneurship (program pelatihan kewirausahaan untuk dosen), (2) Program seminar/workshop/lokakarya entrepreneurship. (3) program pemagangan dosen di dunia usaha, (4) program sarasehan dengan mitra usaha/dunia usaha (5) program pembinaan/pendampingan dosen baru. Dengan program ”5P” yang penulis gagas ini, diharapkan setiap dosen (bukan hanya dosen entrepreneurship saja) mampu 2010 22:02 WIB, terdapat pada situs : www.metrotvnews.com, diakses pada 1 mei 2011
  3. Membentuk Entrepreneurship Center (baik institusi kampus ataupun berupa organisasi kemahasiswaan). Patut dicontoh beberapa perguruan tinggi yang telah eksis mengelola berbagai kegiatan dibidang kewirusahaan mahasiswa seperti Entrepreneur College di UI, Center for Innovation, Entrepreneurship, and Leadership ITB, Center for Entrepreneurship Development and Studies Universitas Indonesia (CEDS UI), Community Business and Entrepreneurship Development (CDED) di STMB Telkom, BSI Entrepreneurship Center (BEC-BSI) di Bina Sarana Informatika, Community Entrepreneur Program (CEP) UGM, UKM Center di FEUI, Center for Entrepreneurship, Change, and Third Sector (CECT) di Universitas Tri Sakti, Binus Entrepreneurship Center (BEC) di Binus dll. Hal ini menunjukan bahwa perguruan tinggi-perguruan tinggi diatas memahami betul tentang pentingnya entrepreneurship sebagai solusi cerdas mahasiswanya menjadi seorang entrepreneur muda.
  4. Kerjamasa dengan Dunia Usaha. Hal ini penting dilakukan oleh perguruan tinggi dalam rangka tiga tujuan yakni : (1) meningkatkan kualitas SDM dosen dan mahasiswa, (2) membuka peluang magang usaha bagi dosen dan mahasiswa, (3) membuka peluang kerjasama usaha khususnya untuk mahasiswa/alumni. Dengan program kerjasama ini diharapkan mahasiswa terutama dapat menganalisa dan mengamati bentuk usaha nyata sehingga mempunyai gambaran ketika kelak berwirausaha.
  5. Membentuk Unit Usaha untuk mahasiswa. Salah satu kesungguhan perguruan tinggi dalam mewujudkan mahasiswanya untuk menjadi seorang entreprenuer adalah perlu membentuk beberapa unit usaha yang dikelola oleh mahasiswa, apapun jenis usahanya tentunya harus sesuai dengan kesepakatan antara mahasiswa dengan institusi kampus. Unit-unit usaha yang dibentuk ini dapat dijadikan sebagai salah satu pengalaman berharga bagi mahasiswa sebelum terjun membuka usaha secara mandiri.
  6. Kerjasama dengan Institusi Keuangan (perbankan/non perbankan). Untuk mewujudkan mahasiswa/alumninya sebagai seorang entrepreneur, perguruan tinggi berkewajiban memberikan kemudahan bagi mahasiswanya dalam membuka usaha, salah satunya adalah dengan cara menjadi fasilitator dan mediator antara mahasiswa dengan dunia keuangan (perbankan/non perbankan) dalam hal kemudahan kredit usaha bagi mahasiswa. Kerjasama ini dapat menjadi triger bagi mahasiswa untuk menjadi entreprenuer muda. Tidak sedikit dari mahasiswa berkeinginan untuk berwirusaha namun terkendala dengan modal (dana). Kerjasama inilah yang harus dilakukan oleh perguruan tinggi.
  7. Entrepreneurship Award. Salah satu pemicu meningkatnya semangat kewirusahaan dari mahasiswa adalah dilaksanakannya secara rutin perlombaan/kejuaraan kewirausahaan. Perlombaan kewirausahaan mahasiswa dengan memberikan award bagi mahasiswa juga dapat menjadi salah satu langkah perguruan tinggi dalam meningkatkan minat wirausaha mahasiswa. Perlombaan ini dapat berupa bussiness plan atau entrepreneurship expo.
Dari sedikit usulan yang cukup sederhana dan gagasan yang mungkin tidak baru ini, jika diimplementasikan oleh perguruan tinggi dengan serius dan sungguh-sungguh maka tidak mustahil akan banyak lahir entrepreneur-entrepreneur sukses negeri ini yang mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan dan pergerakan pasar lokal sehingga tercipta peluang pekerjaan bagi generasi bangsa ini yang pada akhirnya mampu menjadi bangsa mandiri yang tidak banyak tergantung pada negara asing.

D. Kesimpulan

Perguruan tinggi sebagai salah satu mediator dan fasilitator terdepan dalam membangun generasi muda bangsa mempunyai kewajiban dalam mengajarkan, mendidik, melatih dan memotivasi mahasiswanya sehingga menjadi generasi cerdas yang mandiri, kreatif, inovatif dan mampu menciptakan berbagai peluang pekerjaan (usaha). Untuk itu sebuah keharusan bagi setiap perguruan tinggi segera merubah arah kebijakan perguruan tingginya dari high Learning university and Research University menjadi Entrepreneurial University atau menyeimbangkan kedua arah kebijakan tersebut sehingga arah kebijakan keduanya tercapai baik yang bersifat high Learning university and Research University maupun yang bersifat Entrepreneurial University . Dengan paradigm change tersebut pada akhirnya akan melahirkan entrepreneur-entrepreneur muda sukses layaknya ”pahlawan-pahlawan muda” di MIT yang akan mampu membangkitkan bangsa ini dari berbagai keterpurukan.
Untuk melahirkan entrepreneur-entrepreneur muda sukses tersebut di perlukan kesungguhan dan keseriusan dari perguruan tinggi dalam mengemban misi entrepreneurial campus. Program-program kewirausahaan yang telah digagas dan dijalankan oleh berbagai perguruan tinggi khususnya di indonesia, patut kiranya dijadikan sebagai teladan dalam memulai memfokuskan perguruan tinggi dalam melahirkan entrepreneur-entrepreneur muda sukses. Selain itu tujuh gagasan yang penulis kemukakan diatas dapat menjadi referensi untuk dipertimbangkan oleh perguruan tinggi dalam menumbuhkan ”geliat” entrepreneurship di kampus.

Monday, March 12, 2012

Persepsi terhadap orang yang bersedekah

Saya amati, persepsi seseorang terhadap orang yang gemar bersedekah itu berbeda beda.Setidaknya, perbedaan persepsi tersebut dapat dikelompokkan kedalam 4 kelompok.

Kelompok bakhil. Orang bakhil memandang bahwa orang yang gemar bersedekah itu karena uangnya banyak sekali. Orang bakhil biasanya hanya bersedia menyedekahkan Rp 1000 meskipun dia mempunyai tabungan sebesar Rp 10 juta. Si Bakhil akan berpikir sebagai berikut: dia dengan tabungan Rp 10 juta menyumbang uang sebesar Rp 1000. Berarti bila ada orang yang menyumbang Rp 10 ribu, maka orang tersebut setidaknya mempunyai tabungan sebesar Rp 100 juta.

Kelompok Pengemis. Orang yang bermental pemgemis akan melihat para dermawan sebagai sumber dana sosial. Dia tidak ingin meniru untuk bersedekah karena berpikiran bahwa dirinya adalah orang yang perlu dibantu. Meskipun ada orang yang lebih membutuhkan dibandingkan dirinya, namun dia tidak tergerak untuk ikut ikutan bersedekah.

Kelompok preman. Orang bermental preman melihat orang yang gemar bersedekah sebagai orang kaya yang kebanyakan uang sehingga tidak masalah bila diperas atau dimintai bayaran tinggi (diatas harga wajar) untuk jasa yang mereka berikan.  Meskipun Klinik Umiyah bersifat sosial dan berusaha menolong dhuafa yang sedang sakit, namun ada saja orang yang meminta bayaran tinggi (diatas harga wajar yang berlaku) ketika dibutuhkan atau dimintai tolong oleh Klinik Umiyah. Bahkan kelompok preman tidak akan segan untuk menipu atau berdusta agar mereka mendapat imbalan yang tinggi.

Kelompok dermawan. Sebagai sesama dermawan, maka mereka menghargai amal shalih yang dilakukan para dermawan lainnya. Ketika AC di Klinik Umiyah harus diservice, ternyata petugas service AC tidak meminta bayaran. Mereka berkata bahwa mereka bekerja memperbaiki AC milik Klinik Umiyah sebagai sedekah terhadap dhuafa melalui Klinik Umiyah. Mereka sedekahkan tenaga mereka untuk kemajuan Klinik Umiyah yang berarti bahwa mereka ikut membantu melayani para dhuafa.

Apakah masih ada "kelompok lain" diluar 4 kelompok diatas?

Ibu Ida Misgiyati melahirkan bayinya di Klinik Umiyah

Ibu Ida Misgiyati dengan bayinya
Pada Rabu, 7 Maret 2012, Ibu Ida Misgiyati telah melahirkan anaknya di Klinik Umiyah. Ibu Misgiyati berasal dari desa Kroyo Kidul RT 02 RW 04, Kecamatan Gebang. Ibu Misgiyati adalah seorang ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Suaminya, bapak Khoirul Ngabidin adalah karyawan swasta dengan penghasilan yang terbatas.

Keberadaan Klinik Umiyah telah sangat membantu mereka karena dari segi biaya telah ditanggung oleh program Jampersal. Persalinan di Klinik Umiyah ditolong oleh bidan yang sudah senior dan berpengalaman.

Pak Haryono, menderita luka di kakinya

Pak Haryono ketika dijahit lukanya
Beberapa hari yang lalu, Pak Haryono, petani dari desa Lugosobo sobek kakinya karena terkena bambu yang tajam. Di Klinik Umiyah, dokter jaga, dr Widya dibantu 2 orang tenaga paramedis menjahit luka Pak Haryono.

Pak Haryono sangat senang karena lukanya bisa diobati dengan segera tanpa harus melewati urusan administrasi yang berbelit-belit. Di Klinik Umiyah biaya berobat tidak pernah menjadi masalah. Cukup dengan memasukkan uang seikhlasnya ke kotak infaq, maka setiap pasien akan mendapat pelayanan sesuai permasalahan kesehatan yang dihadapinya.

Tentunya, pelayanan seperti itu tidak akan bisa terselenggara tanpa dukungan doa dari para dhuafa dan sedekah para dermawan.