Tuesday, January 31, 2012

HTTP Error 412 : Bila Hati Pada Tidak Bisa Diakses…


PDFPrintE-mail
Oleh Muhaimin Iqbal   
Rabu, 01 February 2012 07:57
Dalam dunia internet ada istilah HTTP Error 412 , yaitu ketika computer Anda berusaha mengakses server dengan prakondisi tertentu yang tidak bisa dipenuhi oleh server. Demikian pula dengan hati,  begitu banyak kebajikan yang coba dimasukkan oleh orang tua kita sejak kecil, guru-guru dan ustadz-ustadz kita – tetapi nampaknya kok sekarang tidak banyak yang bisa ‘di akses’ ya ?. Indikasinya adalah begitu banyaknya kejahatan, korupsi, ketidak adilan, pemborosan yang luar biasa bahkan oleh sekelompok elit negeri yang menyebut dirinya ‘yang terhormat’ dlsb.dlsb. Maka dialog antara dua 'programmer' dibawah barangkali bisa  mengatasi HTTP Error 412 pada hati bangsa ini.

Seorang ustadz ‘programmer’ senior bertanya kepada ustadz ‘programmer’ junior-nya: “Dapatkah kamu menginstall program iman di ‘server’ hati masyarakat, agar dia selalu ada di sana dan selalu bisa diakses ?”.

Junior : “InsyaAllah ustadz, saya akan mencobanya. Tetapi apakah program iman ini bisa di install ketika program-program yang lainnya sedang running ?

Senior : “Program apa yang sedang running ?

Junior : “Ada 30 program lain, yang lagi running ustadz !

Senior : “wow…, banyak banget ? apa saja program-program itu ?

Junior : “ Di antaranya ada syirik.COM ; kufur.EXE ; cinta_dunia.DLL ; tidak_ikhlas.COM ; takut_pada_manusia.EXE;  khiyanat.EXE;  tamak.EXE ; riya.COM ; kebencian_kedengkian.COM;  iri.DLL…

Senior : “Ooh kalau begitu sebagian program yang sedang jalan tersebut harus dihentikan dan didelete dari server. Setelah itu baru satu per satu diinstall file-file dari folder Iman ke server”.

Junior : “ File yang mana ustadz yang harus saya delete ?

Senior : “ ya yang tadi kamu sebutkan, syirik.COM, kufur. EXE ; cinta_dunia.DLL ; tidak_ikhlas.COM ; takut_pada_manusia.EXE; khiyanat.EXE dlsb. Sebagian file yang lain akan otomatis ter-delete ketika file-file dari folder Iman berhasil kamu install”.

Junior : “baik ustad, file-file tersebut sudah didelete. Sekarang apa yang perlu saya install ?”.

Senior : “dalam folder  Iman itu ada file-file Iman_kepada_Allah.EXE;  malaikat.EXE; kitab_kitab.COM; rasul2.DLL; kiamat.DLL; qada_qadar.EXE; cinta_Allah.EXE; cinta_rasul.EXE ; ikhlas.COM ; syukur.EXE ; mengharap_ampunan.DLL….

Junior : “baik ustadz, semua sudah saya install. Apakah server boleh saya jalankan lagi ?

Senior : “boleh dicoba dulu, nanti kalau ternyata folder iman di ‘server’ hati belum bisa di akses juga, mungkin ada yang belum proper di install-nya”.

Junior : “baik ustadz, saya monitor dahulu – apakah HTTP Error 412 masih muncul…

Senior : “betul, memang harus dimonitor. Disamping itu bila request yang diminta client pra-kondisinya tidak bisa dipenuhi server, sangat mungkin error itu muncul lagi. Jadi masih sangat banyak file dari folder iman yang harus kamu install lagi”.

Dalam folder Iman tersebut ada 77 file – yang mewakili cabang-cabang iman yang sudah di-compile oleh ulama ‘programer’ terdahulu Imam Al-Bayhaqi dalam kitab Shu’ab Al Iman, yaitu penjabaran detil dari system iman yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam dalam Shahih Muslim : Iman itu ada 70 lebih cabang dan malu adalah termasuk iman”.

Program (re)install iman kedalam hati masyarakat secara luas tersebutlah yang kami canangkan dalam project Quantum Iman. Semoga tidak ada yang error lagi di hati bangsa ini. Insyaallah !.

Sunday, January 29, 2012

Adab berdebat

Di suatu padepokan  pernah hidup seorang GURU yg  sangat dihormati karna tegas dan jujur.

Suatu hari, 2 murid menghadap GURU.  Mereka bertengkar hebat dan nyaris beradu fisik. Keduanya berdebat tentang hitungan 3x7.  Murid pandai mengatakan hasilnya 21,  murid bodoh bersikukuh mengatakan hasilnya 27.

Murid bodoh menantang murid pandai untuk meminta GURU sbg Jurinya untuk mengetahui siapa yg benar di antara mereka, sambil si bodoh mengatakan :
"Jika saya yg benar 3 x 7 = 27 maka engkau harus mau di cambuk 10 kali oleh GURU , tetapi kamu yg benar ( 3 x 7 = 21 ) maka saya bersedia untuk memenggal kepala saya sendiri ha ha ha ....." demikian si bodoh menantang dgn sangat yakin dgn pendapatnya .

"Katakan GURU mana yg benar ?"  tanya murid bodoh.

Ternyata GURU memvonis cambuk 10x bagi murid yg pandai  (orang yg menjawab 21).  Si murid pandai protes .  Sang GURU menjawab:  "Hukuman ini bukan untuk hasil hitunganmu, tapi untuk KETIDAK ARIFANmu yg  mau-maunya berdebat dgn orang bodoh yg tidak tau kalo 3x7 adalah 21!!"

Guru melanjutkan : lebih baik melihatmu dicambuk dan menjadi ARIF daripada GURU harus melihat 1 nyawa terbuang sia sia !

Pesan Moral,

Jika kita sibuk memperdebatkan sesuatu yg tak berguna,  berarti kita juga sama salahnya atau bahkan lebih salah daripada orang yg memulai perdebatan,  sebab dgn sadar kita membuang waktu & energi untuk hal yg tidak perlu.

Bukankah kita sering mengalaminya?

Bisa terjadi dgn pasangan hidup, tetangga, kolega.  Berdebat atau Bertengkar untuk hal yg tidak ada gunanya,  hanya akan menguras energi percuma.  Ada saatnya untuk kita diam untuk menghindari perdebatan atau pertengkaran yg sia-sia.  Diam bukan berarti kalah, bukan?  Memang bukan hal yg mudah,  tapi janganlah sekali-kali berdebat dgn orang bodoh yg tidak menguasai permasalahan.
 
ADAB BERBICARA
1. Dalam hadis Nabi Muhammad S.A.W disebutkan: “Barangsiapa yang beriman pada ALLAH SWT dan hari akhir, maka hendaklah berkata baik atau lebih baik diam.”
- (HR Bukhari Muslim)

2. Berbicara harus jelas dan benar, sebagaimana dalam hadis Aisyah r.a. : “Bahawasanya perkataan Rasulullah S.A.W. itu selalu jelas sehingga boleh difahami oleh semua yang mendengar.”
- (HR Abu Daud)

3. Seimbang dan menjauhi berlarut-larutan, berdasarkan sabda Nabi Muhammad S.A.W: “Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku nanti di hari Kiamat ialah orang yang banyak bercakap dan berlagak dalam berbicara.” Maka dikatakan: "Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui erti ats-tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa makna al-mutafayhiqun?" Maka jawab Nabi S.A.W: “Orang-orang yang sombong.”
- (HR Tirmidzi dan dihasankannya)

4. Menghindari banyak berbicara, kerana khuatir membosankan yang mendengar, sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Wa’il: “Adalah Ibnu Mas’ud ra senantiasa mengajari kami pada setiap hari Khamis. Maka berkata seorang lelaki: "Wahai Abu Abdurrahman (gelaran Ibnu Mas’ud), seandainya mahu anda mengajari kami setiap hari?". Maka jawab Ibnu Mas’ud : "Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku memenuhi keinginanmu, hanya aku khuatir membosankan kalian, kerana akupun pernah meminta yang demikian pada Rasulullah S.A.W dan beliau menjawab khuatir membosankan kami”
-(HR Muttafaq ‘alaih)

5. Mengulangi kata-kata yang penting jika diperlukan. Dari Anas r.a. bahwa Nabi Muhammad S.A.W. jika berbicara, maka baginda mengulanginya 3 kali sehingga semua yang mendengarkannya menjadi faham, dan apabila baginda mendatangi rumah seseorang, maka baginda pun mengucapkan salam 3 kali.
- (HR Bukhari)

6. Menghindari mengucapkan yang bathil. Berdasarkan hadis Nabi Muhammad S.A.W. : “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diredhai ALLAH SWT yang ia tidak mengira yang akan mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh ALLAH SWT keredhaan-NYA bagi orang tersebut sampai nanti hari Kiamat. Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai ALLAH SWT yang tidak dikiranya akan demikian, maka ALLAH SWT mencatatnya yang demikian itu sampai hari Kiamat.”
- (HR Tirmidzi dan ia berkata hadis hasan shahih; juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah)

7. Menjauhi perdebatan sengit. Berdasarkan hadis Nabi Muhammad S.A.W.: “Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapatkan hidayah untuk mereka, melainkan kerana terlalu banyak berdebat.”
- (HR Ahmad dan Tirmidzi)

Dan dalam hadis lain disebutkan sabda Nabi Muhammad S.A.W: “Aku jamin rumah di dasar syurga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah di tengah syurga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bergurau, dan aku jamin rumah di puncak syurga bagi yang baik akhlaknya.”
- (HR Abu Daud)

8. Menjauhi kata-kata keji, mencela, melaknat, berdasarkan hadis Nabi Muhammad S.A.W: “Bukanlah seorang mukmin jika suka mencela, melaknat dan berkata-kata keji.”
- (HR Tirmidzi dengan sanad shahih)

9. Menghindari banyak bergurau yang keterlaluan. Berdasarkan hadis Nabi Muhammad S.A.W: “Sesungguhnya seburuk-buruk orang disisi ALLAH SWT di hari Kiamat kelak ialah orang yang suka membuat manusia tertawa.”
- (HR Bukhari)

10. Menghindari menceritakan aib orang dan saling memanggil dengan gelaran yang buruk. Berdasarkan ayat al-Quran, Surah Al-Hujjurat:11, juga dalam hadis Nabi Muhammad S.A.W: “Jika seorang menceritakan suatu hal padamu lalu ia pergi, maka ceritanya itu menjadi amanah bagimu untuk menjaganya.”
- (HR Abu Daud dan Tirmidzi dan ia menghasankannya)

Adab dan Sopan, Rabbani

11. Menghindari dusta. Berdasarkan hadis Nabi Muhammad S.A.W: “Tanda-tanda munafik itu ada tiga, jika ia berbicara ia berdusta, jika ia berjanji ia mengingkari dan jika ia diberi amanah ia khianat.”
- (HR Bukhari)

12. Menghindari ghibah(mengutuk) dan mengadu domba. Berdasarkan hadis Nabi Muhammad S.A.W: “Janganlah kamu saling mendengki, dan janganlah kamu saling membenci, dan janganlah kamu saling berkata-kata keji, dan janganlah kamu saling menghindari, dan janganlah kamu saling mengghibbah satu dengan yang lain, dan jadilah hamba-hamba ALLAH yang bersaudara.”
- (HR Muttafaq ‘alaih)

13. Berhati-hati dan adil dalam memuji. Berdasarkan hadis Nabi Muhammad S.A.W dari Abdurrahman bin Abi Bakrah dari bapanya berkata: Ada seorang yang memuji orang lain di depan orang tersebut, maka berkata Nabi SAW: “Celaka kamu, kamu telah mencelakakan saudaramu! Kamu telah mencelakakan saudaramu!” (dua kali), lalu kata baginda SAW: “Jika ada seseorang ingin memuji orang lain di depannya, maka katakanlah: MAASYAA-ALLAHU LAA QUWWATA ILLAA BILLLAH (Sungguh atas kehendak Allah-lah semua ini terwujud), lalu barulah katakan apa-apa pujian sesuai kenyataannya.”
- (HR Muttafaq ‘alaih dan ini adalah lafzh Muslim)
Dari Mujahid dari Abu Ma’mar berkata: "Berdiri seseorang memuji seorang pejabat di depan Miqdad bin Aswad secara berlebih-lebihan, maka Miqdad mengambil pasir dan menaburkannya di wajah orang itu, lalu berkata: Nabi Muhammad SAW memerintahkan kami untuk menaburkan pasir di wajah orang yang gemar memuji."
- (HR Muslim)

ADAB MENDENGAR

1. Diam dan memperhatikan (ayat al-quran, Qaf:37).

2. Tidak memotong/memutus pembicaraan.

3. Menghadapkan wajah pada pembicara dan tidak memalingkan wajah darinya sepanjang sesuai dengan syariat (bukan berbicara dengan berlawanan jenis).

4. Tidak menyela perbicaraan saudaranya walaupun ia sudah tahu, sepanjang bukan perkataan dosa.

5. Tidak merasa dalam hatinya bahwa ia lebih tahu dari yang berbicara.

ADAB MENOLAK / TIDAK SETUJU

1. Ikhlas dan menghindari sifat senang menjadi pusat perhatian.

2. Menjauhi ingin tersohor dan terkenal.

3. Penolakan harus tetap menghormati dan lembut serta tidak meninggikan suara.

4. Penolakan harus penuh dengan dalil dan taujih.

5. Menghindari terjadinya perdebatan sengit.

6. Hendaknya dimulai dengan menyampaikan isi benarnya terlebih dulu sebelum memberi komen yang salah.

7. Penolakan tidak bertentangan dengan syariat.

8. Hal yang dibicarakan hendaknya merupakan hal yang penting dan dapat dilaksanakan dan bukan sesuatu yang belum terjadi.

9. Ketika menolak hendaknya dengan memperhatikan tingkat ilmu lawan bicara, tidak berbicara di luar kemampuan lawan bicara yang dikhuatirkan menjadi fitnah bagi diri dan agamanya.

10. Saat menolak hendaknya menjaga hati dalam keadaan bersih, dan menghindari kebencian serta penyakit hati.

Dipetik dari: www.iluvislam.com

Wednesday, January 25, 2012

77 Cabang Iman: sudahkah ada dalam diri kita

Ibarat sebuah pohon, iman itu memiliki cabang-cabang. Imam Al-Baihaqi, salah seorang terkemuka, mendaftar 77cabang iman. Anda tinggal mencocokkan apakah semuanya ada dalam diri Anda. Ataukah masih banyak yang belum melekat pada diri Anda. Mari kita lihat apa sajakah ketujuh puluh tujuh cabang tersebut.
  1. Iman kepada Allah Azza wa Jalla
  2. Iman kepada para rasul Allah seluruhnya
  3. Iman kepada para malaikat
  4. Iman kepada Al-Qur’an dan segenap kitab suci yang telah diturunkan sebelumnya
  5. Iman bahwa qadar – yang baik ataupun yang buruk – adalah berasal dari Allah
  6. Iman kepada Hari Akhir
  7. Iman kepada Hari Berbangkit sesudah mati
  8. Iman kepada Hari Dikumpulkannya Manusia sesudah mereka dibangkitkan dari kubur
  9. Iman bahwa tempat kembalinya mukmin adalah Surga, dan bahwa tempat kembali orang kafir adalah Neraka
  10. Iman kepada wajibnya mencintai Allah
  11. Iman kepada wajibnya takut kepada Allah
  12. Iman kepada wajibnya berharap kepada Allah
  13. Iman kepada wajibnya tawakkal kepada Allah
  14. Iman kepada wajibnya mencintai Nabi saw
  15. Iman kepada wajibnya mengagungkan dan memuliakan Nabi saw
  16. Cinta kepada din, sehingga ia lebih suka terbebas dari Neraka daripada kafir
  17. Menuntut ilmu, yakni ilmu syar’i
  18. Menyebarkan ilmu, berdasarkan firman Allah : “Agar engkau menjelaskannya kepada manusia dan tidak menyembunyikannya”
  19. Mengagungkan Al-Qur’an, dengan cara mempelajari dan mengajarkannya, menjaga hukum-hukumnya, mengetahui halal haramnya, memuliakan para ahli dan huffazh-nya, serta takut pada ancaman-ancamannya
  20. Thaharah
  21. Sholat lima waktu
  22. Zakat
  23. Puasa
  24. I’tikaf
  25. Haji
  26. Jihad
  27. Menyusun kekuatan fii sabilillah
  28. Tegar di hadapan musuh, tidak lari dari medan peperangan
  29. Menunaikan khumus
  30. Membebaskan budak dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah
  31. Menunaikan kaffarat wajib : kaffarat pembunuhan, kaffarat zhihar, kaffarat sumpah, kaffarat bersetubuh di bulan Ramadhan ; demikian pula fidyah
  32. Menepati akad
  33. Mensyukuri nikmat Allah
  34. Menjaga lisan
  35. Menunaikan amanah
  36. Tidak melakukan pembunuhan dan kejahatan terhadap jiwa manusia
  37. Menjaga kemaluan dan kehormatan diri
  38. Menjaga diri dari mengambil harta orang lain secara bathil
  39. Menjauhi makanan dan minuman yang haram, serta bersikap wara’ dalam masalah tersebut
  40. Menjauhi pakaian, perhiasan, dan perabotan yang diharamkan oleh Allah
  41. Menjauhi permainan dan hal-hal sia-sia yang bertentangan dengan syariat Islam
  42. Sederhana dalam penghidupan (nafkah) dan menjauhi harta yang tidak halal
  43. Tidak benci, iri, dan dengki
  44. Tidak menyakiti atau mengganggu manusia
  45. Ikhlas dalam beramal karena Allah semata, dan tidak riya’
  46. Senang dan bahagia dengan kebaikan, sedih dan menyesal dengan keburukan
  47. Segera bertaubat ketika berbuat dosa
  48. Berkurban : hadyu, idul adh-ha, aqiqah
  49. Menaati ulul amri
  50. Berpegang teguh pada jamaah
  51. Menghukumi diantara manusia dengan adil
  52. Amar ma’ruf nahi munkar
  53. Tolong-menolong dalam kebaikan dan taqwa
  54. Malu
  55. Berbakti kepada kedua orang tua
  56. Menyambung kekerabatan (silaturrahim)
  57. Berakhlaq mulia
  58. Berlaku ihsan kepada para budak
  59. Budak yang menunaikan kewajibannya terhadap majikannya
  60. Menunaikan kewajiban terhadap anak dan isteri
  61. Mendekatkan diri kepada ahli din, mencintai mereka, dan menyebarkan salam diantara mereka
  62. Menjawab salam
  63. Mengunjungi orang yang sakit
  64. Mensholati mayit yang beragama Islam
  65. Mendoakan orang yang bersin
  66. Menjauhkan diri dari orang-orang kafir dan para pembuat kerusakan, serta bersikap tegas terhadap mereka
  67. Memuliakan tetangga
  68. Memuliakan tamu
  69. Menutupi kesalahan (dosa) orang lain
  70. Sabar terhadap musibah ataupun kelezatan dan kesenangan
  71. Zuhud dan tidak panjang angan-angan
  72. Ghirah dan Kelemahlembutan
  73. Berpaling dari perkara yang sia-sia
  74. Berbuat yang terbaik
  75. Menyayangi yang lebih muda dan menghormati yang lebih tua
  76. Mendamaikan yang bersengketa
  77. Mencintai sesuatu untuk saudaranya sebagaimana ia juga mencintainya untuk dirinya sendiri, dan membenci sesuatu untuk saudaranya sebagaimana ia juga membencinya untuk dirinya sendiri

Belajar dari Pak Sariban

Sariban
SAYA sudah menduga, perjalanan menuju kantor hari-hari ini akan memakan waktu lebih lama. Sebab, musim hujan yang disertai angin kencang kini akrab menyapa warga Jakarta. Selain banjir, proyek penggalian tanah untuk gorong-gorong, robohnya baliho, juga puluhan pohon tumbang menambah daftar kemacetan jalan-jalan di Jakarta. Namun, yang memprihatinkan saya adalah banyaknya sampah yang menumpuk di pinggir jalan, bahkan sebagian ada yang tercecer di bahu jalan.

Melihat pemandangan seperti itu, saya teringat sosok Sariban, Relawan Peduli Lingkungan Hidup Bersih (RPLHB) Kota Bandung, Jawa Barat.

Setiap hari, Sariban mengayuh sepeda kumbang warna hitam warisan zaman Belanda menyusuri sudut-sudut Kota Bandung. Tugasnya sangat mulia yaitu membersihkan sampah.

“Saya melakukan pekerjaan ini karena cinta kebersihan,” ujar pria kelahiran Magetan Jawa Timur, 7 Agustus 1943 ini.

Kepedulian terhadap lingkungan rupanya telah menyatu dalam jiwa Sariban. Meski usianya telah lanjut, warga Jalan Terusan Cikutra Barat, RT 05/20 Cikondang, Kecamatan Coblong Kota Bandung ini masih saja berkarya demi kebersihan dan keindahan Kota Bandung.

Setiap hari, sebelum berangkat Sariban melakukan persiapan dengan membuat jadwal berupa peta jalan yang akan dilaluinya. Juga tak lupa selalu membawa sapu lidi, keranjang sampah, sekop sampah, linggis, tang, dan palu. Selain itu, ada asesories lain yang menghiasi sepedanya seperti bendera merah putih ukuran kecil.

Ia memakai baju kuning khas petugas kebersihan. Ia menyapu sampah, membersihkan spanduk ilegal, pamflet dan paku-paku yang menancap di pohon. Pekerjaan ini dimulai pada jam 8.00 hingga 14.00.

Jika akhir-akhir ini heboh dengan ranjau paku yang ditebar di beberapa jalan di Jakarta, dan konon sudah dibersihkan oleh beberapa relawan, lain lagi yang dilakukan Sariban. Yang unik dilakukan Sariban adalah membersihkan paku-paku yang menancap di pohon.
Menurut Sariban, sejak Agustus 2003 hingga Mei 2007 saja, paku yang telah terkumpul jumlahnya mencapai 14 karung beras. Masing-masing karung berisi 25 kilogram paku.
“Orang-orang yang tidak bertanggung jawab itu memasang spanduk, pamflet atau pengumuman di pohon dengan cara memakunya. Pohon itu jangan disakiti dan dilukai, tapi harus dijaga dan dipelihara,” kata Sariban prihatin.

Pria yang mempunyai motto: ”Kerja keras nampak hasilnya” ini pada 1988 pernah berkeliling Jawa dengan sepeda kumbang pemberian Kepala RS Mata Cicendo. Pada 1992, sepeda kumbangnya itu dikayuhnya lagi dari Bandung ke Bali. Tujuannya sama, yakni melakukan kampanye kebersihan lingkungan.

Kenapa Pak Sariban tertarik menggeluti dunia sampah? “Allah itu indah, dan mencintai yang indah. Allah itu bersih, dan mencintai yang bersih,” tegasnya.

Ternyata, tugas mulia yang dilakukan Sariban tidak selamanya berjalan mulus. Banyak rintangan dan tantangan yang harus dihadapinya. Bukan saja dari masyarakat, tapi juga dari istri, anak, dan keluarganya sendiri. Namun, lambat laun akhirnya mereka mengerti.

Bahkan pernah muncul tuduhan bahwa dirinya orang gila. Meski demikian, ia mengaku tidak sakit hati dan tetap bekerja pantang menyerah. Malah, tudingan itu menjadi pendorong baginya untuk terus berkarya. “Saya biarkan mereka mau ngomong apa saja. Saya yakin, setiap yang menanam kebaikan akan berbuah kebaikan pula,” katanya.

Akhirnya, perjuangan itu membuahkan hasil. Sariban mendapatkan berbagai penghargaan dibidang lingkungan, di antaranya dari Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim pada 1988.

Berbagai penghargaan yang ia peroleh tidak membuatnya besar kepala. Ia tetap sederhana dan polos.
“Saya senang, tapi bukan berarti akhir dari perjuangan,” katanya bersemangat.

Cintanya kepada kebersihan lingkungan seolah membuat Sariban lupa dengan usianya. Usia yang senja tak menghalanginya memberikan yang terbaik untuk lingkungan. Sungguh, sebuah pelajaran yang perlu ditiru dari pejuang kebersihan, tentang keikhlasan, kesungguhan, dan kegigihan yang ditampilkan oleh Sariban. Sosok yang kecil namun memiliki cita-cita yang besar.

Saya malu pada Sariban. Saya juga malu pada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan banyak kenikmatan dalam kehidupan saya. Tetapi, semangat saya kalah dibandingkan dengan seorang kakek renta yang kini berusia 69 tahun itu. Saya hanya berdoa, semoga masih ada hari esok bagi saya untuk bisa berbuat yang terbaik untuk orang lain.

Teriakan Sariban, ”Ayo jaga kebersihan....ayo jaga lingkungan......!” ketika berkeliling Kota Bandung memotivasi saya untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.

Masih senang membuang sampah sembarangan?. */Dadang

Dikutip dari: http://www.hidayatullah.com/read/20821/25/01/2012/belajar-pada-sariban.html

Saturday, January 21, 2012

TKI juga berhak sukses

TKW disiksa. TKW dilecehkan. Pelanggaran kontrak gaji. Majikan yang melakukan kekerasan bahkan pembunuhan pada TKI yang bekerja pada mereka. Itulah serentetan berita duka yang sering kita lihat di media berita.
Tak heran, karena menurut catatan kementrian luar negeri kasus kekerasan terhadap tenaga kerja Indonesia tahun 2010 mencapai 4.532 kasus! Angka itu diperoleh berdasarkan laporan dari seluruh kedutaan besar RI di dunia. Dan bisa jadi,banyak juga kasus kekerasan yang tidak terdeteksi atau tidak dilaporkan.
Bukan soal kedukaan yang akan kami kisahkan di episode ini. Tapi Kick Andy mengajak anda semua untuk melihat kisah-kisah tentang sejumlah TKI yang memiliki cerita berbeda. Seperti kisah Nuryati Solapari, mantan TKW di Arab Saudi.
Keputusan Nuryati untuk menjadi seorang TKI adalah demi memenuhi cita-citanya untuk melangsungkan pendidikan ke jenjang kuliah. Kondisi ekonomi keluarga sangat tidak memungkinkan baginya untuk berkuliah, meski dia berpredikat lulusan terbaik di SMA-nya. Maka Nuryati pun menjadi TKW di Arab Saudi pada kurun waktu tahun 1998 – 2001. Ia bekerja sebagai baby sitter atau pengasuh bayi bagi keluarga arab yang memiliki dua orang anak.
Dengan uang hasil keringatnya itulah, kemudian Nuryati mendaftar kuliah di universitas Tirtayasa, Banten. Dengan upaya keras, terutama soal mencari biaya, Nuryati tak hanya meraih gelar sarjana di kampus itu, Ia juga berhasil meraih gelar S2-nya di bidang hukum.
Mantan TKW yang kini bekerja sebagai dosen di kampus almamaternya itu, juga sedang menyiapkan diri untuk meraih gelar doctor. “Saya ingin menjadi TKW yang bisa mencapai gelar professor,” ujar Nuryati di Kick Andy.
Pergi untuk menjadi TKI memang harus punya target. Setidaknya itu yang diyakini Imam Nahrawi sebelum memutuskan menjadi TKI ke Korea di tahun 2000. Imam berangkat menjadi TKI ke Korea Selatan dengan target untuk mengubah kehidupan, karena gaji sebelumnya sebagai pekerja di pabrik pengolahan pisang, dirasa tidak kunjung cukup.
“Istri saya sempat berpesan dan memberi saya 2 pilihan saat akan berangkat yaitu, pulang dan berhasil membuat iri tetangga karena sukses, atau pulang dengan malu karena disorakin tetangga karena tidak suskes,” tutur Imam.
Berbekal pesan dari sang istri tadi, Imam pun bekerja di perusahaan tekstil di Pusan, Korea Selatan. Tekad, usaha keras dan kejujuran yang membuat imam bisa mengumpulkan banyak modal untuk menjadi pengusaha di tanah kelahirannya, setelah ia kembali dari korea tahun 2002. Kini Imam memiliki sejumlah usaha. Semua asset yang dibangun dari modal gaji yang dia kumpulkan selama bekerja di Korea itu, kini mencapai milyaran rupiah.
Uniknya lagi, Imam kini membangun sebuah pasar yang diperuntukan bagi para mantan TKW/TKI. Pendirian pasar ini katanya, merupakan wujud prihatin karena banyak ditemukan mantan TKI yang kembali miskin setelah pulang ke kampung halamannya, akibat para mantan TKI berperilaku konsumtif dan tidak bisa mengelola uang hasil jerih payah selama bekerja di luar negeri.
Lain lagi kisah Maryam, mantan TKW di Hongkong. Para TKI bisa belajar banyak bagaimana trik-trik Maryam dalam mengumpulan uang tambahan selama menjadi TKW disana. Pekerjaan utama Maryam di Hongkong adalah menjadi pembantu rumah tangga di sebuah keluarga, sekaligus menjadi pengurus seorang manula. Di sela-sela itu, Maryam sangat jeli melihat peluang bisnis yang menghasilkan keuntungan. Ia mengaku tak mau konsumtif seperti TKW-TKW lainnya.
Soal TKW di Hongkong, memang bukan cerita baru. Banyak kisah tentang TKW yang terlilit hutang di sana, karena kebiasaan yang konsumtif disana. “Bayangkan di sana itu ada banyak TKW yang kalau ulang tahun itu mengadakan pesta, hingga menghabiskan 3 bulan gajinya,” kata Maryam.
Sineas muda Lola Amaria yang memproduksi film “Minggu Pagi di Victoria Park” juga membenarkan soal kegiatan konsumtif itu. Bahkan, menurut Lola, pekerja Indonesia di sana yang kebanyakan perempuan itu juga gampang terjerat oleh para pria-pria bertampang india. “Mereka suka membelanjakan uangnya untuk para pria-pria itu,” ujarnya.
Kisah dari Jepang lain lagi. Zulkifli, pemuda asal Kendari Sulawesi Tenggara, menjadi TKI di sana selama 6 tahun. Di sela-sela pekerjaannya, Zul sering menyempatkan waktu untuk bermain musik, dengan membeli alat-alat music bekas untuk menyalurkan hobinya. Bahkan beberapa kali ia sempat memiliki kesempatan untuk manggung di kedutaan Indonesia di Tokyo Jepang.
Lagu Aishiteru yang kini popular adalah salah satu karya yang ia ciptakan sambil mengerjakan tugasnya sebagai di sebuah pabrik. Katanya, itu adalah sebuah lagu yang mengungkapkan kegundahannya sebagai lelaki yang terpaksa harus berjauhan dengan sang istri. “Mesin di pabrik itu kan berisik sekali, jadi saya teriak-teriak aja nyanyi lagu itu, orang Jepangnya juga gak denger,” kata Zul diakhiri tawa.
Sekembalinya dari Jepang, Zul memantapkan karirnya di dunia musik tanah air. Lagu yang yang ia teriakan saat bekerja di pabrik itu kini sudah populer di kancah musik Indonesia. Dan Zul membawa lagu yang berjudul Aishiteru itu dengan bendera grup band Zivilia.
Inilah kisah-kisah yang akan memberi inspirasi bagi kita semua, tentang semangat dan perjuangan saudara-saudara kita para TKI/YKW hingga bisa meraih sukses.

Berbagi dalam keterbatasan

Pada saat berusia 19 tahun, Sugeng Siswoyudono kehilangan satu kaki akibat kecelakaan lalu lintas. Di usia yang sama, Muhamad Junaidi mengalami kelumpuhan kedua kakinya setelah sakit panas. Bagi sebagian orang, mungkin inilah ’akhir kehidupan’. Tapi tidak bagi Sugeng dan Muhamad Junaidi. Mereka mendobrak keterbatasan akibat musibah menjadi sebuah spirit, yang tidak hanya berguna bagi diri sendiri, tapi juga untuk orang lain. Mereka bahkan mampu membantu sesama penyandang cacat untuk hidup mandiri. Adalah Sugeng Siswoyudono yang harus menghapus cita-citanya menjadi tentara dan ia harus melanjutkan hidup dengan bantuan kaki palsu. Karena sering gonta-ganti kaki palsu, akhirnya Sugeng belajar sendiri untuk membuat kaki palsu. Sugeng yang selalu kreatif sering membuat terobosan-terobosan baru dalam pembuatan kaki palsu. Kini ia sudah memiliki sejumlah anak buah untuk membantunya mengerjakan kaki palsu pesanan. Pada perjalanannya ia sering membantu orang-orang yang juga kehilangan kaki, akibat kecelakaan. Bantuan ia berikan antara lain, membuatkan kaki palsu bagi mereka dan mengajarkannya untuk bisa membuat sendiri. Tak hanya itu, Sugeng juga sering membantu orang-orang yang frustrasi karena kehilangan kaki, memberinya motivasi untuk bangkit dan bersemangat kembali. Namun, Sugeng memiliki cara yang unik dalam memberikan motivasi. ”Ada pasien yang baru kehilangan kedua kakinya, saya bilang saja, kamu sudah gak berguna pantesnya dibuang saja ke kali,” kata Sugeng yang tampil di Kick Andy dengan gaya kocaknya. Tentu saja, cercaan ini tak dimaksudkan Sugeng untuk menghina. Menurutnya cara yang ia lakukan adalah ibarat sebuah tempaan, agar para penyandang cacat dadakan itu menjadi tahan banting. Hal itu diakui oleh Ragil, seorang pemuda yang kehilangan satu kakinnya tahun lalu. ”Pertama kali bertemu Mas Sugeng, saya ingin sekali menonjoknya. Tapi sekarang saya berterimakasih,” katanya. Selain memberi motivasi, Sugeng juga telah membuatkan kaki palsu bagi Ragil. Perlu diketahui juga, bahwa untuk semua servis yang ia berikan pada pasien-pasiennya, Sugeng tidak mematok bayaran bahkan lebih sering tanpa bayaran alias gratis. Usaha bengkel kaki palsu memang bukan sesuatu yang komersil bagi Sugeng, tak heran jika kehidupan ekonomi Sugeng pun tampak biasa-biasa saja. Untuk kehidupan sehari-hari, Sugeng berjualan susu sapi. Bukan dari sapi miliknya, tapi ia mengambil secara kulakan dari luar kota, dan kemudian menjualnya lagi secara eceran. Tiap hari, Sugeng mengendarai motor untuk mengantarkan susu, yang di pesan pelanggannya. Sementara itu dari Solo, Kick Andy mengundang Muhamad Junaidi alias Joned yang kedua kakinya telah lumpuh sejak sembilan tahun lalu. Ia berhasil melewati masa frustasi dengan kemudian memutuskan untuk bangkit dengan belajar menjahit di Rehabilitation Center Solo. Setelah dua tahun belajar, ia pun merintis menjadi penjahit dengan modal berupa dua mesin pinjaman milik kepala desa. Ia selalu mengutamakan pelayanan yang baik pada pelanggannya, hingga usaha jahit yang ia beri nama ”Joned Taylor” itu kini berkembang. Saat usahanya maju, ia teringat masih banyak teman senasib yang pasti sangat sulit menemukan lapangan kerja. Maklum, menurutnya, diskriminasi di dunia kerja masih terjadi pada orang-orang yang memiliki keterbatasan alias cacat. Junaidi kemudian menyisihkan uang rupiah demi rupiah dari hasil usaha menjahitnya. Setelah terkumpul jumlah yang cukup, ia pun menghubungi pihak Rehabilitation Center Solo, dan mengajukan tawaran untuk melakukan pelatihan menjahit pada penyandang cacat di sana. ”Soal benang, dan bahan jahitan saya yang tanggung,” tandasnya. Alhasil Joned pun memberi pelatihan pada beberapa penyandang cacat. Maklum, dana yang ia kumpulkan tak banyak sehingga pada kali pertama, hanya segelintir orang saja yang ia latih. Namun, upaya membantu saudara senasibnya itu, terus dilakukannya sampai sekarang. Dan kini puluhan orang yang ia bantu sudah bisa berusaha secara mandiri. ”Saya ingin para penyandang cacat hidup mandiri dan tidak jadi peminta-minta di lampu merah,” katanya. Inilah, sebuah bukti bahwa dalam keterbatasan sekalipun, masih ada cara untuk tetap bisa berbagi.

Tidak ( perlu) tunggu tua untuk mulai berbagi


Gempuran iklan yang sangat persuasif ternyata tidak selalu berhasil mendorong orang-orang muda untuk hidup konsumtif. Ada juga orang muda yang punya banyak duit, mandiri, pergaulan luas, namun lebih memilih untuk mendedikasikan diri ke hal-hal sosial daripada menghabiskan waktu di dugem (dunia gemerlap) dengan teman-temannya.
"Bagaimana mau dugem jika waktu untuk kerja saja sering saya pakai untuk kerja sosial ini. Habis bagaimana lagi, anak-anak itu butuh hiburan dan biaya," kata Andi Lim (29), seorang desainer interior yang memiliki perusahaan sendiri. Dia bersama dua temannya yang lain, Vanesa Wen (30) dan Prasetyo Boogie (30), menjadi sukarelawan yang menghibur anak-anak penderita kanker di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan RS Dharmais. Anak-anak yang mereka hibur itu adalah anak-anak dari kalangan menengah bawah, dan tidak punya cukup uang untuk sekadar mengurangi rasa sakit.
Adapun Elizabeth Widjaja (34) mengaku tidak punya waktu sama sekali karena dirinya sibuk menjadi pengelola sebuah TK bagi anak-anak yang tidak mampu.
"Banyak orang jalan-jalan liburan pada bulan Juni-Juli, saya justru tidak bisa. Di kedua bulan itu saya lagi sibuk-sibuknya melakukan acara pelepasan murid, menyusun kurikulum, dan penerimaan murid baru. Bagaimana bisa jalan-jalan," kata Eli, panggilan dia sehari-hari.
Eli adalah pemilik sekaligus pengelola Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak Pelangi yang terletak di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Sekolah ini memakai ruang tamu sebagai kelas bagi 55 murid yang belajar di sana.
"Saya melihat, ruang tamu saya yang begitu besar ternyata tidak ada fungsinya. Setiap kali tamu datang, mereka masuk lewat garasi, lalu duduk di ruang tengah. Akhirnya, daripada tidak terpakai, saya pakai saja untuk sekolah gratis bagi anak-anak yang tidak mampu," kata Eli.
Eli tersentuh untuk membuat sekolah, karena walaupun dia tinggal di daerah elite, ternyata banyak keluarga yang kurang mampu tinggal di sekitar kawasan elite itu. Dia melihat, banyak anak yang mengalami kesulitan di SD karena mereka tidak melalui TK. "Saat ini tidak ada TK yang murah. Karena tidak mampu menyekolahkan, orangtua memilih membiarkan anak-anaknya bermain di luar," cerita Eli yang mulai menjalankan TK itu sejak tahun 2003.
Ketika Eli memutuskan rumahnya dijadikan sekolah, dia langsung pergi ke RT, RW, dan Kelurahan untuk minta izin. Dia juga mencari sebuah yayasan yang bisa memasok guru ke sekolah itu. "Saya tidak mengurus izin resmi karena saya tidak punya dana untuk itu. Sekolah saya ini boleh dibilang gratis, dan sponsor utamanya adalah suami saya. Tujuan saya hanya mengisi anak- anak dengan sesuatu yang positif, sama sekali tidak mencari keuntungan materi," tegas istri seorang vice president di sebuah perusahaan modal asing ini.
Eli tidak hanya memberikan bermacam kegiatan untuk melatih motorik halus anak-anak. Dia juga mengenalkan anak-anak dengan kegiatan luar ruang. Dia membolehkan anak-anak itu latihan berenang di kolam renang pribadinya. Selain itu, setiap akhir tahun ajaran, anak kelas C mengadakan kemping bersama selama tiga hari dua malam di halaman kosong samping rumah Eli. "Ide awalnya adalah membawa anak-anak jalan- jalan. Pertama kali kami pergi ke Ragunan, karena biayanya murah. Setelah itu kami bingung mau ke mana lagi, karena tiket masuk di tempat lain mahal semua. Akhirnya, saya beli saja dua buah tenda besar, lalu anak-anak itu saya ajak kemping. Ternyata, walau mereka sering main di luar, kegiatan kemping sangat mengasyikkan buat mereka," cerita Eli.
Eli tidak hanya mengisi hal-hal yang positif pada anak- anak saja. Dia juga tergerak memberdayakan orangtua yang mengantar anak sekolah dengan membuat berbagai macam benda dari barang bekas. "Ketika sekolah sudah berlangsung enam bulan, saya lihat banyak ibu-ibu yang ngerumpi saja ketika menunggu anak. Akhirnya, saya putar otak, daripada bengong dan ngobrol yang tidak jelas, lebih baik mereka membuat sesuatu. Bahan baku saya sediakan, mereka hanya tinggal belajar bagaimana membuatnya. Sekarang, banyak sekali yang telah dibuat oleh ibu- ibu itu. Celengan, tempat sepatu, pin, gantungan kunci, hiasan magnet, dan sebagainya. Waktu ada Festival Jalan Kemang, barang-barang itu banyak yang terjual. Uangnya, ya, buat ibu- ibu," kata Eli yang memang sejak remaja senang menjadi sukarelawan di panti-panti asuhan.
Eli sudah menghitung, biaya operasional untuk kegiatannya ini memerlukan dana sekitar Rp 65 juta setahun. Dana ini sebagian besar diambil dari gaji suami. Sisanya, beberapa kali Eli mendapat bantuan dari teman- temannya.
Penderita kanker
Jika Eli sehari-hari disibukkan mengurus murid dan orangtua murid, Andi, Boogie, dan Vanesa banyak menghabiskan waktu di RSCM dan RS Dharmais sejak tahun 2003. Mereka datang untuk memompa semangat anak- anak yang menderita kanker dan keluarganya.
"Meskipun hanya kunjungan, tetapi anak-anak dan keluarganya sangat bahagia. Padahal kami tidak saling kenal. Jika kebetulan kami membawa artis yang mau ikutan, biasanya keluarga pasien sangat terhibur," ujar Boogie yang sehari-hari bekerja sebagai manajemen artis.
Andy mengaku tersentuh melihat penderitaan anak-anak itu karena mereka hanya mendapatkan fasilitas yang minimal. "Mereka menjalani kemoterapi dengan fasilitas seadanya. Setelah kemo, mereka tidak diberi obat pengurang rasa sakit karena obat itu sangat mahal. Bayangkan, orang dewasa saja kesakitan, apalagi anak-anak kecil itu," kata Andi yang bersyukur karena sembuh dari sebuah penyakit gara-gara malpraktik.
Vanesa mengatakan, bantuan yang mereka berikan dibagi dalam dua bentuk. Jika penderita tidak memiliki angka harapan hidup yang tinggi, mereka membantu dalam bentuk hiburan atau perbaikan nutrisi. Sementara untuk penderita yang masih memiliki angka harapan hidup cukup tinggi, bantuan lebih diarahkan untuk pembelian obat-obatan, termasuk obat pembunuh rasa sakit.
"Ada empat anak yang telah kami tolong. Tetapi tiga di antaranya sudah dipanggil Yang Kuasa. Untungnya, sebelum meninggal, mereka masih bisa bermain dengan boneka yang kami berikan. Tidak ada peristiwa yang lebih indah selain melihat mereka tersenyum saat main boneka itu," kata Vanesa yang berprinsip hidup harus mempunyai makna bagi orang lain.
Mereka bertiga mengakui, dana untuk melakukan kegiatan itu cukup besar. Selama ini dana itu berasal dari kantong pribadi mereka. Namun, mereka melihat kebutuhan untuk membeli obat- obatan semakin tinggi. Apalagi anak yang minta bantuan juga semakin banyak. Akhirnya, minggu lalu, mereka melakukan konser musik untuk mengumpulkan dana. Untuk itu, akhirnya mereka membentuk Yayasan Untuk Cinta, agar lebih mudah jika melakukan kegiatan pengumpulan dana.
"Dana yang terkumpul mencapai Rp 140 juta kotor, yang terkumpul dari donasi dan penjualan tiket. Banyak artis yang mendukung, dan mereka tidak minta bayaran. Kami melihat, sebenarnya banyak sekali orang yang mau membantu kerja amal, tetapi mereka tidak tahu caranya," kata Boogie, anak seorang dokter bedah plastik yang sejak kecil terbiasa melihat ayahnya membebaskan biaya pengobatan bagi pasien tidak mampu

Friday, January 20, 2012

Akibat sedekah, penarik becak berubah kehidupannya.

Banyak orang yang selamanya hidup susah.  Namun tidak kurang banyaknya orang yang bisa berubah hidupnya. Hidup Paris Sembiring berubah dari tukang becak menjadi pengusaha pembibitan tanaman yang sukses sejak dia menyedekahkan sebagian pohon yang disemainya.
Pohon adalah nafas bagi kehidupan manusia, dan tanpanya maka manusia akan mati. Prinsip inilah yang dipegang teguh oleh Paris Sembiring dalam setiap aktivitasnya. Di setengah abad usianya, Paris seakan tak kenal lelah dan terus berupaya membangun kesadaran masyarakat yang ditemuinya agar senantiasa membangun keharmonisan antara manusia, alam dan lingkungan hidupnya. “Yang harus dilakukan saat ini adalah bagaimana agar masyarakat termotivasi menjaga kelestarian lingkungan hidup melalui penanaman pohon,” jelas Paris. Masih menurutnya, kerusakan lingkungan hidup akibat kerakusan manusia telah menyebabkan alam murka sehingga bencana seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, dll, menimpa Indonesia.
Upaya tersebut mulai dilakukan Paris sejak tahun 1976. Laki-laki yang awalnya berprofesi sebagai tukang becak ini menemukan banyak sekali biji pohon mahoni berjatuhan di tempat ia dan becaknya beristirahat siang. Kemudian ia membawa biji-biji tersebut pulang dan mulai melakukan penyemaian di halaman rumah yang disewanya. “Pohon mahoni besar itu sudah memberiku keteduhan saat tidur siang. Jadi tergerak hatiku membibitkan bijinya dan menanamnya. Kuncinya asal mau saja, penarik becak pun tidak tertutup kesempatannya berjasa untuk lingkungan. Kita harus pikirkan, karena pohon-pohon itu kita bisa bernafas. Mari kita sama-sama menanam, minimal satu pohon satu orang,” katanya.
Pada tahun 1978 Paris berhenti menarik becak, dan memutuskan membuka warung kopi di Simpang Pos, kota Medan. Di tanah kosong seluas 4.000 meter di belakang rumah sewaannya itu, Paris mengelola pembibitan berbagai jenis tanaman. Semakin lama pembibitan tersebut semakin besar. Ia pun semakin mantap memproduksi bibit penghijauan dan buah, dalam jumlah besar. Paris kemudian membeli lahan di Desa Lango Seprang, Kecamatan Tanjung Morawa, Medan seluas 4 hektar dan menjadikan lokasi tersebut sebagai tempat persemaian. “Semangat saya pun makin tinggi. Ada bibit yang dijual, ada yang dibagi-bagi untuk penghijauan,” katanya.
Sejak saat itu, nama Paris terkenal di kalangan konservator, penggiat lingkungan, instansi pertanian, kehutanan dan lingkungan hidup di kalangan gereja, tokoh agama, pemuda dan pelajar. Paris yang putus sekolah dari bangku kelas II SMP Masehi sering diundang memberi pelatihan bagi kader lingkungan, membuat persemaian hingga ke seminar-seminar berkelas. Ia duduk bersama para profesor pertanian sebagai narasumber. Perjalanannya semakin sibuk ke berbagai daerah di Indonesia, aktivitasnya padat dan pekerjaannya didedikasikan untuk lingkungan dan masyarakat sosial. Tak sekadar berorientasi pribadi, Paris menyumbangkan bibit-bibit yang dimilikinya kepada masyarakat. Bapak lima anak ini juga gigih membentuk kader konservasi lingkungan hidup. Saat ini tercatat 300 kelompok kader konservasi di Sumatera hasil pembinaannya dengan keanggotaan 15-40 orang per kelompok. Ratusan desa didatanginya. Tak hanya wilayah yang tergolong aman, Paris juga masuk ke wilayah yang menjadi basis Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Ia mengaku tak mengalami kesulitan apapun dalam pendekatan kepada masyarakat termasuk dengan pasukan dan pendukung GAM. “Sebab saya datang sebagai saudara mereka,” ucapnya.
Upaya Paris dalam melestarikan lingkungan hidup lebih dari 10 tahun membuatnya dianugerahi 45 piagam penghargaan, diantaranya: Kalpataru kategori Pembina Lingkungan Hidup (2003) dan Kader Konservasi Alam Terbaik I Tingkat Nasional dan Penghargaan Bintang Lingkungan Hidup dari Yayasan Hayati Indonesia (Agustus dan Desember 2008). ”Bumi ini adalah rumah kita, jadi harus kita jaga dan rawat. Agar kelak tetap baik kita wariskan kepada anak cucu,” tegasnya. Perhargaan tertinggi di bidang lingkungan hidup di Indonesia itu, tidak membuatnya puas. Tanggungjawab moralnya justru semakin besar. Bulan Juni 2004, Paris mendirikan Bank Pohon Sumatera Utara di lahan 1 hektar di Jalan Jamin Ginting Km 15,5 Medan. “Kebahagiaan batin dan berbuat untuk menyelamatkan lingkungan lebih menyenangkan daripada memikirkan harta benda. Lihat itu mobil saya, tetap yang bekas-bekas. Kalau berpikiran berbisnis dari bibit ini, bukannya tak bisa mendapatkan limousin,” kata Paris.
Tak kurang 30 juta bibit tanaman telah dibuat Bank Pohon Sumut dan distribusikan secara gratis kepada masyarakat. Bekerjasama dengan Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Sumatera, Bank Pohon terus berkembang. Saat ini terdapat 12 Bank Pohon di 10 Provinsi, meliputi Medan, Solok, Bengkulu, Palembang, Lampung, Pangkal Pinang, NAD, Tanjung Pinang, Jambi, Karo, Padang Panjang, dan Pekanbaru.

Sumber: http://kickandy.com/heroes/index.php/candidate/2011/03/18/78/2054/1/

dr Irina Among Praja, guru anak pemulung


Semenjak kecil rasa ingin tahu tentang banyak hal, membuat Dr. Irina Among Praja selalu bertanya tentang apa saja yang menurutnya menarik. Namun dirinya tidak pernah puas atas setiap jawaban yang dia dapat. Begitu pula ketika Ia meniti kehidupan kaum-kaum minoritas seperti anak-anak pemulung yang nasibnya kurang beruntung dalam dunia pendidikan. Di usia mereka seharusnya mendapat hak menikmati bangku sekolah seperti anak-anak Indonesia lainnya, bukan mengais-ngais sampah atau kardus bekas. Apa yang dilakukan Irina agar mereka bisa bersekolah?

Anak adalah anugerah terindah dari Sang Pencipta. Mereka hadir dalam kehidupan atas nama cinta. Perhatian dan kasih sayang adalah senjata untuk menjadikan mereka generasi penerus bangsa yang memiliki nilai budi perkerti dan akhlak yang baik tentunya. Mulai dari lingkungan kecil seperti keluarga, hingga yang bersifat formal seperti sekolah, merupakan tempat dimana mereka seharusnya berada. Bukan di jalan. Namun tidak semua generasi penerus bangsa ini memiliki kesempatan untuk mengenyam bangku sekolah, terlebih lagi bagi mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu. Banyak di antaranya mereka yang harus membenam mimpi mereka untuk mendapat pendidikan, terutama bagi anak-anak mereka. Padahal sekolah adalah tempatnya mencetak ‘Habibie’ berikutnya. Miris memang disaat negeri ini sedang berbenah diri menghadapi persaingan global menuntut sumber daya manusia berkualitas, Indonesia yang katanya punya segalanya kalah bersaing dengan bangsa lain.
Berangkat dari keprihatinan dan rasa kepedulian yang tinggi terhadap anak bangsa, Dr. Irina Among Praja mencoba memperbaiki sedikit demi sedikit akar masa depan bangsa ini. Berbagi untuk kaum yang terpinggirkan, mengajak anak-anak pemulung untuk bersekolah. Ya.. “Sekolah Kami” rumah dimana mereka mencari ilmu untuk bekal di masa depan berdiri tahun 2001 di Bintara, Bekasi.
Sekolah yang tadinya tempat pembuangan sampah ini, disulap mejadi ’istana’ para pemulung kecil oleh Irina. Siapa sangka dari tempat yang kotor dan bau, berdiri sebuah sekolah yang di dalamnya terasa kental aura kasih sayang dan ketulusan. Disinilah harapan anak bangsa yang tadinya tersingkirkan bisa menatap kembali masa depan mereka.
Sedikit bercerita, awalnya memang tidak mudah mengajak anak-anak pemulung ini untuk sekolah. “Yang ingin mereka sekolah ya aku, bukan mereka, kalau menunggu mereka mau sampai kapan harus menunggu. Karena mereka biasanya selalu menganggap sepele urusan pendidikan, khususnya para orang tua. Buat mereka yang penting tiap harinya kerja dan bisa makan, untuk apa sekolah lebih baik cari uang ” tegas Irina kepada Inijakarta.com dengan nada sedikit geregetan. Uniknya Irina punya cara tersendiri mengajak anak-anak pemulung untuk pergi sekolah. Mereka dijemput menggunakan mobil. Kenapa ? “Karena kalau tidak dijemput namanya pemulung jalan kaki ke sekolah lihat kardus dipungut, kapan sampainya.” Tambah Irina.
Kerja keras serta keikhlasan Irina bersama teman-teman bak setetes embun penyejuk di tengah kekeringan. Ketika sekolah-sekolah negeri dan swasta berlomba dalam biaya pendidikan, Irina justru menyelenggarakan pendidikan gratis. Sebanyak 120 siswa diajari membaca, menghitung, dan pelajaran umum lainnya, namun titik be­ratnya lebih ke pendidikan akhlak; kejujuran & sopan santun.
Kepolosan terlihat dari wajah mereka yang antusias mengikuti pelajaran dikelas. Sesekali canda tawa mewarnai tingkah laku mereka. Pada dasarnya mereka dididik untuk menjadi manusia yang beretika. ”Kita berusaha menjembatani anak-anak yang belum atau sudah untuk kembali ke sekolah. Mengerjakan apa yang mereka butuhkan dan kita mampu” ungkap wanita asal Bandung, Jawa Barat.
Selain itu, Irina membekali mereka dengan keterampilan seperti membuat pembersih lantai, sabun cair untuk cuci piring & cuci tangan. Juga membuat tas dari kertas daur ulang, kartu ucapan, belajar menjahit, membuat kue, dan membuat pupuk kompos. Hebat ya? Padahal Irina dan rekan mendidik anak-anak dengan sukarela alias tanpa digaji seperak pun.
”Belajar peduli pada orang lain terutama pada mereka yang membutuhkan itu memang tidak mudah. Padahal kan didalam harta kita ada 2.5% hak mereka kurang mampu. Sepertinya kita perlu sekali kali pakai bahasa hati untuk bisa mengerti arti sebuah makna.” tegas wanita 52 tahun ini. Usaha dan kerja keras serta kepedulian Irina terhadap pendidikan patut kita tiru. Kalau bukan kita yang peduli, siapa lagi?.
Alamat Sekolah Kami: Jl. Bintara Jaya IV Dalam Rt 9/3 Bekasi Barat
Alamat dr Irina: Jl. Cipinang Indah Raya E/3 A Jkt 13420 Telp. 021 850 4885

dikutip dari: http://www.inijakarta.com/inspirasi-jakarta/dr-irina-among-praja-sukses-mendidik-anak-pemulung/

Sunday, January 15, 2012

Tindakan luar biasa, balasannya juga luar biasa

Kalau kita menanam padi, maka kita akan memanen beras. Sangat jelas dan semua orang paham. Kalau kita malas-malasan, hasil kerja kita juga akan minimal. 
Bagaimana kalau yang kita kerjakan sesuatu yang luar biasa? Apakah hasilnya juga luar biasa?
Kita bisa belajar dari pengalaman berikut ini yang saya olah dari website Kick Andy dan menonton tayangan tersebut melalui youtube.


Apa  yang dilakukan para narasumber di Kick Andy memang luar biasa. Di tengah keterbatasan fisik dan ekonomi yang melilit, mereka ternyata masih mau berbagi kepada orang yang “membutuhkan”. Kejadian yang terekam kamera pada beberapa episode program “Tolong” dan “Minta Tolong” yang ditayangkan SCTV dan RCTI itu setidaknya bisa membuat cermin diri kita,  maukah kita memberi pertolongan  kepada orang-orang yang membutuhkan di sekitar kita.

Rinto Kanafi misalnya. Pria berusia 43 tahun yang kehilangan kaki karena kecelakaan itu tiba-tiba dihadapkan kepada seseorang yang minta tolong kepadanya. Seorang ‘talent’ yang sudah dipersiapkan sebelumnya berpura-pura minta tolong kepadanya untuk mengantarkan kiriman roti kepada salah seorang pemesan yang sedang berulang tahun. Sang talent sudah berupaya mencari “korban”untuk menolong dirinya namun tidak berhasil, sehingga tibalah akhirnya bertemu dengan Rinto Kanafi yang kala itu sedang ada di depan kios rotan dan warung es kelapa muda. Setelah sang talent merengek, diluar dugaan, Rinto Kanafi yang hanya berkaki satu itu mengantarkan roti pesanan orang itu dengan biaya sendiri.Di saku Rinto Kanafi saat itu hanya ada uang Rp 2000, sehingga dia harus minta uang tambahan ke istri untuk biaya mengantar roti pesanan tersebut.

Apa balasan yang diterima Pak Rinto Kanafi? Selain uang tunai dari program TV Tolong, dari Kick Andy Foundation dia mendapat kaki palsu gratis (seharga Rp 3 jutaan).
Kisah lainya adalah seorang sopir angkot yang sedang pusing memikirkan biaya pengobatan anaknya. Suprihatin, demikian nama sopir angkot itu didatangi seorang nenek yang mencoba menjual ikan asin sisa untuk membeli beras. Suprihatin ragu-ragu ketika akan menolong nenek itu karena ia sendiri juga dalam keadaan susah. Sang Nenek ternyata pantang menyerah dan  terus ‘mencoba mengaganggu” Suprihatin untuk membeli ikan asinya. Ternyata hati Sang Sopir angkot akhirnya luluh dan menolong nenek itu membelikan beras sebanyak 10 kilogram. “Saya tidak tega melihat nenek  yang katanya cucunya sudah dua hari tidak makan. Saya jadi teringat nenek saya dulu,” ujar Suprihatin memberi alasan kenapa akhirnya dia mau menolong Sang Nenek. Dia belikan nenek tersebut 10 kg beras dan 1 gelas teh hangat. uang dikantongnya tinggal sekitar Rp 5000an.

Apa balasan Allah terhadap Pak Suprihatin? Dia mendapat bantuan Rp 50 juta utk mengobati anaknya yang terkena kanker. 

Sementara apa yang dilakukan Karsimah benar-benar orang tidak percaya. Karsimah yang baru kehilangan suaminya akibat meninggal dunia itu kini berprofesi sebagai penambal ban di daerah Semarang, Jawa Tengah. Ia berprofesi sebagai penambal ban karena terpaksa menggantikan suaminya untuk mencari nafkah. Ketika sedang menunggu pelanggan, tiba-tiba datang seorang nenek yang pura-pura tersesat dan minta tolong dirinya untuk mengantar ke Salatiga. Karsimah tertegun sejenak melihat Sang Nenek yang katanya mengaku sudah  dua hari berusaha minta tolong kepada beberapa orang tapi tak satu pun yang bersedia menolong. Walau agak ragu-ragu, Karsimah kemudian menutup kios tambal ban nya dan segera menggandeng nenek dan menumpang bus  ke jurusan Salatiga.
Walau cerita di atas adalah sebuah program variety show untuk tontonan di salah satu acara televisi. Namun setidaknya tontonan yang dibuat Rumah Produksi Dreamlight itu bisa menjadi pengasah jiwa kita. Ternyata berdasarkan pengalaman para kru di lapangan, justru orang dari kalangan bawahlah yang ringan tangan membantu kepada orang yang membutuhkan. Mereka tanpa banyak pertimbangan langsung memberi bantuan. Kejadian itu sangat bertolak belakang dengan kalangan orang mampu dan kalangan atas yang kebanyakan selalu curiga dan individualistis.
Tayangan Kick Andy tersebut bisa dinikmati di http://www.youtube.com/watch?v=xYhbaO4Tpeg

Saturday, January 14, 2012

Bisnis maju berkat gratis....

Penjual soto di ibukota bejibun. Mulai dari kaki lima hingga di mall pasti ada. Makan soto di mall aja bro, enak, adem pake AC…!!! Nggaklah…gak cocok, masa makan soto di ruang tertutup pake AC pula. Kesannya jadi formal banget…mirip ketika saya menjumpai sebuah rumah makan yang jual sate ayam di sebuah pusat perbelanjaan ternama. Makan sate koq di ruang AC, gak seru blas… gak bisa menghirup asap aroma pembakaran sate yang kadang biqin perut makin keroncongan :D
Oke deh…kembali ke soto. Malem minggu cacing2 dalam perut udah pada teriak. Laper nih… makan apa yah ??? nyari diluar aja deh…sekalian jalan2. Bingung mo cari kuliner kemana, akhirnya tanya tetangga. Dapat referensi sebuah warung makan soto ayam. Wah beneran nih…kebetulan udah lama gak makan soto ayam. Bersama istri, kita langsung menuju kesana.
Sekitar 15 menit nyampe di tujuan. Rumah makan Soto Kudus Kauman. Lokasinya di Jln. Karang Tengah Raya yang menuju ke arah Cinere. Warung ini saat itu cukup ramai. Sebuah pikulan yang menjadi ciri khas penjual soto nangkring di depan. Di warung ini soto disajikan dengan 2 pilihan campur ato pisah. Saya pilih yang campur sedangkan istri yang pisah. Untuk minum milih yang standar aja, teh manis anget :) Gak lama kemudian pesanan pun tiba.
Soto ayam yang dicampur langsung ama nasi...mangkoknya kurang gede, dijamin sampeyan pasti nambah :D
Soto yang disajikan terpisah...nasinya lebih banyak dibandingkan yang dicampur dalam satu mangkok
Wah koq mangkuknya yang campur kecil yah ??? kayaknya bakal nambah nih :D yo wis langsung aja hajar blehhh… hhhmmm… gak nyangka, rasanya mak nyozzz… Soto bening berdaging ayam kampung bener2 mantafff di lidah. Biar afdol tak lupa ambil krupuk putih. Wah… mangkuknya habis tak berbekas dalam waktu singkat. Apa yang saya duga akhirnya menjadi kenyataan…kurang kenyang… nambah seporsi lagi deh :D
Setelah puas akhirnya bayar. Harganya termasuk murah seporsi Rp7.000,-. Selain murah meriah & enak, ternyata warung ini menyediakan layanan spesial. Yup… bagi mereka yang datang ke tempat ini di hari Jumat antara pukul 15.00 s.d. 16.00 bisa pesen makan minum gratis…!!! Selain itu buat ibu2 hamil juga bisa makan gratis disini. Awalnya saya agak kurang percaya dengan tulisan tersebut tapi begitu saya tanyakan ke pelayanannya, tulisan tersebut memang betul karena merupakan kebijakan dari pemilik warung…!!! Wowww…mantafff… Nah buat mas bro & sis yang tinggal di seputaran Cinere, Lebak Bulus atopun Pondok Labu, boleh deh mampir ke warung ini.

dikuti dari: http://blognyamitra.wordpress.com/2011/02/15/soto-kudus-kauman-anda-bisa-makan-gratis-disini/

Wednesday, January 11, 2012

Kita perlu punya lebih banyak H. Jufri


Bagi warga Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, Jawa Timur, nama H. Jufri Umar (48) tidak asing lagi. Bapak lima orang anak yang tinggal di Desa Mojomulyo, Puger tersebut adalah seorang pendidik. Sehari-hari ia mengelola Yayasan Pendidikan Islam Bustanul Ulum yang membawahi SD, SMP dan Diniyah (sekolah agama) pada malam hari. "Kalau ditotal seluruh siswanya sekitar 450 lebih," paparnya. Berbeda dengan sekolah lain, semua siswa di sana tidak dipungut biaya sepeser pun. Yang bersekolah di sana pun sebagian besar adalah anak-anak TKI dari desa setempat atau sekitarnya yang didera kemiskinan karena tidak ada orangtua.
Kegigihan Jufri dalam mengembangkan pendidikan tak lepas dari pengalaman suram masa kecilnya. Kala itu, warga desa tidak ada yang mau sekolah. Faktor kemiskinan membuat mereka lebih mementingkan mencari nafkah sebagai buruh tani atau mencari ikan di laut. "Yang jadi korban salah satunya adalah saya. Waktu kelas 5 SD ketika semangat-semangatnya sekolah, sekolah terpaksa dibubarkan sebab siswanya protol, cuma tinggal saya seorang. Saya menjadi tenaga serabutan di sawah, dan setelah beranjak remaja ia harus mencari ikan di laut, serta sebagai penarik becak,"kenang Jufri.
Padahal keinginan Jufri kecil untuk sekolah sangat besar. Ia sadar, sebagai seorang anak tak mampu hanya sekolahlah satu-satunya cara mengangkat derajat hidup. Adalah minat bacanya sangat luar biasa, membuat lentera semangat Jufri menimba ilmu tak pernah padam. Sobekan kertas sekecil apapun, dia pungut dan dibaca. Dari semangat itulah sebuah mimpi membangun wadah pendidikan gratis bagi anak-anak di desanya tercetus. Dan, cita-cita Jufri terkabul. Suatu ketika di tahun 1986, salah satu petak lahan di desanya ada masalah dengan orang luar. Dengan kemampuan diplomasinya, lahan milik warga tersebut berhasil dibebaskan. Lahan tersebutlah yang kemudian dibuat sarana pendidikan.
Jufri lalu berusaha mencari donatur. Kini Jufri sudah memiliki 17 tenaga pengajar. Di sekolah tersebut juga terdapat asrama untuk menampung 30 siswi, serta sebuah masjid. "Sekarang juga ada Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Jadi kami lebih terbantu." Yang juga membanggakan, selama diterapkan sistem Ujian Nasional, siswanya selalu lulus 100 persen. Padahal, sambungnya, siswa sekolah negeri di sekitarnya banyak sekali yang tidak lulus. Keberhasilan Jufri ini membuatnya diundang Dirjen Pendidikan Dasar ke Jakarta. "Yang lucu, pada saat datang saya sempat ditolak oleh petugas, sebab saya cuma memakai sandal jepit. Maklumlah, saya memang tidak pernah punya sepatu,"ujar Jufri sambil tertawa.
|